JENIS
– JENIS PENGUJIAN
Dalam
mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran
risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan
pengujian terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian substantif
transaksi memengaruhi risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang
direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian internal serta
jumlah nominal transaksi.
a.
Prosedur
Pengukuran Risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan
untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor
melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, prosedur
analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakuan penilaian terhadap
salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari
keempat jenis prosedur audit lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini
auditor.
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran
risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal,
serta digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
terkait transaksi.
b.
Pengujian
Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian
internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
transaksi. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung
pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian
pengendalian, baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti
berikut ini :
a.
Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.
b.
Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.
c.
Mengamati aktivitas terkait pengendalian.
d.
Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran system
sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya
membantunya dal menentukan apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran
biasanya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi
tersebut disepanjang pemrosesannya.
Pengujian pengendalian juga digunakan
untuk menentukan apakah penggunaaan pengendalian tersebut telah efektif dan
biasanya digunakan untuk menguji sebuah sampel transaksi. Prosedur yang
dilakukan untuk mendapakan pemahaman ats pengendalian internal biasanya tidak
memberikan bukti tepat yang memadai untuk mendukung bahwa pengendalian telah
berjalann efektif. Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji
pengendalian bergantung pada dua hal berikut :
1.
Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian
internal.
2.
Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.
Salah satu cara dimana auditor dapat
membuktikan pencatatan transaksi adalah dengan melakukan pengujian
pengendalian. Jika pengendalian telah diterapkan dalam transaksi penjualan dan
penerimaaan kas, auditor dapat melakuakn pengujian pengandalaian untuk
menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi untuk sikls tersebut
telah terpenuhi.
c.
Pengujian
Substantif Transaksi
Pengujian substantive merupakan prosedur
yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh
pada ketepatan saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis
pengujian substantif. Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan
untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi
untuk setiap kelompok transaksi. Pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif transaksi dilakukan untuk transaksi-transaksi dalam siklus tersebut,
bukan di saldo akhir akun-akunnya. Auditor memverifikasi pencatatan dan
pengikhtisaran transaksi penjualan dan penerimaan kas dengan melakukan
pengujian substantif transaksi.
Auditor dapat melakukan pengujian
pengendalian secaar terpisah dari semua pengujian lainnya, namun sering kali
lebi efisien untuk melakukan bersamaan dengan pengujian substantif transaksi.
d.
Prosedur
Analitis
Prosedur analitis melibatkan
perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis
dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln audit. Prosedur analitis juga dapat
dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan utama dari prosedur analitis
dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
1.
Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
2.
Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilakukan selama
tahap perencanaan audit biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap
pengujian. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah
satu jenis pengujian substantif ketika dilakukan untuk memberikan bukti
mengenai suatu saldo akhir akun.
e.
Pengujian
Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan
pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi.
Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada
neraca. Pengujian saldo akhir sangat
penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang independen
dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk transaksi, pengujian auditor
atas perincian saldo juga harus memenuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk
setiap akun-akun neraca yang signifikan. Pengujian terperinci saldo membantu
menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang tekait, sehingga merupakan
pengujian substantif.
f.
Ikhtiar
Jenis-Jenis Pengujian
Pengujian pengendalian membantu auditor
dalam mengevaluasi apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut
telah cukup efektif untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian,
sehingga memungkinkan pengurangan pengujian substantif. Pengendalian pengujian
juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap
laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik. Pengujian
substantif transaksi digunakan untuk memverifikasi transakasi yang dicatat
dalam jurnal dan dipindahbukukan ke dalam buku besar. Prosedur analitis
menekankan pada keyakinan keseluruhan atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo
buku besar. Pengujian atas perincian saldo menekankan pada saldo akhir dalam
buku besar.
Dengan menggabungkan jenis pengujian
audit, auditor mendapatkan keyakinan keseluruhan yang lebih tinggi untuk
transaksi dan akun dalam siklus enjualan dan penagihan dibandingkan dengan
keyakinan yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya. Untuk meningkatkan
keyakinan keseluruhan pada suatu siklus, auditor dapat meningkatkan keyakinan
yang didapatkan dari setiap pengujian lainnya.
MEMILIH
JENIS PENGUJIAN YANG TEPAT UNTUK DILAKUKAN
Biasanya, auditor
menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan
keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Ingat kembali bahwa
prosedur analitis diharuskan dalam semua audit untuk menilai resiko salah saji
majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya
dilakukan untuk menghadapi resiko yangteridentifikasi untuk memberikan dasar
bagi opini auditor. Perlu dicatat bahwa
hanya prosedur penilaian resiko, khususnya
prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian, dan pengujian
pengendalian digunakan dalam audit pengendalian internal laporan keuangan.
Beberapa
faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih,
termasuk untuk kesediian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap
pengujian, efektifitas pengendalian internal serta risiko bawaan. Hanya dua
faktoer pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya telah dibahas
pada bab-bab sebelumnya.
Ketersediaan
jenis bukti prosedur audit lanjutan.
Masing-masing
dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis nukti
audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya ). Tabel 11.2 mengikhtisarkan
hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti audit. Kita dapat melakukan beberapa pengamatan
berikut mengenai tabel tersebut
·
Makin banyak jenis audit, yang jumlah
totalnya adalah enam, digunakan untuk menguji peperincian saldo di bandingkan
untuk setiap jenis pengujian lainnya.
·
Hanya pengujian terperinci saldo yang
melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
·
Tanay jawab dengan klien dilakukan untuk
setiap jenis pengujian.
·
Dokumentasi digunakan disetiap jenis
pengujian kecuali prosedur analitis, dengans atu pengecualin. Ketika auditor
memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari penelusuran atas transaksi untuk
mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali
“mengerjakan ulang” pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah
diterapkan.
·
Perhitungan ulang digunakan untuk
memverifikasi akurasi matematis atas transaksi ketika melakukan pengujian
subtantif transaksi dan saldo akun ketikan melakukan pengujian atas perincian
saldo.
Biaya-biaya
Relatif
Ketika
auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuk
mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk
dipertimbangkan. Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.
·
Prosedur analitis
·
Prosedur penilaian resiko, termasuk
prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal.
·
Pengujian pengendalian
·
Pengujian subtantif transaksi
·
Pengujian terperinci saldo
Prosedur
analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah untuk
membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering kali, informasi yang
penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh hanya dengan
membandingkan dua atau tiga angka.
Prosedur
penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnnya karena auditor
dapat denagn mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan
perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian terhadap sesuatu seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan
operasi bisnis dan manajemen klien serta struktur tata kelolanya relatif lebih
mudah dibandingkan dengan pengujian audit lainnya.
Karena
pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan dan
pemeriksaaan, biaya relatifnya juag rendah dibandingkan dengan pengujian
subtantif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan
dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada pengujian yang
diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan
efektif, khususnya ketika pengujian pnegendalian internal tersebut melibatkan
pengerjaan ulang. Seringkali auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian
pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat lunak audit. Perangkat lunak semacam
itu dapat menguji pengendalian dalam sistem akuntasni komputerisasi yang secara
otomatis mengesahkan penjualan kepada
pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo
piutang dagang yang ada dengan batas
kredit pelanggan.
Pengujian
subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang
tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali
melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Namun, dalam lingkungan yang
terkomputerisasi, auditor sering kali dapat melakukan pengujian subtantif
transaksi dengan cepat untuk suatu sampel transaksi yang besar.
Pengujian
terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis prosedur
lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan
persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo, auditor
biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan
kedua prosedur tersebut.
Biasanya,
biaya untuik setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda. Sebagai
contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan persediaan
(pengujian subtantif perincian saldo persediaan) sering kali bergantung pada
jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut, lokasinya, serta banyaknya
jenis-jenis persediaan.
Hubungan
pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.
Untuk
memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan lebih baik, mari
kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengindentifikasikan kemingkinan salah saji memengaruhi nilai rupiah dari
laporan keuangan, sedangkan suatu
pengecualian dalam pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan
keuangan. Pengecualian dalam pengujian
pengendalian dinamakan deviasi ujin pengendalian.
Tiga tingkat kekurangan
pengendalian : kekurangan, signnifikan dan kelemahan material. Auditor sangat
mungkin meyakini slaah saji supiah yang material terjadi dalam laporan keuangan ketika deviasi
ujinpengendalian dianggap sebagai kekurangan signifikan atau kelemahan
material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji
rupiah yang material telah terjadi.
Anggaplah
pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan
penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana setelahnya petugas tersebut
harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjaualan untuk menandai
verifikasi telah dilakukan. Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang
dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk
inisial orang yang memverifikasi informasi tersebut. jika tidak ada inisial
pada sejumlah besar dokumen, maka auditor harus mempertimbangkan dampaknya
terhadap audit pengendalian internal laporan keuangan dan menindaklanjutinya
dengan melakukan pengujian subtantif untuk audit laporan keuangan. Hal itu dapat
dilakukan dengan memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan
harga, penjumlahan dan jumlah total ( pengujian subtantif transaksi ) atau
dengan menambah ukuran sampel untuk konfirmasi saldo akun piutang dagang (
pengujian subtantif perincian saldo ). Meskipun pengendalian tidak berjalan
dengan efektif, fakutr tersebut mungkin tetap benar, khususnya jika orang yang
awalnya meyiapkan faktur penjualan tersebut telah melakukan pekerjaan dengan
hati-hati dan kompeten.
Di sisi lain, jika tidak ada
dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak memiliki inisial, maka
pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat mengurangu pengujian
subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo.namun, beberapa pengerjaan
ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap diperlukan untuk
memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan verifikasi tidak menuliskan
inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur pengendalain atau
melakukkannya dengan asal-asalan.
Karena
kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa
ppengujian poengerjaan ulang dan perhitungan ulang, banyak auditor yang
melakukannnya sebagai bagian dari
pengujian atas pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu
hingga mereka mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian
menentukan ukuran sampel total yang di perlukan.
Hubungan
prosedur analitis dan pengujian subtantif
Seperti
halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan.
Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau
denagn informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan
kemungkinan terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti langsung atas saji
material tersebut. ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan
fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukkan pengujian subtantif
transaksi atau pengujian terperinci
saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi.
Jika auditor melakukan prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa
kemungkinan terjandinya salah saji itu kecil, pengujian subtantif lainnya dapat
dikurangi. Untuk akun-akun dengan saldo yang kecil, seperti misalnya akun
perlengkapan dan akun-akun beban dibayar dimuka, auditor sering kali membatasi
pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.
Dilema
antara pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif
Terdapat
dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif. Selama
perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai resiko pengendalian
dibawah maksimum. Jikia mereka melakukannya, mereka kemudian harus melakukan
pengujian pengendalian untuk menentukan tingkat resiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat
dibenarkan.. ( mereka harus selalu melakukan pengujian pengendalian dalam suatu
audit pemgendalian internal laporan keuangan ). Jika pengujian pengendalian
mendukung penilaian resiko pengendalian, resiko deteksi yang direncanakan dalam model resiko audit
meningkat, sehingga pengujian direncanakan dapat dikurangi. Figur 11-3
menunjukkan hubungan antara pengujian subtantif dan pengukuran resiko
pengendalian ( termasuk pengujian pengendalian ) Pada beberapa tingkat
efektifitas pengendalian internal yang berbeda.
Bagian
yang berwarna pada figur 11-3 merupakan
keyakinan maksimum yang didapatkan dari penilaian resiko penegndalian dan
pengujian pengendalian. Pada setiap titip di sebelah kiri titik A resiko
pengendalian yang diukur adalah 1,0 karena auditor awalnya menilai pengendalain
internalnya efektif berdasarkan pada pelaksaan prosedur penilaian resiko.
Setiap titik disebelah kanan titik B , meghasilkan tidak adanya pengurangan
dalam resiko pengendalian karena KAP telah menetapkanm penilaian resiko
pengendalain yang minimum.Perhatikan pada figur 11-3, tanpa melihat tingkat
keyakinan audit yang didapatkan dari pengukuran resiko pengendalian dan
pengujian pengendalian, audit atas laporan keuangan selalu mengharuskan
dilakukannya beberapa prosedur subtantif.karena audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal laporan
keuangan harus diintegrasikan, audit terhadap perusahaan-perusahaan publik
kemungkinan akan diwakili oleh titik B.
Pemahaman
auditor tehadap penegndalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari prosedur
pengukuran resiko yang memberikan dasar bagi penialaian awal auditor terhadap
pengendalian internal klien. Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa
rancangan pengendalian internal telah efektif dan pengendalian telah
diterapakan, auditor memilih suatu titik pada bagian yang berwarna di figur
11-3 yang konsisten dengan penialian resiko
pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian
pengendalian. Anggaplah auditor beranggapan bahwa efektifitas pengendalian
internal klien berada dititik c. Pengujian pengendalian di tingkat C1 akan
meluas untuk mendukung penilaian resiko pengendalian yang rendah. Auditor
kemudian mungkin memutuskan melalui pelaksanaan pengujian pengendalain bahwa
penilaian resiko pengendalian awal yang rendah dititik c tidak didukung dan
bahwa pengendalian internal tidak
berjalan dengan efektif. Sehingga auditor kemudian merivisi penilaian resiko pengendalian menjadi maksimum(dititik
C3) dan keyakinan audit dapat didapatkan melalui pengujian subtantif. Disetiap
titik diantara keduanya, seperti C2, nerupakan situasi dimana keyakinan audit
yang didapatkan dari pengujian pengendalian kurang dari tingkat maksimum
keyakinan yang digambarkan dititik C1. Jika C2 dipilih, keyakinan audit dari
pengujian pengendalian adalah C3-C2 dan dari pengujian subtantif adalah C-C2.
Auditor kemungkinan akan memilih C1, C2 atau C3 berdasarkan biaya relatif
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif.
DAMPAK
TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT
PSA 07 (SA 326) dan PSA
(SA 319) memberikan panduan bagi auditor dari entitas-entintas yang
menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara
elektronik. Bukti pelaksanaan pengendalian otomatis, seperti perbandingan
komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan, juga dapat
berupa format elektronik.
Standar audit mengakui
bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan
tidak praktis atau tidak mungkin untuk engurangi risiko deteksi hingga ke
tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif.
Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara
signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian
mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik,
pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian
otomatis) harus diuji jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci
untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi
bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin
dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian
yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten
kecuali jika programnya diubah. Jika auditor memutuskan bahwa pengendalian
otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian
selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi
efektivitas pengendalian.Pendekatan ini dapat mengakibatkan efisiensi audit
yang signifikan ketika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis yang
diuji di periode audit sebelumnya belum berubah dan terus menjadi pengendalian
yang efektif. Jika keberadaan pengendalian umum yang efektif akan menyebabkan
efisiensi audit yang signifikan, standart 2 PCAOB mengharuskan auditor
perusahaan publik untuk menguji pengendalian setiap tahun,
Untuk menguji
pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang
dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi
untuk meenguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi seperti
pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas akses.
Ketika auditor meguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang
dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik
efektivitas hasil penelahaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi
informasi dalam laporan tersebut.
BUKTI
GABUNGAN
Pilihan jenis pengujian
mana yang akan digunakan dan seberapa luas pengujian tersebut dilakukan dapat
berbeda antara audit yang memiliki tingkat efektivitas pengendalian dan risiko
bawaan yang berbeda. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk
menghadapi risiki-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian
risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya.
Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (evidence mix).
MERANCANG
PROGRAM AUDIT
Setelah auditor
menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang tepat
pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap
jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan untuk
membentuk suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang
bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada
untuk memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan
hal-hal seperti materialitas, bukti gabungan, risiko bawaab, risiko
pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya, demikian pula dengan
kebutuhan untuk suatu audit terintegrasi bagi perusahaan publik.
Perlu diingat bahwa
auditor juga merancang program audit untuk memenuhi tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian progam audit yang berisi
prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap perencanaan, program audit
bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga bagian utama. Ketiga
bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo.
Masing-masing siklus
transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang
terpisah.
Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
Program
audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya
termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap
pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur penilaian
risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
Prosedur
audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang
berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika pengendaliannya
efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor memberikan penekanan
yang lebih besar pada pengujian pengendalian. Beberapa pengujian substantif
transaksi juga akan dimasukkan.
Prosedur
Audit
Ketika
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor
menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor mengikuti
pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian.
1. Menerapkan
tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi yang sedang
diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi
pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap
tujuan audit terkait.
3. Mengmbangkan
pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian internal yang
digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian dibawah tingkat
maksimum (pengendalian-pengendalian kunci).
4. Untuk
kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan
audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat,
dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi
hasil pengujian pengendalian.
Prosedur Analitis
Dikarenakan prosedur analitis
relatif tidak mahal, banyak auditor yang melakukannya padas semua pengauditan.
Prosedur analitis yang dilakukan selama pegujian substanti. Selama perencanaan
, auditor dapat menghitung persentase margin kotor untuk penjualan total,
sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat
menghitung persentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini
usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan prosedur analitis berdasarkan
j8umlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan
dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan
lini usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan
hubungan-hubungan yang sudah diprediksikan dengan data nonkeuangan, auditor
sering kali menggunakan informasi tersebut untuk prosedur analitis.
Ketika auditor merencanakan untuk
menggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif mengenai
suatu saldo akun, data yang digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat
diandalkan. Hal ini juga berlaku untuk semua data, khususnya untuk data
nonkeuangan.
Pengujian Terperinci Saldo
Untuk
merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor menggunakan suatu
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Jika auditor
memverifikasi akun piutang dagang. misalnya, prosedur audit yang direncanakan
harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo. Dalam
merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi tujuan
tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi seperti yang
ditunjukkan di Figur 11-6 untuk akun piutang dagang. Rancangan prosedur ini
biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses perencanaan
karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan pertimbangan profesional
yang besar.
Mengidentifikasi Risiko-Risiko
Bisnis Klien yang Berpengaruh pada Akun Piutang Dagang
Sebagai
bagian dari mendapatkan pemaharnan atas bisnis dan industri klien, auditor
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan
untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya
risiko salah saji material dalam laporan keuangán. Jika setiap risiko bisnis
klien yang teridentifikasi memengaruhi piutang dagang, risiko tersebut harus
dimasukkan ke dalam evaluasi auditor dalam risiko bawaan atau risiko
pengendalian. Risiko-risiko tersebut kemudian akan berpengaruh pada keluasan
bukti yang tepat.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengukur
Risiko Bawaan Piutang Dagang
Auditor
harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk rnendapatkan salah saji
yang dapat diterirna untuk setiap saldo yang signifikan. Untuk salah saji yang
dapat diterima yang lebih rendah, lebih banyak pengujian terperinci saldo yang
diperlukan, dan sebaliknya. Beberapa auditor mengalokasikan salah saji yang
dapat diterirna pada setiap tujuan audit terkait-saldo, narnun sehagian besar
tidak demikian.
Risiko
bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dan sejarah, lingkungan atau
operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang tinggi pada
laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi risiko bawaan
yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk jumlah total
saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor risiko
bawaan lainnya. Sebuah saldo akun yang risiko bawaannya dinilai tinggi akan
mengakibatkan pengumpulan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan akun yang
memiliki risiko bawaan yang rendah.
Risiko
bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkaji saldo.
Sebagai contoh, kondisi perekonornian yang buruk dalam industri klien dapat
membuat auditor menyimpulkan adanya risiko ketertagihan piutang dagang tinggi
(tujuan nilai realisasi).
Menilai
Risiko Pengendalian Siklus Penjualan dan Penagihan
Metodologi
untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada penjualan
maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian yang elektif
akan mengurangi risiko pengendalian dan, demikian pula jumlah bukti yang
diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan rnenaikkan jumlah
bukti substantif yang diperlukan.
Merancang dan Melakukan Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi Siklus Penjualan dan Penagihan
Pengujian
pengendalian dan pengujian sübstantif transaksi dirancang dengan harapan bahwa
beberapa basil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini akan
berpengaruh pada rancangan pengujian terperinci transaksi. Sebagai contoh,
biasanya auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas
pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah. Hal ini akan
memungkinkan dilakukan pengujian substantif yang lebih sedikit pada saldo akun
piutang dagang.
Merancang
dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang
Auditor
melakukan prosedur analitis substantif untuk akun-.akun seperti piutang dagang
untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam
saldo akun tersebut dan untuk nengurangi pengujian audit yang terperinci.
Merancang Pengujian Terperinci Akun
Piutang Dagang untuk Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo
Pengujian
terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih dan
penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap akun dan
setiap tujuan audit terkait-saldo dalam setiap akun.
Kesulitan
yang dihadapi auditor dalarn merancang pengujian terperinci saldo adalah
kebutuhan untuk memprediksi hasil dan pengujian pengendalian, pengujian
substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum
pengujian-pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus
merancang pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketepatan
rancangan tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya. Jika
basil dan pengujian pengendalin, pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis
substantif tidak konsisten dengan prediksi, auditor harus mengubah pengujian
terperinci saldo ketika audit berlangsung.
Salah
satu bagian yang paling menantang dalam pengauditan adalah pada penerapan
faktor-faktor yang berpengaruh pada pengujian terperinci saldo dengan tepat.
Setiap faktor merupakan hal yang subjektjf. Selain itu, dampak dan setiap
faktor pada pengujian terperinci saldo juga sama subjektifnya.
Tingkat
Disagregasi Kegiatan Perencanaan
Tingkat
disagregasi ini terbentang mulai dan keseluruhan audit hingga ke tujuan audit
terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur pengukuran risiko
yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang mengenai bisnis dan
industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan
menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang dapat diterima
untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor kemudian akan menggunakan
informasi mengenai bisnis dan industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur
pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.
Ketika
audit berlangsung, auditor akan menggunakan informasi tersebut ketika membuat
keputusan mengenai pengujian terperinci saldo. Demikian pula, auditor akan
mengukur risiko kecurangan untuk keseluruhan pengauditan terlebih dahulu,
kemudian akan mempertimbangkan apakah setiap kecurangan yang muncul yang dapat
berpengaruh pada pengukuran risiko kecurangan pada akun-akun tertentu dan
prosedur audit serta ukuran sampel untuk pengujian terperinci saldo untuk
akun-akun yang terpengaruhi.
Ilustrasi
Program Audit
Standar
audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit tertulis. Sebagian
besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu
prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan
atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar
prosedur audit, ukuran sampel unsur yang dipilih serta pernilihan waktu juga
dapat diubah.
Pengujian
pengendalian, pengujian substantif transaksi serta prosedur analitis
substantif. Sebagaimana diindikasikan, jika asumsi-asumsi tersebut benar secara
material, program audit yang direncanakan kemungkinan perlu direvisi. Sebagai
contoh, prosedur analitis yang dilakukan mendekati akhir audit dapat
mengindikasikan potensi salah saji untuk beberapa tujuan audit terkait saldo.
Program
audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan
mengetik program audit dalam program pengolah kata dan menyimpannya dalam arsip
dan tahun yang satu ke tahun berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan
pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor
berpikir melalui pertimbangan rencana dan rnemilih prosedur yang tepat dari
suatu basis data prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kernudian
diorganisasikan ke dalarn suatu program audit.
HUBUNGAN
TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI DENGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN
AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi
ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian
pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Berikut adalah beberapa hal
yang diandalkan auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo:
• Nilai realisasi
• Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit
terkait saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi.
Auditor juga melakukan prosedur audit untuk mendapatkan keyakinan
mengenai empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Pendekatan
auditor untuk mendapatkan bukti terkait dengan tujuan audit terkait penyajian
dan pengungkapan juga konsisten.
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan
penilaian risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan
keyakinan bahwa sernua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah
yang dimasukkan dalam pengungkapan tersebut. KESIMPULAN
Dalam mengembangkan
rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian
pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko
pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian
terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi.
terimakasih ya, ini sangat berarti untuk kelompok kami :)
BalasHapusalhamdulillah klo bermanfaat.. :)
Hapusthx ya membantu sekali
BalasHapusthx ya membantu sekali
BalasHapusThanks ya kesimpulannya membantu bgt hehehe
BalasHapusThanks ya kesimpulannya membantu bgt hehehe
BalasHapusijin copas, makasih..
BalasHapussilahkan...
BalasHapusAssalamualaikum saya mau tanya.. saya diberi tugas untuk membuat presentasi tentang materi ini "Metodologi untuk merancang Pengujian terinci atas saldo; Perancangan Pengujian terinci atas saldo; Konfirmasi piutang usaha; Pengembangan program audit pengujian terinci" apakah ini ada salam satu bab atau berbeda bab ya ? terimakasih sebelumnya
BalasHapusTerimakasih, sangat membantu. Admin izin copas ya?
BalasHapus