BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akuntansi berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi (accounting
thought) dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 M–1300 M; tahun 1300 M–1850
M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi
yang berarti bagi ilmu akuntansi. Pada periode pertama akuntansi hanyalah
bentuk record-keeping yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk
pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode
kedua merupakan penyempurnaan dari periode pertama, dikenal dengan masa
lahirnya double-entry bookkeeping. Pada periode terakhir banyak sekali
perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri –
kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan
teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern
(Basuki, 2000: 173).
Pengguna akuntansi juga bervariasi,
dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2)
sumber informasi dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran bagaimana
akuntansi diterapkan sejalan dengan (sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama.
Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman
terhadap akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai
alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan
(Basuki, 2000: 174).
Informasi akuntansi merupakan alat
yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Nicholls
dan Holmes, 1988: 57), terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi
diharapkan dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan
mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi.
Informasi akuntansi sangat
diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan
dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Informasi
akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka
menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang
akan datang. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan
mengurangi ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas (Sutapa,
Rusdi, dan Kiryanto, 2001: 200).
Informasi akuntansi berhubungan
dengan data akuntansi atas transaksitransaksi keuangan dari suatu unit usaha,
baik usaha jasa, dagang maupun manufaktur. Supaya informasi akuntansi dapat
dimanfaatkan oleh manajer atau pemilik usaha, maka informasi tersebut disusun
dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Arus informasi akuntansi keuangan
dari perusahaan kecil sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perkembangan
usaha perusahaan, bagimana struktur modalnya, berapa keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada suatu periode tertentu.
Holmes dan Nicholls (1989)
mengungkapkan bahwa informasi akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan
perusahaan kecil dan menengah adalah informasi yang diharuskan menurut
undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi
akuntansi yang seharusnya dibutuhkan oleh manajemen perusahaan kecil dan
menengah dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat terbatas sekali. Philip
(1977) mengungkapkan banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan
kecil. Kelemahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam
penyusunan pelaporan keuangan (William et.al, 1989; Knutson dan Henry, 1985;
Nair dan Rittenberg, 1983; Wishon, 1985; Murray et al, 1983).
Dari uraian tersebut jelas bahwa
industri menengah banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi
dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era
globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang
akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah
kemampuan dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi
dana, penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen perusahaan
yang profesional merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi untuk dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan secara baik.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
model penelitian informasi akuntansi?
2. Bagaimana
peran informasi akuntansi untuk stake holder?
3. Bagaimana
peran akuntansi dan CSR?
4. Bagaimana
pengungkapan informasi akuntansi?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
model penelitian informasi akuntansi.
2. Mengetahui
peran informasi akuntansi untuk stake holder.
3. Mengetahui
peran akuntansi dan CSR.
4. Mengetahui
pengungkapan informasi akuntansi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Model
Penelitian Informasi Akuntansi
1.
Perkembangan
Penelitian Akuntansi
Disiplin
akuntansi termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan sosial, yaitu sebagai ilmu
yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan organisasi sosial yang bersifat
terbuka. Disiplin ini berada dalam lingkaran interaksi kehidupan antara manusia
atau kelompok manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu
akuntansi juga berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Namun
akhir-akhir ini muncul isu diskusi yang mempermasalahkan dimana letak kedudukan
disiplin akuntansi dalam struktur ilmu pengetahuan. Saat ini para pakar ilmu
akuntansi sudah bergeser dalam memberikan definisi akuntansi dari perannya sebagai
suatu seni (arts) menjadi teknologi (khususnya rekayasa sistem informasi).
Akuntansi sebagai seni mulai diperkenalkan oleh bapak
ilmu akuntansi, Luca Paccioli dalam bukunya yang berjudul “Summa De Arithmatika”. Luca Paciolli mengajarkan bagaimana melakukan
pencatatan transaksi secara berpasangan (1494). Gagasannya yang sederhana,
dengan dicatat dua kali pada sisi yang berbeda maka kecermatan pencatatan suatu
transaksi akan menjadi lebih baik. Tahap awal akuntansi dengan sistem
berpasangan ini disebut pengembangan tahap pertama.
Pengembangan
tahap kedua terjadi pada decade 30-an abad ke duapuluh yang dipelopori oleh
W.A. Paton dan Litleton dalam buku yang diberi judul An Introduction to Corporate
Accounting Standarts. Lahir karya besar didasarkan kenyataan yang berkembang
pada saat itu sebagai akibat indutrialisasi besar-besaran yang tumbuh di
Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa, serta munculnya resesi yang melanda
dunia setelah Perangt Dunia pertama. Saat itu dipandang perlu menyusun format
baru bahwa pelaporan keuangan membutuhkan standart pelaporan yang jelas.
Perkembangan
tahap ketiga terjadi setelah decade tahun enampuluhan dengan tokoh sentral Paul
Grady yang dengan teamnya berhasil menyusun prinsip serta standart akuntansi
yang berlaku di Amerika Serikat. Karakter pengembangan pemikiran akuntansi saat
itu sangat dipengaruhi oleh:
a. Unsur
perilaku manusia yang peranannya dalam suatu perusahaan semakin menonjol
(terutama perilaku para manajernya).
b. Unsur
teknologi informasi dan perkembangan pengetahuan lainnya yang seolah-olah tidak
ada batasnya.
c. Unsur
perkembangan pasar global yang menjadikan peusahaan berkembang menjadi multinational corporate.
2. Tujuan dalam Penelitian Informasi
Akuntansi
Pendekatan ini
mewakili orientasi utama atau tujuan dari penelitian akuntansi. Diwakili dengan sebuah perubahan
signifikan melalui penelitian normatif secara murni.
1.
Pendekatan Model-Keputusan
“Apakah informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan?”.
Pendekatan ini lebih mengkonsentrasikan pada apakah informasi adalah berguna
untuk keputusan-keputusan utama.
1) Chambers dan Sterling. Pendekatan
nilai keluar harga jual dari aset-aset adalah relevan untuk penetapan keputusan
atau penempatan aset-aset dan juga menyediakan sebuah ukuran dari total
likuiditas yang tersedia bagi perusahaan
tersebut.
2) Bell. Deprival value nilai
terendah dari biaya pengganti atau jumlah penilaian kembali yang lebih tinggi
dari nilai bersih realisasi atau nilai sekarang.
3) Ijri. Menyarankan stewardship
yang dikonsentrasikan dengan akuntabilitas dari manajemen dan pemilik.
4) Mattesich. Penyaran dari metode axiomatic
terhadap pengambilan keputusan dimana sebuah teori akuntansi umum bisa
digunakan untuk pengambilan kebutuhan informasi yang spesifik bagi pengguna.
5) Staubus. Mensimulasikan arus kas yang
didiskontokan sedekat mungkin dalam menyarankan untuk memfasilitasi pembuat
keputusan bagi investor.
2.
Penelitian Pasar Modal
Harga pasar diasumsikan untuk
merefleksikan secara utuh semua informasi yang tersedia secara umum. Hipotesis
efesiensi-pasar mempunyai beberapa implikasi yang secara potensial signifikan
untuk akuntansi. Sebagai contoh, karena informasi direfleksikan secara cepat
dalam harga saham, mendorong untuk untuk meningkatkan pengungkapan akuntansi.
Dengan demikian, meskipun pengungkapan sangat penting, memperoleh angka-angka
yang dimasukkan dalam tubuh laporan keuangan dipertimbangkan lebih disukai
daripada pengungkapan dalam catatan kaki.
3.
Penelitian Keperilakuan
Bagaimana pengguna informasi
akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang mereka perlukan. Hal ini
mempelajari pengaruh informasi terhadap perilaku manusia, yang berarti
informasi tersebut mempengaruhi sikap, motivasi, produktivitas, dan pengambilan
keputusan. Penelitian perilaku terbagi 2:
a. Perilaku yang melibatkan
pertimbangan dalam pengaturan satu orang.
b. Penelitian yang interaktif yang
melibatkan lebih dari satu orang dan berefek pada keputusan orang lain.
4.
Agency Theory (Teori Agensi)
Muncul sebagai suatu reaksi dari
pemisahan dalam perusahaan modern antara kepentingan manajemen dan kepentingan
pemilik diluar perusahaan dan tidak termasuk dalam keputusan manajemen. Penelitian
mengenai teori keagenan bisa deduktif ataupun induktif dan merupakan contoh
khusus dari penelitian keperilakuan, walaupun akar dari teori agen adalah keuangan
dan ilmu ekonomi dan bukannya psikologi dan sosiologi.
Estimasi yang mendasari adalah
perilaku individu dalam kepentingan mereka sendiri, dimana pada saat yang sama
dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan perusahaan. Asumsi
penting lainnya dalam teori agen adalah bahwa perusahaan merupakan tempat atau
titik pertemuan bagi banyak hubungan tipe perjanjian yang ada diantara
manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Hasilnya, teori agen terkait
dengan berbagai macam biaya monitoring dan menguatkan hubungan diantara berbagai
macam kelompok tersebut. Contoh: Audit.
Satu
hipotesis tentang teori agen adalah bahwa manajemen mencoba untuk memaksimalkan
kesejahteraannya dengan meminimalisir berbagai macam biaya agen yang timbul
dari kegiatan pengawasan dan contracting. Perlu diperhatikan bahwa hal ini
tidak sama dengan usaha manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Tindakan manajemen tidak selalu dalam kepentingan pemegang saham. Hal ini
sering disebut opportunisti behaviour atau moral hazard. Audit, sebagai contoh
meminimalisir biaya agen, akan menjadi contoh efficient contracting.
5.
Informasi
Ekonomi
Meningkatnya biaya dalam mendapat
informasi akuntansi mengarahkan pengetahuan baru dalam riset akuntansi:
informasi ekonomi. Penelitian informasi ekonomi biasa nya teranalisis secara
alami. Informasi ekonomi belakangan telah
memasukan asumsi teori agen dan situasi dalam analisis nya. Ini karena
pembagian risiko antara prinsipal dan agen secara dekat terhubung dengan isu
apakah dua sisi mempunyai informasi yang lengkap atau apakah asimetri informasi
muncul dimana satu sisi (biasanya agen) mempunyai banyak informasi daripada
bagian lainnya.
6.
Akuntansi
Kritisi
Akuntansi
kritisi adalah cabang akuntansi teori yang menunjukan bahwa akuntansi mempunyai
peran utama dalam menengahi konflik antara perusahaan dan konstitusi sosial
seperti tenaga kerja, konsumen dan masyarakat umum. Ini secara langsung
memperhatikan peran sosial aktif akuntan. Akuntansi kritisi dipersatukan dari
sebuah penggabungan 2 sisi akuntansi yang berkembang pada tahun 1960, akuntansi
sektor publik dan akuntansi sosial. Akuntansi kritisi lebih luas dibandingkan
akuntansi sektor publik dan akuntansi sosial( namun tetap satu kesatuan).
Tujuan penelitian akuntansi kritisi adalah untuk memajukan bagian dari
bagian-bagian penempatan oleh akuntansi sektor publik dan akuntansi kritisi ke
tujuan utama riset akuntansi dengan mengadopsi “konfilk berdasar perspektif”.
7.
Revolusi Ilmiah
dalam Akuntansi
Beberapa
prediksi revolusi ilmiah dalam penelitian akuntansi karena ketidakpuasan dengan
paradigma yang ada. Dalam akuntansi, bagian paradigma mempunyai pembiayaan
historis, yang mana berdasar pada konsep realisasi dan mencocokan dan
pengajaran penting lainnya, seperti konseravatisme, kesinambungan, akuntansi
entitas, dan waktu periode. Ketidakmampuan pembiayaan historis untuk mengatasi
masalah pelaporan keuangan selama tahun 1970 dalam penjagaan inflasi tinggi
menyebabkan ketidakpuasan yang besar. Efek inflasi pada waktu itu,menggabungkan
pembangunan bersama penelitian empiris dalam akuntansi sebaik penelitian
perspektif lainnya, memimpin beberapa pengembangan paradigma baru yang mungkin
dalam akuntansi.
B.
Peran
Informasi Akuntansi Untuk Stake Holder
Peran informasi akuntansi bagi stake holder, yaitu:
1. Informasi akuntansi berguna untuk
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama untuk membantu manajer
dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat digunakan untuk
menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta kelayakannya baik secara
ekonomis maupun teknis.
2. Informasi akuntansi dapat digunakan
untuk membantu dalam pemilihan program yang efektif dan ekonomis serta untuk
penilaian investasi. Pemilihan program yang tepat sasaran, efektif, dan
ekonomis akan sangat membantu dalam proses penganggaran.
3. Untuk melakukan pengukuran kinerja,
pemerintah memerlukan informasi akuntansi terutama untuk menentukan indikator
kinerja (performance indicator) sebagai dasar penilaian kinerja.
Informasi akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja
sektor publik.
Akuntansi menyediakan informasi
akuntansi berupa laporan-laporan bagi pihak yang berkepentingan (Stakeholders)
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan, pihak-pihak tersebut
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pihak internal dan eksternal.
1. Pihak
internal adalah pengelola perusahaan (manajemen) yaitu pihak yang bertanggung
jawab di dalam mengarahkan jalannya perusahaan, seperti manajer perusahaan.
Manajer atau pimpinan perusahaan membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui
dengan tepat posisi keuangan, untuk pengambilan keputusan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, menilai dan mempertanggung jawabkan keberhasilan dalam
mengelola perusahaan.
2. Pihak
eksternal adalah pihak-pihak di luar perusahaan yang bukan merupakan bagian
dari manajemen perusahaan sehari-hari, yaitu para investor, kreditor, pemilik
perusahaan atau pemegang saham dan badan pemerintah serta instasi perpajakan.
Untuk memenuhi kewajiban seperti
pelaporan finansial kepada stakeholder.
Pemakai dari Sistem Informasi Akuntansi dapat berupa pemakai internal, yaitu manajer, maupun pemakai eksternal, yaitu nasabah, pemerintah dan para stakeholder lainnya. Agar sebuah laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan maka kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
Pemakai dari Sistem Informasi Akuntansi dapat berupa pemakai internal, yaitu manajer, maupun pemakai eksternal, yaitu nasabah, pemerintah dan para stakeholder lainnya. Agar sebuah laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan maka kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1) Asas
manfaat, terutama bagi pihak pemakainya.
2) Relevansi
antara laporan keuangan tersebut dengan tujuan pelaporannya.
3) Tingkat
kepercayaan.
4) Komparabilitas,
artinya dapat diperbandingkan berdasarkan periode waktu tertentu.
5) Konsistensi,
artinya metode yang digunakan konsisten dan tidak mudah berubah.
6) Mudah
dipahami, serta tidak multi interpretasi.
Selain keenam hal
tersebut, informasi yang diberikan juga harus mencakup beberapa aspek:
a. Informasi
yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain tujuan yang ada dan
konsistensinya dengan syariat. Jika bank melakukan deal pada transaksi yang
diharamkan, misalnya terkait dengan sistem riba, maka harus dijelaskan secara
detil mengenai pemisahan pencatatan transaksi tersebut.
b. Informasi
tersebut harus mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi rasio
kecukupan modal, resiko investasi, likuiditas, dan berbagai aspek finansial
perbankan lainnya. Ini sangat penting dilakukan, sehingga kredibilitas bank
dapat dipertanggung jawabkan.
C.
Peran
Akuntansi dan CSR
Tidak dapat dipungkiri lagi peran
akuntan di dalam membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan sangat
dibutuhkan. Peran akuntan tersebut mencangkup peran akuntan didalam manajemen,
akuntansi dan lingkungan bisnis perusahaan. Dimana peran yang dimaksud adalah
peran akuntan mengenai audit dan konsultasi manajemen bahkan konsultasi
mengenai perpajakan yang akan bermanfaat bagi perusahaan dalam pengambilan
keputusan dimasa yang akan datang. Salah satu jasa yang bisa di mamfaatkan
adalah jasa akuntan yang berkaitan dengan akuntan manajemen. Akuntan manajemen
tersebut berfungsi sebagai konsultan internal, internal audit bahkan sebagai
perancang sistem informasi akuntansi didalam perusahaan. Didalam memberikan konsultan
internal, akuntan manajemen harus berorientasi pada kepentingan perusahaan
sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Salah satu
yang bisa dikaji dan dianalisis oleh akuntan manajemen mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) yang
disangkutkan pada permasalahan sosial diluar perusahaan.
Corporate
social responsibility itu sendiri adalah
adanya tanggung jawab sosial atas aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang
terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa tanggung jawab
yang dimaksudkan adalah perhatian perusahaan terhadap segi kesehatan dan segi
pendidikan didalam masyarakat sekitar perusahaan atau masyarakat umum lainnya.
Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
ini merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk menjaga
kelangsungan usahanya di masa depan. CSR dapat dipakai sebagai upaya meraih
simpati masyarakat konsumen dan dapat membangun citra perusahaan yang baik.
Diharapkan agar di kemudian hari semakin banyak masyarakat konsumen yang
menjadi pelanggan setia.
CSR adalah kegiatan perusahaan yang
peduli terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar perusahaannya serta
berperilaku baik dan bertanggung jawab di dalam pengambilan keputusannya.
Pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber
informasi utama untuk pengambilan keputusan. Informasi lain juga diperlukan
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Informasi-informasi tersebut ditampung
menjadi satu, dianalisis dan pada akhirnya dipakai sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Sebagai suatu sistem informasi, Akuntansi sangatlah
diperlukan baik oleh pihak intern perusahaan, maupun dari luar perusahaan.
Elemen-elemen CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu:
1. Pengembangan
Masyarakat
Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pasti disertai dampak yang
ditimbulkan baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Namun umumnya,
dampak negatif yang akan lebih mendominasi dari kegiatan bisnis suatu
perusahaan. Dampak negatif itu sendiri dapat berupa pencemaran lingkungan
akibat limbah pabrik atau sumbedaya alam bagi kepentingan jangka pendek. Dalam
posisi ini tentu masyarakat yang akan banyak menanggung dampak negatif
tersebut. Oleh karena itu perusahaan dapat menunjukkan salah satu bentuk
tanggung jawab sosial kepada masyarakat melalui Coorporate Social
Responsibility (CSR) ini. Program dalam CSR ini sebaiknya dibuat
berdasarkan kebutuhan masyarakat sekitar, sehingga mereka dapat merasakan
manfaat dari apa yang mereka butuhkan. Seperti mendukung pengembangan industri
lokal, membuka fasilitas perusahaan bagi masyarakat, dan berpartisipasi dalam
proyek kesehatan masyarakat serta berbagai bentuk kegiatan yang lain. Karena
program CSR itu sendiri seharusnya bukan sekedar bentuk Charity perusahaan
terhadap masyarakat seperti pemberian bantuan jangka pendek yang tidak
menyelesaikan permasalahan di masyarakat maupun lingkungan. Tapi kegiatan CRS
ini selayaknya merupakan Coorporate Citizenship dimana program yang
dibuat berdasarkan pertimbangan jangka panjang dan berkelanjutan bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar (Alfia, 2008).
2. Tata
Kelola Organisasi
Prinsip
penyelenggaraan CSR yang baik akan berkaitan erat dengan tata kelola perusahaan
yang baik (Good Governance) pula. Good Governance dapat dilakukan
perusahaan dengan melakukan seperti penentuan dan pelibatan stake holders dalam
sejumlah aktivitas perusahaan, komunikasi kebijakan dan program dari
perusahaan, dan pengintegrasian program CSR dalam kebijakan dan program
perusahaan. Karena dengan tata kelola organisasi yang baik, maka target dan
strategi perusahaan akan mudah tercapai. (APCSRI, 2009)
3. Hak Asasi
Manusia
Pengangkatan
nilai-nilai Hak Asasi Manusia di dalam praktek operasi perusahaan harus sangat
diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Maka pelanggaran HAM yang terjadi di
dalam korporasi atau sebuah unit usaha harus sangat dikurangi. Karena akan mempengaruhi
kondisi kerja bagi perusahaan itu sendiri. Maka perusahaan dengan tingkat
pelanggaran HAM yang sedikit akan jauh lebih baik kondisi kerjanya jika
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat pelanggaran yang besar.
4. Tenaga
Kerja
Keberadaan
suatu perusahaan tidak bisa terlepas dari peranan para tenaga kerja sebagai
lingkungan internalnya. Perusahaan dan tenaga kerja merupakan pasangan hidup
yang saling memberi dan membutuhkan kontribusi dan harmonisasi. Keduanya akan
menentukan keberhasilan dan perkembangan perusahaan serta berperan dalam
pembangunan. Sebagai bentuk perhatian perusahaan terhadap tenaga kerjanya, maka
perusahaan harus menerapkan CSR kepada tenaga kerjanya. Penerapan CSR kepada
tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan kepada tenaga kerja,
memfasilitasi pelayanan kesehatan tenaga kerja, dan memberi bantuan keuangan
untuk pendidikan tenaga kerjanya. Karena dengan adanya program CSR yang
dilakukan oleh perusahaan terhadap tenaga kerjanya mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja dan keluarganya. Dan aktifitas CSR
tersebut dilakukan juga dengan harapan meminimalkan terjadinya konflik atau
permasalahan antara perusahaan dan tenaga kerjanya, selain itu pihak perusahaan
akan memperoleh hasil produksi yang maksimal, kinerja tenaga kerja yang lebih
optimal, dan dalam jangka panjang dan mampu menumbuhkan semangat serta
pengabdian para tenaga kerja untuk bisa memberi yang terbaik bagi perusahaan
(Edi Suharto, 2011).
5. Lingkungan
Lokasi
sebuah perusahaan yang berada pada lingkungan perusahaan tersebut beroperasi,
akan memunculkan kewajiban untuk peduli terhadap lingkungan. Aktivitas yang
dilakukan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
dampak negatif bagi lingkungan di sekitar perusahaan itu berada. Maka upaya
yang harus dilakukan perusahaan untuk tetap peduli terhadap lingkungan sekitar
adalah dengan melakukan kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR).
Kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dapat
dilakukan dengan memperhatikan polusi yang timbul akibat kegiatan operasi
perusahaan, konservasi sumber daya alam serta penggunaan material daur ulang.
Karena tujuan CSR yang sebenarnya adalah agar perusahaan melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Perusahaan yang berhubungan dengan pemanfaatan
alam harus memperhatikan dampak yang timbul atas kerusakan kelestarian
lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan sosial masyarakat.
6. Praktek
Operasi Perusahaan yang Adil
Praktek
operasi perusahaan yang adil juga merupakan salah satu bentuk dari CSR. Karena
bentuk tanggung jawab yang dilakukan perusahaan tidak hanya memperhatikan
kondisi eksternal sebagai akibat dari operasi perusahaan itu sendiri, tetapi
juga lingkungan internalnya. Maka konsep praktek operasi perusahaan yang adil
tetap harus diperhatikan oleh perusahaan. Praktek operasi perusahaan yang adil
dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan yang adil terhadap pemegang saham
minoritas (fairness), penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat
waktu (transparency), serta fungsi dan kewenangan RUPS (Payaman S,
2005).
7. Isu
Terkait Konsumen
Perhatian
terhadap konsumen oleh perusahaan merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan. Kebanyakan konsumen semakin kritis. Mereka sangat peduli dengan isu
mengenai keamanan produk, dan juga privasi yang harus didapatkan terhadap
dirinya dari produk yang dibelinya. Mereka akan menilai negatif terhadap
perusahaan yang tidak peduli mengenai keamanan produk yang dijual. Maka dari
itu perusahaan harus memberikan suatu bentuk tanggung jawab sosial berupa CSR
dengan melakukan survey untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap
produknya serta membuka peluang besar kepada para konsumen jika ada bentuk
saran maupun keluhan yang ditujukan kepada perusahaan. Karena hubungan yang
terjalin dengan baik antara perusahaan dan konsumen akan menguntungkan kedua
belah pihak terutama perusahaan sehubungan dengan produk yang dipasarkan serta
timbulnya loyalitas dari konsumen untuk terus menggunakan produk perusahaan
(SME, 2007).
D.
Pengungkapan
Informasi Akuntansi
Ada
dua jenis pengungkapan dalam hubungan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
standar dan regulasi, yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure)
Pengungkapan
Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang
berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang
telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.
G. 7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII. G. 2
tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua
Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah
melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui
dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk
setiap jenis industri.
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Manajer
memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi mengenai kinerja perusahaan
saat ini dan mendatang secara sukarela. Dalam laporan terakhir, Badan Standar
Akuntansi Keuangan (FASB) menjelaskan sebuah proyek FASB mengenai pelaporan
bisnis yang mendukung pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat pasar
modal dengan meningkatkan pengungkapan sukarelanya. Laporan ini berisi tentang
bagaimana perusahaan dapat menggambarkan dan menjelaskan potensi investasinya
kepada para investor.
Sejumlah
aturan, seperti aturan akuntansi dan pengungkapan, dan pengesahan oleh pihak
ketiga (auditing) dapat memperbaiki fungsi pasar. Aturan akuntansi mengurangi
kemampuan manajer dalam mencatat transaksi-transaksi ekonomi dengan cara yang
tidak mewakili kepentingan terbaik pemegang saham. Aturan pengungkapan menetapkan
ketentuan-ketentuan untuk memastikan bahwa para pemegang saham menerima
informasi yang tepat waktu, lengkap dan akurat.
PRAKTIK PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Praktik pengungkapan laporan tahunan memperlihatkan respons
manajer terhadap kebutuhan pengungkapan dan insentif mereka untuk menyediakan
informasi laporan keuangan kepada pengguna secara sukarela.
Aturan pengungkapan sangat berbeda di seluruh dunia dalam
beberapa hal seperti laporan arus kas dan perubahan ekuitas, transaksi pihak
terkait, pelaporan segmen, nilai wajar aktiva dan kewajiban keuangan dan laba
per saham. Pada bagian ini perhatian dipusatkan pada:
1) Pengungkapan
Informasi Progresif
Informasi yang melihat ke masa depan
(progresif) mencakup:
a) Ramalan pendapatan, laba rugi, laba
rugi per saham (EPS), pengeluaran modal, dan pos keuangan lainnya.
b) Informasi prospektif mengenai
kinerja atau posisi ekonomi masa depan yang tidak pasti jika dibandingkan
dengan proyeksi pos, periode fiskal, dan jumlah proyeksi.
c) Laporan rencana manajemen dan tujuan
operasi di masa depan.
Kebanyakan
perusahaan di masing-masing negara menyajikan pengungkapan informasi mengenai
rencana dan tujuan manjemen.
2) Pengungkapan
Segmen
Permintaan
investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan segmen
industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Contoh, para analis keuangan
di Amerika secara konsisten meminta data laporan dalam bentuk disagregat yang
jauh lebih detail dari yang ada sekarang. Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail.
Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih
baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap
keseluruhan perusahaan.
3) Laporan
Arus Kas dan Dana Kas
IFRS
dan standar akuntansi di AS, Inggris, dan sejumlah besar negara lain haruskan
penyajian laporan arus kas. Adopsi ketentuan laporan arus kas baru-baru ini di
beberapa negara seperti Jepang dan Cina mencerminkan semakin pentingnya
perhatian oleh para analisis dan para pengguna laporan keuangan terhadap
informasi arus kas.
4) Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Saat
ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok
besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) karyawan,
pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, dan masyarakat umum.
Informasi
mengenai kesejahteraan karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi
buruh. Bidang permasalahan yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja,
keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja
dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para
investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan
produktivitas perusahaan.
PENGUNGKAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
Tata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal
yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan, yaitu
tanggung jawab, akuntabilitas dan hubungan di antara para pemegang saham,
anggota dewan dan para manajer yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan.
Masalah-masalah tata kelola perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan
kepada pemegang saham, tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan
peranan pihak-pihak yang berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin
mendapat perhatian dari para regulator, investor dan analis.
1. Komponen dari rancangan kerja untuk
memahami dan menilai pengelolaan perusahaan adalah infrastruktur pasar,
lingkungan hukum, pengaturan lingkungan, dan infrastruktur informasi.
2. Pengungkapan pengelolaan perusahaan
mencakup laporan bagaimana pemerintah mengelola informasi tentang jajaran
direktur, dan sebuah pembahasan pengendalian internal.
PENGUNGKAPAN LAPORAN TAHUNAN DI NEGARA PASAR BERKEMBANG
Pengungkapan laporan tahunan
perusahaan di negara-negara pasar berkembang secara umum kurang ekstensif dan
kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju.
Tingkat pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten
dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar
ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal seperti kelompok
keluarga menyalurkan kebanyakan kebutuhan pendanaan dan secara umum tidak
terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel dan
tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.
Namun demikian, permintaan investor
atas informasi mengenai perusahaan yang tepat waktu dan kredibel di
Negara-negara pasar berkembang semakin banyak regulator memberikan respons
terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan pengungkapan yang lebih ketat
dan meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan penegakan aturan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akuntansi
menyediakan informasi akuntansi berupa laporan-laporan bagi pihak yang
berkepentingan (Stakeholders) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: pihak internal dan pihak
eksternal. Agar sebuah laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan maka
kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi kriteria, yaitu: asas manfaat,
relevansi antara laporan keuangan tersebut dengan tujuan pelaporannya, tingkat
kepercayaan, komparabilitas, konsistensi, mudah dipahami dan tidak multi
interpretasi. Informasi yang diberikan juga harus mencakup beberapa aspek,
yaitu: Informasi yang tersedia harus mampu
menggambarkan pencapain tujuan yang ada dan konsistensinya dengan syariat;
Informasi tersebut harus mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi
rasio kecukupan modal, resiko investasi, likuiditas, dan berbagai aspek
finansial perbankan lainnya. Peran yang dimaksudkan adalah peran akuntan
mengenai audit dan konsultasi manajemen atau perpajakan yang akan bermanfaat
bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.
Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
perusahaan untuk menjaga berlangsungnya usaha di masa depan. CSR berguna untuk
menarik simpati masyarakat konsumen dan dapat membangun citra perusahaan yang
baik. Diharapkan agar semakin banyak masyarakat konsumen yang menjadi pelanggan
setia. CSR adalah kegiatan perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan
masyarakat di sekitar perusahaannya serta berperilaku baik dan bertanggung
jawab di dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan
menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan
keputusan. Informasi lainnya juga diperlukan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Informasi-informasi tersebut dianalisis dan pada akhirnya dipakai
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sebagai suatu sistem informasi,
Akuntansi sangatlah diperlukan baik oleh pihak intern perusahaan atau dari luar
perusahaan. Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar
berkembang secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan
pelaporan perusahaan di negara-negara maju.
Tingkat
pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten
dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar
ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal menyalurkan banyak
kebutuhan pendanaan dan secara umum tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan
pengungkapan publik yang kredibel dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih maju.
DAFTAR
PUSTAKA
Anisa, Chairi dan Imam. 2001. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Suwardjono.
2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan
Pelaporan. Yogyakarta: BPFE.
Choi, Frederick D.S.,
and Gerhard D. Mueller. 2005. Akuntansi
Internasional. Buku 1. Jakrta: Salemba Empat