Jumat, 11 September 2015

akuntansi internasional

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi (accounting thought) dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 M–1300 M; tahun 1300 M–1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi. Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry bookkeeping. Pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern (Basuki, 2000: 173).
Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2) sumber informasi dalam pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan sejalan dengan (sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama. Bila dihubungkan dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman terhadap akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan (Basuki, 2000: 174).
Informasi akuntansi merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan (Nicholls dan Holmes, 1988: 57), terutama oleh pelaku bisnis. Dimana informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang bisa mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang kegiatan ekonomi.
Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam merumuskan berbagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang. Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketidakpastian, antara lain mengenai kebutuhan akan kas (Sutapa, Rusdi, dan Kiryanto, 2001: 200).
Informasi akuntansi berhubungan dengan data akuntansi atas transaksitransaksi keuangan dari suatu unit usaha, baik usaha jasa, dagang maupun manufaktur. Supaya informasi akuntansi dapat dimanfaatkan oleh manajer atau pemilik usaha, maka informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Arus informasi akuntansi keuangan dari perusahaan kecil sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana perkembangan usaha perusahaan, bagimana struktur modalnya, berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan pada suatu periode tertentu.
Holmes dan Nicholls (1989) mengungkapkan bahwa informasi akuntansi yang banyak disiapkan dan digunakan perusahaan kecil dan menengah adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang atau peraturan (statutory). Selain itu, informasi akuntansi yang seharusnya dibutuhkan oleh manajemen perusahaan kecil dan menengah dalam pengggunaan informasi akuntansi sangat terbatas sekali. Philip (1977) mengungkapkan banyak kelemahan dalam praktik akuntansi pada perusahaan kecil. Kelemahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan dan overload standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan pelaporan keuangan (William et.al, 1989; Knutson dan Henry, 1985; Nair dan Rittenberg, 1983; Wishon, 1985; Murray et al, 1983).
Dari uraian tersebut jelas bahwa industri menengah banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi akuntansi dengan baik. Padahal dengan semakin ketatnya persaingan bisnis dalam era globalisasi ekonomi, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang akan mampu memenangkan persaingan. Keunggulan tersebut diantaranya adalah kemampuan dalam mengelola berbagai informasi, sumber daya manusia, alokasi dana, penerapan teknologi, sistem pemasaran dan pelayanan. Sehingga manajemen perusahaan yang profesional merupakan tuntutan yang harus segera dipenuhi untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan secara baik.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana model penelitian informasi akuntansi?
2.    Bagaimana peran informasi akuntansi untuk stake holder?
3.    Bagaimana peran akuntansi dan CSR?
4.    Bagaimana pengungkapan informasi akuntansi?

C.  Tujuan
1.    Mengetahui model penelitian informasi akuntansi.
2.    Mengetahui peran informasi akuntansi untuk stake holder.
3.    Mengetahui peran akuntansi dan CSR.
4.    Mengetahui pengungkapan informasi akuntansi.































BAB II
PEMBAHASAN

A.  Model Penelitian Informasi Akuntansi
1.    Perkembangan Penelitian Akuntansi
Disiplin akuntansi termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan sosial, yaitu sebagai ilmu yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan organisasi sosial yang bersifat terbuka. Disiplin ini berada dalam lingkaran interaksi kehidupan antara manusia atau kelompok manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu akuntansi juga berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Namun akhir-akhir ini muncul isu diskusi yang mempermasalahkan dimana letak kedudukan disiplin akuntansi dalam struktur ilmu pengetahuan. Saat ini para pakar ilmu akuntansi sudah bergeser dalam memberikan definisi akuntansi dari perannya sebagai suatu seni (arts) menjadi teknologi (khususnya rekayasa sistem informasi).
Akuntansi  sebagai seni mulai diperkenalkan oleh bapak ilmu akuntansi, Luca Paccioli dalam bukunya yang berjudulSumma De Arithmatika”. Luca Paciolli mengajarkan bagaimana melakukan pencatatan transaksi secara berpasangan (1494). Gagasannya yang sederhana, dengan dicatat dua kali pada sisi yang berbeda maka kecermatan pencatatan suatu transaksi akan menjadi lebih baik. Tahap awal akuntansi dengan sistem berpasangan ini disebut pengembangan tahap pertama.
Pengembangan tahap kedua terjadi pada decade 30-an abad ke duapuluh yang dipelopori oleh W.A. Paton dan Litleton dalam buku yang diberi judul An Introduction to Corporate Accounting Standarts. Lahir karya besar didasarkan kenyataan yang berkembang pada saat itu sebagai akibat indutrialisasi besar-besaran yang tumbuh di Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa, serta munculnya resesi yang melanda dunia setelah Perangt Dunia pertama. Saat itu dipandang perlu menyusun format baru bahwa pelaporan keuangan membutuhkan standart pelaporan yang jelas.
Perkembangan tahap ketiga terjadi setelah decade tahun enampuluhan dengan tokoh sentral Paul Grady yang dengan teamnya berhasil menyusun prinsip serta standart akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat. Karakter pengembangan pemikiran akuntansi saat itu sangat dipengaruhi oleh:
a.    Unsur perilaku manusia yang peranannya dalam suatu perusahaan semakin menonjol (terutama perilaku para manajernya).
b.    Unsur teknologi informasi dan perkembangan pengetahuan lainnya yang seolah-olah tidak ada batasnya.
c.    Unsur perkembangan pasar global yang menjadikan peusahaan berkembang menjadi multinational corporate.

2.    Tujuan dalam Penelitian Informasi Akuntansi
Pendekatan ini mewakili orientasi utama atau tujuan dari penelitian akuntansi. Diwakili dengan sebuah perubahan signifikan melalui penelitian normatif secara murni.
1.    Pendekatan Model-Keputusan
“Apakah informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan?”. Pendekatan ini lebih mengkonsentrasikan pada apakah informasi adalah berguna untuk keputusan-keputusan utama.
1)   Chambers dan Sterling. Pendekatan nilai keluar harga jual dari aset-aset adalah relevan untuk penetapan keputusan atau penempatan aset-aset dan juga menyediakan sebuah ukuran dari total likuiditas yang tersedia  bagi perusahaan tersebut.
2)   Bell. Deprival value nilai terendah dari biaya pengganti atau jumlah penilaian kembali yang lebih tinggi dari nilai bersih realisasi atau nilai sekarang.
3)   Ijri. Menyarankan stewardship yang dikonsentrasikan dengan akuntabilitas dari manajemen dan pemilik.
4)   Mattesich. Penyaran dari metode axiomatic terhadap pengambilan keputusan dimana sebuah teori akuntansi umum bisa digunakan untuk pengambilan kebutuhan informasi yang spesifik bagi pengguna.
5)   Staubus. Mensimulasikan arus kas yang didiskontokan sedekat mungkin dalam menyarankan untuk memfasilitasi pembuat keputusan bagi investor.
2.    Penelitian Pasar Modal
Harga pasar diasumsikan untuk merefleksikan secara utuh semua informasi yang tersedia secara umum. Hipotesis efesiensi-pasar mempunyai beberapa implikasi yang secara potensial signifikan untuk akuntansi. Sebagai contoh, karena informasi direfleksikan secara cepat dalam harga saham, mendorong untuk untuk meningkatkan pengungkapan akuntansi. Dengan demikian, meskipun pengungkapan sangat penting, memperoleh angka-angka yang dimasukkan dalam tubuh laporan keuangan dipertimbangkan lebih disukai daripada pengungkapan dalam catatan kaki.
3.    Penelitian Keperilakuan
Bagaimana pengguna informasi akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang mereka perlukan. Hal ini mempelajari pengaruh informasi terhadap perilaku manusia, yang berarti informasi tersebut mempengaruhi sikap, motivasi, produktivitas, dan pengambilan keputusan. Penelitian perilaku terbagi 2:
a.    Perilaku yang melibatkan pertimbangan dalam pengaturan satu orang.
b.    Penelitian yang interaktif yang melibatkan lebih dari satu orang dan berefek pada keputusan orang lain.
4.    Agency Theory (Teori Agensi)
Muncul sebagai suatu reaksi dari pemisahan dalam perusahaan modern antara kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik diluar perusahaan dan tidak termasuk dalam keputusan manajemen. Penelitian mengenai teori keagenan bisa deduktif ataupun induktif dan merupakan contoh khusus dari penelitian keperilakuan, walaupun akar dari teori agen adalah keuangan dan ilmu ekonomi dan bukannya psikologi dan sosiologi.
Estimasi yang mendasari adalah perilaku individu dalam kepentingan mereka sendiri, dimana pada saat yang sama dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan perusahaan. Asumsi penting lainnya dalam teori agen adalah bahwa perusahaan merupakan tempat atau titik pertemuan bagi banyak hubungan tipe perjanjian yang ada diantara manajemen, pemilik, kreditor, dan pemerintah. Hasilnya, teori agen terkait dengan berbagai macam biaya monitoring dan menguatkan hubungan diantara berbagai macam kelompok tersebut. Contoh: Audit.
Satu hipotesis tentang teori agen adalah bahwa manajemen mencoba untuk memaksimalkan kesejahteraannya dengan meminimalisir berbagai macam biaya agen yang timbul dari kegiatan pengawasan dan contracting. Perlu diperhatikan bahwa hal ini tidak sama dengan usaha manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Tindakan manajemen tidak selalu dalam kepentingan pemegang saham. Hal ini sering disebut opportunisti behaviour atau moral hazard. Audit, sebagai contoh meminimalisir biaya agen, akan menjadi contoh efficient contracting.
5.    Informasi Ekonomi
Meningkatnya biaya dalam mendapat informasi akuntansi mengarahkan pengetahuan baru dalam riset akuntansi: informasi ekonomi. Penelitian informasi ekonomi biasa nya teranalisis secara alami. Informasi ekonomi belakangan telah memasukan asumsi teori agen dan situasi dalam analisis nya. Ini karena pembagian risiko antara prinsipal dan agen secara dekat terhubung dengan isu apakah dua sisi mempunyai informasi yang lengkap atau apakah asimetri informasi muncul dimana satu sisi (biasanya agen) mempunyai banyak informasi daripada bagian lainnya.
6.    Akuntansi Kritisi
Akuntansi kritisi adalah cabang akuntansi teori yang menunjukan bahwa akuntansi mempunyai peran utama dalam menengahi konflik antara perusahaan dan konstitusi sosial seperti tenaga kerja, konsumen dan masyarakat umum. Ini secara langsung memperhatikan peran sosial aktif akuntan. Akuntansi kritisi dipersatukan dari sebuah penggabungan 2 sisi akuntansi yang berkembang pada tahun 1960, akuntansi sektor publik dan akuntansi sosial. Akuntansi kritisi lebih luas dibandingkan akuntansi sektor publik dan akuntansi sosial( namun tetap satu kesatuan). Tujuan penelitian akuntansi kritisi adalah untuk memajukan bagian dari bagian-bagian penempatan oleh akuntansi sektor publik dan akuntansi kritisi ke tujuan utama riset akuntansi dengan mengadopsi “konfilk berdasar perspektif”.
7.    Revolusi Ilmiah dalam Akuntansi
Beberapa prediksi revolusi ilmiah dalam penelitian akuntansi karena ketidakpuasan dengan paradigma yang ada. Dalam akuntansi, bagian paradigma mempunyai pembiayaan historis, yang mana berdasar pada konsep realisasi dan mencocokan dan pengajaran penting lainnya, seperti konseravatisme, kesinambungan, akuntansi entitas, dan waktu periode. Ketidakmampuan pembiayaan historis untuk mengatasi masalah pelaporan keuangan selama tahun 1970 dalam penjagaan inflasi tinggi menyebabkan ketidakpuasan yang besar. Efek inflasi pada waktu itu,menggabungkan pembangunan bersama penelitian empiris dalam akuntansi sebaik penelitian perspektif lainnya, memimpin beberapa pengembangan paradigma baru yang mungkin dalam akuntansi.

B.  Peran Informasi Akuntansi Untuk Stake Holder
Peran informasi akuntansi bagi stake holder, yaitu:
1.    Informasi akuntansi berguna untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis.
2.    Informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan program yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam proses penganggaran.
3.    Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator) sebagai dasar penilaian kinerja. Informasi akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.
Akuntansi menyediakan informasi akuntansi berupa laporan-laporan bagi pihak yang berkepentingan (Stakeholders) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan, pihak-pihak tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pihak internal dan eksternal.
1.    Pihak internal adalah pengelola perusahaan (manajemen) yaitu pihak yang bertanggung jawab di dalam mengarahkan jalannya perusahaan, seperti manajer perusahaan. Manajer atau pimpinan perusahaan membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui dengan tepat posisi keuangan, untuk pengambilan keputusan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, menilai dan mempertanggung jawabkan keberhasilan dalam mengelola perusahaan.
2.    Pihak eksternal adalah pihak-pihak di luar perusahaan yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan sehari-hari, yaitu para investor, kreditor, pemilik perusahaan atau pemegang saham dan badan pemerintah serta instasi perpajakan.
Untuk memenuhi kewajiban seperti pelaporan finansial kepada stakeholder.
Pemakai dari Sistem Informasi Akuntansi dapat berupa pemakai internal, yaitu manajer, maupun pemakai eksternal, yaitu nasabah, pemerintah dan para stakeholder lainnya. Agar sebuah laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan maka kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1)   Asas manfaat, terutama bagi pihak pemakainya.
2)   Relevansi antara laporan keuangan tersebut dengan tujuan pelaporannya.
3)   Tingkat kepercayaan.
4)   Komparabilitas, artinya dapat diperbandingkan berdasarkan periode waktu tertentu.
5)   Konsistensi, artinya metode yang digunakan konsisten dan tidak mudah berubah.
6)   Mudah dipahami, serta tidak multi interpretasi.
Selain keenam hal tersebut, informasi yang diberikan juga harus mencakup beberapa aspek:
a.    Informasi yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain tujuan yang ada dan konsistensinya dengan syariat. Jika bank melakukan deal pada transaksi yang diharamkan, misalnya terkait dengan sistem riba, maka harus dijelaskan secara detil mengenai pemisahan pencatatan transaksi tersebut.
b.    Informasi tersebut harus mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi rasio kecukupan modal, resiko investasi, likuiditas, dan berbagai aspek finansial perbankan lainnya. Ini sangat penting dilakukan, sehingga kredibilitas bank dapat dipertanggung jawabkan.

C.  Peran Akuntansi dan CSR
Tidak dapat dipungkiri lagi peran akuntan di dalam membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan sangat dibutuhkan. Peran akuntan tersebut mencangkup peran akuntan didalam manajemen, akuntansi dan lingkungan bisnis perusahaan. Dimana peran yang dimaksud adalah peran akuntan mengenai audit dan konsultasi manajemen bahkan konsultasi mengenai perpajakan yang akan bermanfaat bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Salah satu jasa yang bisa di mamfaatkan adalah jasa akuntan yang berkaitan dengan akuntan manajemen. Akuntan manajemen tersebut berfungsi sebagai konsultan internal, internal audit bahkan sebagai perancang sistem informasi akuntansi didalam perusahaan. Didalam memberikan konsultan internal, akuntan manajemen harus berorientasi pada kepentingan perusahaan sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Salah satu yang bisa dikaji dan dianalisis oleh akuntan manajemen mengenai CSR (Corporate Social Responsibility) yang disangkutkan pada permasalahan sosial diluar perusahaan.
Corporate social responsibility itu sendiri adalah adanya tanggung jawab sosial atas aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa tanggung jawab yang dimaksudkan adalah perhatian perusahaan terhadap segi kesehatan dan segi pendidikan didalam masyarakat sekitar perusahaan atau masyarakat umum lainnya. Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) ini merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk menjaga kelangsungan usahanya di masa depan. CSR dapat dipakai sebagai upaya meraih simpati masyarakat konsumen dan dapat membangun citra perusahaan yang baik. Diharapkan agar di kemudian hari semakin banyak masyarakat konsumen yang menjadi pelanggan setia.
CSR adalah kegiatan perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar perusahaannya serta berperilaku baik dan bertanggung jawab di dalam pengambilan keputusannya. Pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan. Informasi lain juga diperlukan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Informasi-informasi tersebut ditampung menjadi satu, dianalisis dan pada akhirnya dipakai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sebagai suatu sistem informasi, Akuntansi sangatlah diperlukan baik oleh pihak intern perusahaan, maupun dari luar perusahaan.
Elemen-elemen CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu:
1.    Pengembangan Masyarakat
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pasti disertai dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Namun umumnya, dampak negatif yang akan lebih mendominasi dari kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dampak negatif itu sendiri dapat berupa pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik atau sumbedaya alam bagi kepentingan jangka pendek. Dalam posisi ini tentu masyarakat yang akan banyak menanggung dampak negatif tersebut. Oleh karena itu perusahaan dapat menunjukkan salah satu bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat melalui Coorporate Social Responsibility (CSR) ini. Program dalam CSR ini sebaiknya dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat sekitar, sehingga mereka dapat merasakan manfaat dari apa yang mereka butuhkan. Seperti mendukung pengembangan industri lokal, membuka fasilitas perusahaan bagi masyarakat, dan berpartisipasi dalam proyek kesehatan masyarakat serta berbagai bentuk kegiatan yang lain. Karena program CSR itu sendiri seharusnya bukan sekedar bentuk Charity perusahaan terhadap masyarakat seperti pemberian bantuan jangka pendek yang tidak menyelesaikan permasalahan di masyarakat maupun lingkungan. Tapi kegiatan CRS ini selayaknya merupakan Coorporate Citizenship dimana program yang dibuat berdasarkan pertimbangan jangka panjang dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar (Alfia, 2008).
2.    Tata Kelola Organisasi
Prinsip penyelenggaraan CSR yang baik akan berkaitan erat dengan tata kelola perusahaan yang baik (Good Governance) pula. Good Governance dapat dilakukan perusahaan dengan melakukan seperti penentuan dan pelibatan stake holders dalam sejumlah aktivitas perusahaan, komunikasi kebijakan dan program dari perusahaan, dan pengintegrasian program CSR dalam kebijakan dan program perusahaan. Karena dengan tata kelola organisasi yang baik, maka target dan strategi perusahaan akan mudah tercapai. (APCSRI, 2009)
3.    Hak Asasi Manusia
Pengangkatan nilai-nilai Hak Asasi Manusia di dalam praktek operasi perusahaan harus sangat diperhatikan oleh manajemen perusahaan. Maka pelanggaran HAM yang terjadi di dalam korporasi atau sebuah unit usaha harus sangat dikurangi. Karena akan mempengaruhi kondisi kerja bagi perusahaan itu sendiri. Maka perusahaan dengan tingkat pelanggaran HAM yang sedikit akan jauh lebih baik kondisi kerjanya jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat pelanggaran yang besar.
4.    Tenaga Kerja
Keberadaan suatu perusahaan tidak bisa terlepas dari peranan para tenaga kerja sebagai lingkungan internalnya. Perusahaan dan tenaga kerja merupakan pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan kontribusi dan harmonisasi. Keduanya akan menentukan keberhasilan dan perkembangan perusahaan serta berperan dalam pembangunan. Sebagai bentuk perhatian perusahaan terhadap tenaga kerjanya, maka perusahaan harus menerapkan CSR kepada tenaga kerjanya. Penerapan CSR kepada tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan kepada tenaga kerja, memfasilitasi pelayanan kesehatan tenaga kerja, dan memberi bantuan keuangan untuk pendidikan tenaga kerjanya. Karena dengan adanya program CSR yang dilakukan oleh perusahaan terhadap tenaga kerjanya mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga kerja dan keluarganya. Dan aktifitas CSR tersebut dilakukan juga dengan harapan meminimalkan terjadinya konflik atau permasalahan antara perusahaan dan tenaga kerjanya, selain itu pihak perusahaan akan memperoleh hasil produksi yang maksimal, kinerja tenaga kerja yang lebih optimal, dan dalam jangka panjang dan mampu menumbuhkan semangat serta pengabdian para tenaga kerja untuk bisa memberi yang terbaik bagi perusahaan (Edi Suharto, 2011).
5.    Lingkungan
Lokasi sebuah perusahaan yang berada pada lingkungan perusahaan tersebut beroperasi, akan memunculkan kewajiban untuk peduli terhadap lingkungan. Aktivitas yang dilakukan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan di sekitar perusahaan itu berada. Maka upaya yang harus dilakukan perusahaan untuk tetap peduli terhadap lingkungan sekitar adalah dengan melakukan kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan CSR sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan memperhatikan polusi yang timbul akibat kegiatan operasi perusahaan, konservasi sumber daya alam serta penggunaan material daur ulang. Karena tujuan CSR yang sebenarnya adalah agar perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Perusahaan yang berhubungan dengan pemanfaatan alam harus memperhatikan dampak yang timbul atas kerusakan kelestarian lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan sosial masyarakat.
6.    Praktek Operasi Perusahaan yang Adil
Praktek operasi perusahaan yang adil juga merupakan salah satu bentuk dari CSR. Karena bentuk tanggung jawab yang dilakukan perusahaan tidak hanya memperhatikan kondisi eksternal sebagai akibat dari operasi perusahaan itu sendiri, tetapi juga lingkungan internalnya. Maka konsep praktek operasi perusahaan yang adil tetap harus diperhatikan oleh perusahaan. Praktek operasi perusahaan yang adil dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas (fairness), penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu (transparency), serta fungsi dan kewenangan RUPS (Payaman S, 2005).
7.    Isu Terkait Konsumen
Perhatian terhadap konsumen oleh perusahaan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Kebanyakan konsumen semakin kritis. Mereka sangat peduli dengan isu mengenai keamanan produk, dan juga privasi yang harus didapatkan terhadap dirinya dari produk yang dibelinya. Mereka akan menilai negatif terhadap perusahaan yang tidak peduli mengenai keamanan produk yang dijual. Maka dari itu perusahaan harus memberikan suatu bentuk tanggung jawab sosial berupa CSR dengan melakukan survey untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen terhadap produknya serta membuka peluang besar kepada para konsumen jika ada bentuk saran maupun keluhan yang ditujukan kepada perusahaan. Karena hubungan yang terjalin dengan baik antara perusahaan dan konsumen akan menguntungkan kedua belah pihak terutama perusahaan sehubungan dengan produk yang dipasarkan serta timbulnya loyalitas dari konsumen untuk terus menggunakan produk perusahaan (SME, 2007).

D.  Pengungkapan Informasi Akuntansi
Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi, yaitu:
1.    Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure)
Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII. G. 7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII. G. 2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri.
2.    Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Manajer memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi mengenai kinerja perusahaan saat ini dan mendatang secara sukarela. Dalam laporan terakhir, Badan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menjelaskan sebuah proyek FASB mengenai pelaporan bisnis yang mendukung pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat pasar modal dengan meningkatkan pengungkapan sukarelanya. Laporan ini berisi tentang bagaimana perusahaan dapat menggambarkan dan menjelaskan potensi investasinya kepada para investor.
Sejumlah aturan, seperti aturan akuntansi dan pengungkapan, dan pengesahan oleh pihak ketiga (auditing) dapat memperbaiki fungsi pasar. Aturan akuntansi mengurangi kemampuan manajer dalam mencatat transaksi-transaksi ekonomi dengan cara yang tidak mewakili kepentingan terbaik pemegang saham. Aturan pengungkapan menetapkan ketentuan-ketentuan untuk memastikan bahwa para pemegang saham menerima informasi yang tepat waktu, lengkap dan akurat.
PRAKTIK PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Praktik pengungkapan laporan tahunan memperlihatkan respons manajer terhadap kebutuhan pengungkapan dan insentif mereka untuk menyediakan informasi laporan keuangan kepada pengguna secara sukarela.
Aturan pengungkapan sangat berbeda di seluruh dunia dalam beberapa hal seperti laporan arus kas dan perubahan ekuitas, transaksi pihak terkait, pelaporan segmen, nilai wajar aktiva dan kewajiban keuangan dan laba per saham. Pada bagian ini perhatian dipusatkan pada:
1)   Pengungkapan Informasi Progresif
Informasi yang melihat ke masa depan (progresif) mencakup:
a)    Ramalan pendapatan, laba rugi, laba rugi per saham (EPS), pengeluaran modal, dan pos keuangan lainnya.
b)   Informasi prospektif mengenai kinerja atau posisi ekonomi masa depan yang tidak pasti jika dibandingkan dengan proyeksi pos, periode fiskal, dan jumlah proyeksi.
c)    Laporan rencana manajemen dan tujuan operasi di masa depan.
Kebanyakan perusahaan di masing-masing negara menyajikan pengungkapan informasi mengenai rencana dan tujuan manjemen.
2)   Pengungkapan Segmen
Permintaan investor dan analis akan informasi mengenai hasil operasi dan keuangan segmen industri tergolong signifikan dan semakin meningkat. Contoh, para analis keuangan di Amerika secara konsisten meminta data laporan dalam bentuk disagregat yang jauh lebih detail dari yang ada sekarang. Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) juga membahas pelaporan segmen yang sangat mendetail. Laporan ini membantu para pengguna laporan keuangan untuk memahami secara lebih baik bagaimana bagian-bagian dalam suatu perusahaan berpengaruh terhadap keseluruhan perusahaan.
3)   Laporan Arus Kas dan Dana Kas
IFRS dan standar akuntansi di AS, Inggris, dan sejumlah besar negara lain haruskan penyajian laporan arus kas. Adopsi ketentuan laporan arus kas baru-baru ini di beberapa negara seperti Jepang dan Cina mencerminkan semakin pentingnya perhatian oleh para analisis dan para pengguna laporan keuangan terhadap informasi arus kas.
4)   Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Saat ini perusahaan dituntut untuk menunjukkan rasa tanggung jawab kepada sekelompok besar yang disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, kelompok aktivis, dan masyarakat umum.
Informasi mengenai kesejahteraan karyawan telah lama menjadi perhatian bagi organisasi buruh. Bidang permasalahan yang menjadi perhatian terkait dengan kondisi kerja, keamanan pekerjaan, kesetaraan dalam kesempatan, keanekaragaman angkatan kerja dan tenaga kerja anak-anak. Pengungkapan karyawan juga diminati oleh para investor karena memberikan masukan berharga mengenai hubungan kerja, biaya, dan produktivitas perusahaan.
PENGUNGKAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN
Tata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan, yaitu tanggung jawab, akuntabilitas dan hubungan di antara para pemegang saham, anggota dewan dan para manajer yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Masalah-masalah tata kelola perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang saham, tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan peranan pihak-pihak yang berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin mendapat perhatian dari para regulator, investor dan analis.
1.    Komponen dari rancangan kerja untuk memahami dan menilai pengelolaan perusahaan adalah infrastruktur pasar, lingkungan hukum, pengaturan lingkungan, dan infrastruktur informasi.
2.    Pengungkapan pengelolaan perusahaan mencakup laporan bagaimana pemerintah mengelola informasi tentang jajaran direktur, dan sebuah pembahasan pengendalian internal.
PENGUNGKAPAN LAPORAN TAHUNAN DI NEGARA PASAR BERKEMBANG
Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar berkembang secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju. Tingkat pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal seperti kelompok keluarga menyalurkan kebanyakan kebutuhan pendanaan dan secara umum tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.
Namun demikian, permintaan investor atas informasi mengenai perusahaan yang tepat waktu dan kredibel di Negara-negara pasar berkembang semakin banyak regulator memberikan respons terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan pengungkapan yang lebih ketat dan meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan penegakan aturan.








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Akuntansi menyediakan informasi akuntansi berupa laporan-laporan bagi pihak yang berkepentingan (Stakeholders) mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: pihak internal dan pihak eksternal. Agar sebuah laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan maka kualitas informasi yang diberikan harus memenuhi kriteria, yaitu: asas manfaat, relevansi antara laporan keuangan tersebut dengan tujuan pelaporannya, tingkat kepercayaan, komparabilitas, konsistensi, mudah dipahami dan tidak multi interpretasi. Informasi yang diberikan juga harus mencakup beberapa aspek, yaitu: Informasi yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain tujuan yang ada dan konsistensinya dengan syariat; Informasi tersebut harus mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi rasio kecukupan modal, resiko investasi, likuiditas, dan berbagai aspek finansial perbankan lainnya. Peran yang dimaksudkan adalah peran akuntan mengenai audit dan konsultasi manajemen atau perpajakan yang akan bermanfaat bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk menjaga berlangsungnya usaha di masa depan. CSR berguna untuk menarik simpati masyarakat konsumen dan dapat membangun citra perusahaan yang baik. Diharapkan agar semakin banyak masyarakat konsumen yang menjadi pelanggan setia. CSR adalah kegiatan perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitar perusahaannya serta berperilaku baik dan bertanggung jawab di dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan. Informasi lainnya juga diperlukan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Informasi-informasi tersebut dianalisis dan pada akhirnya dipakai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sebagai suatu sistem informasi, Akuntansi sangatlah diperlukan baik oleh pihak intern perusahaan atau dari luar perusahaan. Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar berkembang secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju. Tingkat pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara itu. Pasar ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal menyalurkan banyak kebutuhan pendanaan dan secara umum tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.





















DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Chairi dan Imam. 2001. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan. Yogyakarta: BPFE.


Choi, Frederick D.S., and Gerhard D. Mueller. 2005. Akuntansi Internasional. Buku 1. Jakrta: Salemba Empat