Selasa, 26 November 2013

Keseluruhan Perencanaan dan Program Audit



JENIS – JENIS PENGUJIAN
            Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian substantif transaksi memengaruhi risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian internal serta jumlah nominal transaksi.
a.      Prosedur Pengukuran Risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakuan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal, serta digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. 
b.      Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini :
a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.
b. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.
c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian.
d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran system sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dal menentukan apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasanya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesannya.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah penggunaaan pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya digunakan untuk menguji sebuah sampel transaksi. Prosedur yang dilakukan untuk mendapakan pemahaman ats pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti tepat yang memadai untuk mendukung bahwa pengendalian telah berjalann efektif. Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut :
1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.
Salah satu cara dimana auditor dapat membuktikan pencatatan transaksi adalah dengan melakukan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah diterapkan dalam transaksi penjualan dan penerimaaan kas, auditor dapat melakuakn pengujian pengandalaian untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi untuk sikls tersebut telah terpenuhi.
c.       Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi. Pengujian pengendalian maupun pengujian substantif transaksi dilakukan untuk transaksi-transaksi dalam siklus tersebut, bukan di saldo akhir akun-akunnya. Auditor memverifikasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi penjualan dan penerimaan kas dengan melakukan pengujian substantif transaksi.
Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secaar terpisah dari semua pengujian lainnya, namun sering kali lebi efisien untuk melakukan bersamaan dengan pengujian substantif transaksi.
 


d.      Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln audit. Prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
2. Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian substantif ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.
e.       Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca.  Pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi, pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan. Pengujian terperinci saldo membantu menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang tekait, sehingga merupakan pengujian substantif.
f.       Ikhtiar Jenis-Jenis Pengujian
Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memungkinkan pengurangan pengujian substantif. Pengendalian pengujian juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik. Pengujian substantif transaksi digunakan untuk memverifikasi transakasi yang dicatat dalam jurnal dan dipindahbukukan ke dalam buku besar. Prosedur analitis menekankan pada keyakinan keseluruhan atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo buku besar. Pengujian atas perincian saldo menekankan pada saldo akhir dalam buku besar.
Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendapatkan keyakinan keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus enjualan dan penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya. Untuk meningkatkan keyakinan keseluruhan pada suatu siklus, auditor dapat meningkatkan keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN
Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Ingat kembali bahwa prosedur analitis diharuskan dalam semua audit untuk menilai resiko salah saji majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya dilakukan untuk menghadapi resiko yangteridentifikasi untuk memberikan dasar bagi opini auditor. Perlu dicatat  bahwa hanya prosedur penilaian resiko, khususnya  prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian, dan pengujian pengendalian digunakan dalam audit pengendalian internal laporan keuangan.
            Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk untuk kesediian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektifitas pengendalian internal serta risiko bawaan. Hanya dua faktoer pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis nukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya ). Tabel 11.2 mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti audit.  Kita dapat melakukan beberapa pengamatan berikut mengenai tabel tersebut
·         Makin banyak jenis audit, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk menguji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis pengujian lainnya.
·         Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
·         Tanay jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
·         Dokumentasi digunakan disetiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengans atu pengecualin. Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang” pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan.
·         Perhitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika melakukan pengujian subtantif transaksi dan saldo akun ketikan melakukan pengujian atas perincian saldo.
Biaya-biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.
·         Prosedur analitis
·         Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal.
·         Pengujian pengendalian
·         Pengujian subtantif transaksi
·         Pengujian terperinci saldo
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering kali, informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnnya karena auditor dapat denagn mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian terhadap sesuatu  seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan operasi bisnis dan manajemen klien serta struktur tata kelolanya relatif lebih mudah dibandingkan dengan pengujian audit lainnya.
Karena pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan dan pemeriksaaan, biaya relatifnya juag rendah dibandingkan dengan pengujian subtantif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pnegendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Seringkali auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat lunak audit. Perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian dalam sistem akuntasni komputerisasi yang secara otomatis  mengesahkan penjualan kepada pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo piutang dagang yang ada dengan  batas kredit pelanggan.
Pengujian subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Namun, dalam lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat melakukan pengujian subtantif transaksi dengan cepat untuk suatu sampel transaksi yang besar.
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.
Biasanya, biaya untuik setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda. Sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan persediaan (pengujian subtantif perincian saldo persediaan) sering kali bergantung pada jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut, lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.

Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian  dalam pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan kemingkinan salah saji memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan,  sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian  subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian  pengendalian dinamakan deviasi ujin pengendalian.
             Tiga tingkat kekurangan pengendalian : kekurangan, signnifikan dan kelemahan material. Auditor sangat mungkin meyakini slaah saji supiah yang material terjadi  dalam laporan keuangan ketika deviasi ujinpengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah yang material telah terjadi.
Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen  untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana setelahnya petugas tersebut harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjaualan untuk menandai verifikasi telah dilakukan. Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi tersebut. jika tidak ada inisial pada sejumlah besar dokumen, maka auditor harus mempertimbangkan dampaknya terhadap audit pengendalian internal laporan keuangan dan menindaklanjutinya dengan melakukan pengujian subtantif untuk audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan dan jumlah total ( pengujian subtantif transaksi ) atau dengan menambah ukuran sampel untuk konfirmasi saldo akun piutang dagang ( pengujian subtantif perincian saldo ). Meskipun pengendalian tidak berjalan dengan efektif, fakutr tersebut mungkin tetap benar, khususnya jika orang yang awalnya meyiapkan faktur penjualan tersebut telah melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan kompeten.
            Di sisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak memiliki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat mengurangu pengujian subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo.namun, beberapa pengerjaan ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan verifikasi tidak menuliskan inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur pengendalain atau melakukkannya dengan asal-asalan.
Karena kebutuhan untuk menyelesaikan  beberapa ppengujian poengerjaan ulang dan perhitungan ulang, banyak auditor yang melakukannnya sebagai bagian dari  pengujian atas pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang di perlukan.
Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau denagn informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti langsung atas saji material tersebut. ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci  saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya salah saji itu kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun dengan saldo yang kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar dimuka, auditor sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.
Dilema antara pengujian pengendalian  dan pengujian subtantif
Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif. Selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai resiko pengendalian dibawah maksimum. Jikia mereka melakukannya, mereka kemudian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat resiko  pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.. ( mereka harus selalu melakukan pengujian pengendalian dalam suatu audit pemgendalian internal laporan keuangan ). Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian resiko pengendalian, resiko deteksi yang  direncanakan dalam model resiko audit meningkat, sehingga pengujian direncanakan dapat dikurangi. Figur 11-3 menunjukkan hubungan antara pengujian subtantif dan pengukuran resiko pengendalian ( termasuk pengujian pengendalian ) Pada beberapa tingkat efektifitas pengendalian internal yang berbeda.
Bagian yang berwarna pada figur 11-3  merupakan keyakinan maksimum yang didapatkan dari penilaian resiko penegndalian dan pengujian pengendalian. Pada setiap titip di sebelah kiri titik A resiko pengendalian yang diukur adalah 1,0 karena auditor awalnya menilai pengendalain internalnya efektif berdasarkan pada pelaksaan prosedur penilaian resiko. Setiap titik disebelah kanan titik B , meghasilkan tidak adanya pengurangan dalam resiko pengendalian karena KAP telah menetapkanm penilaian resiko pengendalain yang minimum.Perhatikan pada figur 11-3, tanpa melihat tingkat keyakinan audit yang didapatkan dari pengukuran resiko pengendalian dan pengujian pengendalian, audit atas laporan keuangan selalu mengharuskan dilakukannya beberapa prosedur subtantif.karena audit laporan keuangan  dan audit pengendalian internal laporan keuangan harus diintegrasikan, audit terhadap perusahaan-perusahaan publik kemungkinan akan diwakili oleh titik B.
Pemahaman auditor tehadap penegndalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari prosedur pengukuran resiko yang memberikan dasar bagi penialaian awal auditor terhadap pengendalian internal klien. Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan pengendalian internal telah efektif dan pengendalian telah diterapakan, auditor memilih suatu titik pada bagian yang berwarna di figur 11-3 yang konsisten dengan penialian resiko  pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian pengendalian. Anggaplah auditor beranggapan bahwa efektifitas pengendalian internal klien berada dititik c. Pengujian pengendalian di tingkat C1 akan meluas untuk mendukung penilaian resiko pengendalian yang rendah. Auditor kemudian mungkin memutuskan melalui pelaksanaan pengujian pengendalain bahwa penilaian resiko pengendalian awal yang rendah dititik c tidak didukung dan bahwa  pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif. Sehingga auditor kemudian merivisi penilaian  resiko pengendalian menjadi maksimum(dititik C3) dan keyakinan audit dapat didapatkan melalui pengujian subtantif. Disetiap titik diantara keduanya, seperti C2, nerupakan situasi dimana keyakinan audit yang didapatkan dari pengujian pengendalian kurang dari tingkat maksimum keyakinan yang digambarkan dititik C1. Jika C2 dipilih, keyakinan audit dari pengujian pengendalian adalah C3-C2 dan dari pengujian subtantif adalah C-C2. Auditor kemungkinan akan memilih C1, C2 atau C3 berdasarkan biaya relatif pengujian pengendalian dan pengujian subtantif.
 

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT
PSA 07 (SA 326) dan PSA (SA 319) memberikan panduan bagi auditor dari entitas-entintas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik. Bukti pelaksanaan pengendalian otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan, juga dapat berupa format elektronik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk engurangi risiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus diuji jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. Jika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektivitas pengendalian.Pendekatan ini dapat mengakibatkan efisiensi audit yang signifikan ketika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis yang diuji di periode audit sebelumnya belum berubah dan terus menjadi pengendalian yang efektif. Jika keberadaan pengendalian umum yang efektif akan menyebabkan efisiensi audit yang signifikan, standart 2 PCAOB mengharuskan auditor perusahaan publik untuk menguji pengendalian setiap tahun,
Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi untuk meenguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas akses. Ketika auditor meguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelahaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.

BUKTI GABUNGAN
Pilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian tersebut dilakukan dapat berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas pengendalian dan risiko bawaan yang berbeda. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiki-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (evidence mix).

MERANCANG PROGRAM AUDIT
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko bawaab, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya, demikian pula dengan kebutuhan untuk suatu audit terintegrasi bagi perusahaan publik.
Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian progam audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap perencanaan, program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga bagian utama. Ketiga bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo.
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah.
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
   


Prosedur audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika pengendaliannya efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor memberikan penekanan yang lebih besar pada pengujian pengendalian. Beberapa pengujian substantif transaksi juga akan dimasukkan.
Prosedur Audit
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian.
1.      Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.
2.      Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3.      Mengmbangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian dibawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).
4.      Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.
            Prosedur Analitis
            Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya padas semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama pegujian substanti. Selama perencanaan , auditor dapat menghitung persentase margin kotor untuk penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan prosedur analitis berdasarkan j8umlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan hubungan-hubungan yang sudah diprediksikan dengan data nonkeuangan, auditor sering kali menggunakan informasi tersebut untuk prosedur analitis.
            Ketika auditor merencanakan untuk menggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal ini juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.
            Pengujian Terperinci Saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Jika auditor memverifikasi akun piutang dagang. misalnya, prosedur audit yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo. Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi seperti yang ditunjukkan di Figur 11-6 untuk akun piutang dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional yang besar.
   


Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun Piutang Dagang
Sebagai bagian dari mendapatkan pemaharnan atas bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji material dalam laporan keuangán. Jika setiap risiko bisnis klien yang teridentifikasi memengaruhi piutang dagang, risiko tersebut harus dimasukkan ke dalam evaluasi auditor dalam risiko bawaan atau risiko pengendalian. Risiko-risiko tersebut kemudian akan berpengaruh pada keluasan bukti yang tepat.
 





Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur Risiko Bawaan Piutang Dagang
Auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk rnendapatkan salah saji yang dapat diterirna untuk setiap saldo yang signifikan. Untuk salah saji yang dapat diterima yang lebih rendah, lebih banyak pengujian terperinci saldo yang diperlukan, dan sebaliknya. Beberapa auditor mengalokasikan salah saji yang dapat diterirna pada setiap tujuan audit terkait-saldo, narnun sehagian besar tidak demikian.
Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dan sejarah, lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk jumlah total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko bawaan lainnya. Sebuah saldo akun yang risiko bawaannya dinilai tinggi akan mengakibatkan pengumpulan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan akun yang memiliki risiko bawaan yang rendah.
Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkaji saldo. Sebagai contoh, kondisi perekonornian yang buruk dalam industri klien dapat membuat auditor menyimpulkan adanya risiko ketertagihan piutang dagang tinggi (tujuan nilai realisasi).
Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan
Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang elektif akan mengurangi risiko pengendalian dan, demikian pula jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan rnenaikkan jumlah bukti substantif yang diperlukan.
Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan
Pengujian pengendalian dan pengujian sübstantif transaksi dirancang dengan harapan bahwa beberapa basil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi. Sebagai contoh, biasanya auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah. Hal ini akan memungkinkan dilakukan pengujian substantif yang lebih sedikit pada saldo akun piutang dagang.
Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang
Auditor melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-.akun seperti piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk nengurangi pengujian audit yang terperinci.
Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo
Pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit,  ukuran sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait-saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalarn merancang pengujian terperinci saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketepatan rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika basil dan pengujian pengendalin, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian terperinci saldo ketika audit berlangsung.
Salah satu bagian yang paling menantang dalam pengauditan adalah pada penerapan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan tepat. Setiap faktor merupakan hal yang subjektjf. Selain itu, dampak dan setiap faktor pada pengujian terperinci saldo juga sama subjektifnya.
 


Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan
Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dan keseluruhan audit hingga ke tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemudian akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.
Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci saldo. Demikian pula, auditor akan mengukur risiko kecurangan untuk keseluruhan pengauditan terlebih dahulu, kemudian akan mempertimbangkan apakah setiap kecurangan yang muncul yang dapat berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun-akun tertentu dan prosedur audit serta ukuran sampel untuk pengujian terperinci saldo untuk akun-akun yang terpengaruhi.
Ilustrasi Program Audit
Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis. Sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel unsur yang dipilih serta pernilihan waktu juga dapat diubah.
Pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar secara material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi. Sebagai contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.
Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan mengetik program audit dalam program pengolah kata dan menyimpannya dalam arsip dan tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berpikir melalui pertimbangan rencana dan rnemilih prosedur yang tepat dari suatu basis data prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kernudian diorganisasikan ke dalarn suatu program audit.

HUBUNGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Berikut adalah beberapa hal yang diandalkan auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo:
• Nilai realisasi
• Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terkait saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
Auditor juga melakukan prosedur audit untuk mendapatkan keyakinan mengenai empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor untuk mendapatkan bukti terkait dengan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan juga konsisten.
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan keyakinan bahwa sernua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah yang dimasukkan dalam pengungkapan tersebut. 



KESIMPULAN
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi.


10 komentar:

  1. terimakasih ya, ini sangat berarti untuk kelompok kami :)

    BalasHapus
  2. thx ya membantu sekali

    BalasHapus
  3. thx ya membantu sekali

    BalasHapus
  4. Thanks ya kesimpulannya membantu bgt hehehe

    BalasHapus
  5. Thanks ya kesimpulannya membantu bgt hehehe

    BalasHapus
  6. Assalamualaikum saya mau tanya.. saya diberi tugas untuk membuat presentasi tentang materi ini "Metodologi untuk merancang Pengujian terinci atas saldo; Perancangan Pengujian terinci atas saldo; Konfirmasi piutang usaha; Pengembangan program audit pengujian terinci" apakah ini ada salam satu bab atau berbeda bab ya ? terimakasih sebelumnya

    BalasHapus
  7. Terimakasih, sangat membantu. Admin izin copas ya?

    BalasHapus