Selasa, 29 Maret 2016

Penerapan Activity Based Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan PT. Nilas Wahana Antika

Penerapan Activity Based Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan PT. Nilas Wahana Antika

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Perhitungan harga pokok produksi dengan A ctivity Based Costing System yang digunakan untuk mengevaluasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana Antika dapat menggambarkan secara lebih akurat konsumsi aktivitas setiap produk terhadapbiaya overhead, sebab ABC System dapat memilahkan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi secara lebih terperinci. Hasil analisis melalui Uji Wilcoxon Range Test terhadap perhitungan harga pokok produksi pada PT. Nilas Wahana Antika dengan ABC System selama 15 tahun dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sistem biaya tersebut, sehingga perusahaan mengalami selisih kerugian

  1. Rumusan Masalah
1.      Memahami konsep sistem Activity Based Costing
2.      Memahami penerapan sistem Activity Based Costing pada perusahaan
3.      Menganalisis penentuan harga pokok produksi dengan metode ABC pada PT Nilas Wahana Antika

  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep metode Activity Based Costing
2.      Untuk memahami penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan\
3.      Untuk mengetahui hasil analisis penentuan harga pokok produksi dengan metode ABC pada PT Nilas Wahana Antika

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Biaya Tradisional
Menurut Cooper & Kaplan (1991) dalam Sulistyarini (2007), kelebihan sistem biaya tradisional adalah:
a)      Mudah diterapkan
b)      Sistem biaya tradisional tidak memakai banyak cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan perhitungan
c)      Mudah diaudit. Karena jumlah cost driver yang digunakan sedikit, maka biaya overhead dialokasikan berdasar volume based measure sehingga akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan proses audit.
Cooper & Kaplan (1991) dalam Subowo (2007) menyatakan bahwa kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional adalah sebagai berikut :
a)      Hanya menggunakan jam kerja langsung untuk mengalokasikan biaya overhead
b)      Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume relate (unit level) untuk pengalokasian bagian dari biaya produk / pelanggan. Pengukuran alokasi biaya overhead yang merupakan bagian dari biaya produksi ditentukan dengan menggunakan dasar yang berkaitan dengan volume produksi. Hal ini menyebabkan distorsi pengukuran product cost karena aktivitas-aktivitas penyebab timbulnya biaya overhead banyak yang tidak berkaitan langsung dengan produk yang dihasilkan.
c)      Hanya menitik beratkan biaya produk pada fase produksi saja. Sistem akuntansi biaya tradisional menitikberatkan pada tahap produksi tertentu tidak akan menghasilkan informasi yang relevan

B.     Konsep Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing)
Activity Based Costing System merupakan suatu alternatif sistem yang dapat digunakan dalam upaya mendapatkan harga pokok yang akurat melalui pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih teliti. Activity Based Costing System memberikan sistem pembebanan biaya dengan fokus pada aktivitas yang berlangsung dalam pembuatan produk pada suatu proses pengolahan sebagai ganti dari pembebanan biaya overhead yang berbasis unit produk seperti pada akuntansi tradisional.
Menurut Garrison dan Noreen (2000: 342), Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.

Contoh Laporan Harga Pokok Produksi
Biaya bahan Baku
Persediaan bahan baku awal                                                                     XXX
Pembelian bahan baku                                                      XXX
(-) Potongan pembelian                                         XXX
Retur pembelian                                                    XXX
(+) Biaya angkut pembelian                                                          XXX
Pembelian bersih                                                                           XXX
Bahan baku tersedia untuk digunakan                                          XXX
Persediaan bahan baku akhir                                                                     XXX
Biaya pemakaian bahan baku                                                                    XXX
Biaya tenaga kerja langsung                                                                  XXX
Biaya overhead pabrik
Tenaga kerja tidak langsung                                                                     XXX
Listrik dan air                                                                                            XXX
Reparasi dan pemeliharaan mesin                                                             XXX
Pemakaian perlengkapan pabrik                                                    XXX
Penyusutan mesin dan peralatan pabrik                                        XXX
Asuransi pabrik                                                                             XXX
Total biaya overhead pabrik                                                                      XXX
Total Biaya Produksi                                                                    XXX
(+) Persediaan barang dalam produksi awal                                             XXX
Jumlah barang dalam produksi selama tahun ini                                       XXX
(-) Persediaan barang dalam produksi akhir                                              XXX
Harga Pokok Produksi                                                                           XXX


C.    Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dan Activity Based Costing System
Berdasarkan sistem biaya tradisional, biaya desain disebarkan keseluruhan produk tanpa memperhatikan apakah produk tersebut membutuhkan desain atau tidak. Dengan ABC System, biaya ini dibebankan hanya ke produk yang membutuhkan pekerjaan desain. Menurut Blocher, et.al (2000: 128), ABC System menelusuri biaya produk melalui aktivitas. Biaya pusat aktivitas dibebankan ke produk atau jasa.
Proses pembebanan terdiri dari tiga tahap: pertama, biaya ditelusuri ke driver sumber daya yang sama atau serupa yang dibebakan ke cost pool atau pusat aktivitas. Kedua, tariff overhead dihitung untuk setiap aktivitas berdasarkan driver aktivitas tertentu. Ketiga, biaya overhead dibebankan ke setiap produk dengan cara mengalikan tariff overhead pabrik dengan kualitas driver aktivitas yang dikonsumsi oleh produk. Perbedaan utama antara sistem penentuan biaya tradisional dengan ABC System terdapat pada tahap kedua dan ketiga.
Menurut Nunik L.D (2007: 88 –100), terdapat tiga perbedaan mendasar antara ABC System dengan akuntansi biaya tradisional, yaitu :
a)      Dalam sistem biaya tradisional, biaya produk ditentukan berdasarkan penggunaan sumber daya, sedangkan dalam ABC System, biaya produk ditentukan berdasarkan pada aktivitas
b)      Akuntansi biaya tradisional lebih menekankan pada penggunaan volume atas dasar alokasi, sedangkan dalam ABC System menggunakan dasar pemicu aktivitas atas berapa level/tingkatan
c)      Akuntansi biaya tradisional berorientasi pada struktur sedangkan ABC System berorientasi pada proses.

Cost Driver
Pemicu biaya (cost driver) adalah suatu faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi biaya. Analisa terhadap cost driver dilakukan untuk mengidentifikasi pemicu biaya.

Job Order Costing
Job order costing merupakan sistem penentuan biaya produk yang mengakumulasikan dan membebankan biaya ke pesanan tertentu.

D.    Penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Biaya Tradisional
Penentuan harga pokok produk dengan menggunakan sistem biaya tradisional. Harga pokok produksi dihitung dengan cara mengumpulkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan selama satu periode tertentu ditambah produk dalam proses awal dan dikurangi produk dalam proses akhir pada periode tertentu, sedangkan harga pokok produksi per unit dihitung dengan cara membagi total harga pokok produksi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu
Harga pokok produksi = Total Biaya Produksi + PDPawal – PDPakhir

E.     Penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan ABC System.
Menurut Hansen & Mowen (1999: 148) analisis harga pokok produksi dengan ABC System terdari dari 2 tahap, yaitu :
1.      Tahap I
a.       Identifikasi aktivitas
b.      Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas
c.       Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis
d.      Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlahkan untuk mendefinisikan kelompok yang sejenis (homogenous cost pool).
e.       Menghitung tarif overhead kelompok (pool rate). Tarif kelompok dihitung dengan rumus :      pool rate =                     biaya kelompok
       kapasitas praktis penggerak aktivitas

2.      Tahap II
Pada tahap ini biaya setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap I dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi setiap produk. BOP dibebankan dihitung dengan rumus:
BOP dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver digunakan
Harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan
Harga Pokok Produksi Per Unit = Biaya Bahan Baku + BTKL + BOP
Jumlah Produksi
Jenis biaya-biaya pada bagian produksi
Jenis biaya-biaya pada bagian produksi  meliputi:
a)      Biaya bahan baku. Biaya bahan baku adalah seluruh biaya bahan utama yang dike luarkan dalam proses produksi. PT. Nilas Wahana Antika menggunakan bahan baku berupa kayu mahoni untuk memproduksi coffee table.
Penggunaan biaya bahan baku untuk produksi tahun 2009 sebagai berikut :
Bahan Baku
Biaya
Kayu Mahoni
Rp 150.000.000
Unit produksi
300 unit
Biaya bahan baku per unit
Rp 500.000

b)      Biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji karyawan yang menangani proses produksi secara langsung.
Biaya tenaga kerja langsung selama tahun 2009 sebagai berikut :
Nama produk
Jumlah produksi (unit)
Biaya (Rp)
Biaya TKL per unit (Rp)
Coffee Table
300 unit
250.000.000
833.333

c)      Biaya bahan penolong. Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan produk. PT. Nilas Wahana Antika menggunakan bahan penolong berupa paku, vernis, sherlak dalam memproduksi coffee table.
Penggunaan bahan penolong selama tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Nama bahan
Biaya (Rp)
Paku
600.000
Vernis
2.100.000
Sherlak
1.800.000
Total
4.500.000

d)     Biaya listrik. Biaya listrik adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya penggunaan tenaga listrik oleh mesin yang digunakan dalam proses produksi, dengan konsumsi listrik selama tahun 2009 adalah 3.000 Kwh.
Penggunaan tenaga listrik selama tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Jenis
Biaya (Rp)
Pemakaian mesin produksi
8.000.000
Pemakaian lampu
2.400.000
Total
10.400.000

e)      Biaya pengiriman. Biaya pengiriman adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan biaya pengiriman produk kepada pelanggan. Sedangkan pembelian bahan baku yang dilakukan selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 kali.
Jenis
Biaya (Rp)
Pengiriman produk
30.000.000
Pengiriman bahan baku
12.000.000
Total
42.000.000

f)       Biaya pemeliharaan mesin. Biaya pemeliharaan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan mesin agar dapat mempertahankan fasilitas yang dimiliki demi kelancaran produksi. Total konsumsi jam peralatan selama tahun 2009 adalah 3600 jam.
Jenis
Biaya (Rp)
Mesin produksi
12.000.000

g)      Biaya penyusutan mesin. Biaya penyusutan mesin adalah biaya yang dikeluarkan dan telah ditentukan besarnya dengan persentase tertentu.
Jenis
Penyusutan (Rp)
Mesin produksi
28.000.000

h)      Biaya administrasi produksi. Biaya administrasi produksi adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan aktivitas administrasi di bagian produksi, yang meliputi gaji karyawan yang tidak langsung menangani proses produksi, biaya peralatan kantor dan semua kegiatan yang menopang proses produksi.

Jenis
Biaya (Rp)
Gaji karyawan
250.000.000
Peralatan kantor
15.000.000
Lain-lain
10.000.000
Total biaya administrasi
275.000.000


Tahap-tahap yang dilakukan
a)      Tahap I. Tahap pertama dalam pendekatanABC System adalah mengidentifikasi aktivitas dan mengelompokkannya ke dalam kelompok aktivitas yang sejenis, kemudian menentukan cost driver dari masing-masing cost pool dan menentukan besarnya tariff overhead yang dihitung berdasarkan pembebanan biaya aktivitas dengan jumlah cost driver yang digunakan. Pengidentifikasian aktivitas dan pengelompokkannya ke dalam kelompok aktivitas sejenis serta pembebanan biaya berdasarkan aktivitas di tunjukkan sebagai berikut : Penentuan cost pool dan cost driver untuk setiap aktivitas  yang meliputi:
Cost Pool
Cost Driver
Bahan Penolong
Listrik
Biaya Pengiriman
Pembelian bahan baku
Setup Mesin
Pemeliharaan Mesin
Penyusutan Mesin
Jumlah satuan produk
Jumlah Kwh listrik
Jumlah inspeksi produk jadi
Jumlah inspeksi proses
Jumlah inspeksi proses
Jumlah jam operasi mesin
Jumlah jam operasi mesin
                                                                                                            ,          
Pengelompokkan aktivitas tersebut menunjukkan cost driver yang digunakan yang dapat ditunjukkan berikut ini: Penentuan tarif biaya per kelompok dihitung dengan cara membagi jumlah biaya yang dibebankan dengan jumlah cost driver masing-masing kelompok biaya.
b)      Tahap II
Tahap kedua dalam pendekatan ABC System adalah Biaya  overhead  pabrik  tersebut  memiliki  pemacu  biaya  yang berbeda-beda  sehingga  perlu  dikelompokkan  ke  dalam  satu kelompok  biaya  berdasarkan  pemacu  biayanya  masing-masing. Setelah  dikelompokkan  maka  biaya-biaya  tersebut  dibebankan kepada masing-masing aktivitas dari tahapan produksi berdasarkan pemacu biayanya. Pengelompokkan dan pembebanan tersebut akan dilakukan sebagai berikut:
1.      Kelompok Biaya 1
Kelompok  biaya  1  merupakan  kelompok  biaya  aktivitas yang  timbul  akibat  penggunaan  sumber  daya  tidak  langsung berdasarkan  pada  pemacu  biaya  jumlah  unit  yang  diproduksi. Pengelompokkan  biaya  aktivitas  tersebut  dapat  dilihat  pada Tabel
Aktivitas
Biaya Aktivitas (Rp)
Penggunaan bahan penolong
4.500.000
Pemeliharaan mesin
12.000.000
Total
16.500.000

2.      Kelompok Biaya 2
Kelompok  biaya  2  merupakan  kelompok  biaya  aktivitas yang  timbul  akibat  penggunaan  sumber  daya  tidak  langsung berdasarkan  pada  pemacu  biaya  jam  peralatan  (JP).  Pemacu biaya  jam  peralatan  dihitung  berdasarkan  berapa  besar penyusutan penggunaan peralatan dan  mesin  yang digunakan.
Aktivitas
Biaya (Rp)
Penyusutan mesin produksi
28.000.000



3.      Kelompok Biaya 3
Kelompok  biaya  3  merupakan  kelompok  biaya  aktivitas yang  timbul  akibat  penggunaan  sumber  daya  tidak  langsung berdasarkan  pada  pemacu  biaya  kilowatt  hour  (Kwh).
Aktivitas
Biaya (Rp)
Pemakaian listrik mesin produksi
8.000.000
Pemakaian listrik lampu
2.400.000
Total
10.400.000

4.      Kelompok biaya 4
Kelompok  biaya  4  merupakan  kelompok  biaya  aktivitas yang  timbul  akibat  penggunaan  sumber  daya  tidak  langsung berdasarkan pada pemacu biaya jumlah kali pembelian bahan.
Aktivitas
Biaya (Rp)
Penyusutan kendaraan
4.000.000
Pemeliharaan kendaraan
1.000.000
Pembelian bahan baku (transport)
12.000.000
Total
17.000.000

Langkah selanjutnya setelah total biaya overhead diketahui adalah menghitung harga pokok produk per unit pada masing-masing periode dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead lalu dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan pada masing-masing periode.
c)      Langkah III
Menghitung tarif biaya :
Kelompok biaya
Nilai biaya (Rp)
Pemacu biaya
Tarif biaya (Rp)
Kelompok 1
16.500.000
300 unit
55.000/unit
Kelompok 2
28.000.000
3600 jam
7.777/jam
Kelompok 3
10.400.000
3.000 Kwh
3.466/Kwh
Kelompok 4
17.000.000
12 kali
1.416.667/JPB

Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung BOP per unit sebagai berikut :
BOP per unit = Total nilai biaya
                            Jumlah unit
BOP per unit =     71.900.000             = Rp 239.666, 67
                                    300
d)     Langkah IV
Menghitung Harga Pokok Produksi per unit dengan metode ABC :
Biaya bahan baku langsung                                        Rp 500.000
Biaya tenaga kerja langsung                                       Rp 833.333,33
BOP                                                                            Rp 239.666,67
Harga Pokok Produksi per unit                              Rp 1.573.000

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap harga
pokok produksi berdasarkan A ctivity Based Costing System, maka penulis memperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu :
1.      Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana Antika dihitung berda-sarkan metode harga pokok pesanan. Harga pokok produksi tersebut dihitung dengan menjum-lahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Pembebanan biaya overhead ke produk yang dilakukan oleh PT. Nilas Wahana Antika hanya berdasarkan tingkat unit, sehingga hal tersebut menimbulkan distorsi dalam perhitungan harga pokok produksi. Distorsi tersebut berupa pembebanan biaya yang terlalu tinggi sehingga perhitungan harga pokok produksi tidak secara akurat menggam-barkan konsumsi aktivitas setiap produk.
2.      Perhitungan harga pokok produksi dengan A ctivity Based Costing System yang digunakan untuk mengevaluasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana Antika dapat menggambarkan secara lebih akurat konsumsi aktivitas setiap produk terhadap biaya overhead, sebab ABC System dapat memilahkan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi secara lebih terperinci.
3.      Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity Based Costing System dilakukan melalui dua tahap, yaitu mengelompokkan aktivitas -aktivitas dan menentukan cost driver yang potensial, dan menelusuri cost pool rate ke setiap produk yang dihasilkan yaitu coffee table. Pembebanan biaya overhead ke produk pada ABC System dilakukan tidak hanya berdasarkan aktivitas berlevel unit, tetapi juga berdasarkan aktivitas berlevel batch, aktivitas untuk mendukung produk, dan aktivitas untuk mendukung fasilitas.


DAFTAR PUSTAKA
Garrison, R. Noreen, E.W. 2000. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat: Jakarta.
Hansen, Don, R. Maryanne M Mowen. 2006. Management Accounting. Salemba Empat:
Jakarta.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: Badan Penerbit STIE YKPN.
Supriyono, RA. 2000. Akuntansi Biaya. Perkumpulan Biaya dan Penentuan Har ga Pokok

Produksi. BPFE: Yogyakarta.