JURUSAN
AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Contoh Kasus
Konsep risiko dan return bagaikan dua sisi mata uang
yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung
return, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya.
Berikut akan diilustrasikan dalam 2 kasus, yang dikutip dari www.kontan.co.id
, sebagai pengantar mengenai konsep return dan risiko.
Kasus 1
Animo berinvestasi di emas yang cukup tinggi membuka
celah bisnis bagi sejumlah perusahaan untuk menawarkan investasi emas berimbal
hasil tinggi ke publik. Ada sejumlah perusahaan yang berani menawarkan imbal
hasil selangit.
-
Raihan Jewellery
Perusahaan ini menawarkan bonus tetap bulanan. Pada
kontrak, investor membeli emas batangan minimal 100 gram. Harga yang harus
dibayarkan lebih mahal 20%-25% dari harga emas Logam Mulia PT Aneka
Tambang. Investor mendapatkan bonus sebesar 1,5%-2,5% per bulan selama
periode kontrak 6 bulan.
Investasi emas ini mulai mendulang masalah sejak
awal Januari 2013 ketika investor tidak lagi menerima pembayaran bonus yang
dijanjikan. Selain itu, Raihan juga terbukti mangkir dari janji pembelian
kembali emas dari investor. Padahal, investor dijanjikan buyback yang terdapat dalam kontrak pembelian emas.
-
VGMC
Virgin Gold Mining Corporation (VGMC) dari situs
web-nya, www.vgmc.com
, mengaku sebagai perusahaan investasi di bidang eksplorasi dan pertambangan
emas yang bermarkas di Panama. Harga emas dijanjikan bakal terus berkembang
seiring perkembangan bisnis emas milik VGMC. Namun, sejumlah nasabah di daerah
melaporkan VGMC ke pihak berwajib karena investasinya mulai seret.
Perusahaan ini juga masuk dalam daftar situs pialang ilegal oleh Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Kasus 2
Memasuki kuartal-II, manajer investasi (MI) bersiap
menghadapi risiko koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kondisi itu
membuat MI harus merancang strategi berbeda di kuartal ini untuk meracik
portfolio agar perolehan return reksadana bisa maksimal.
PT
Henan Putihrai Asset Management, menerapkan pola trading jangka pendek sekitar 4-14 hari
dalam memutar portofolio. Artinya, tidak akan menambah bobot saham, porsi saham
tetap berada dikisaran 80% dari total dana kelolaan. Adapun sisa dana kelolaan
disimpan dalam bentuk kas.
Emco
Asset Managementakan memperbesar porsi saham-saham blue chips (saham terpercaya atau
berkapitalisasi besar yang dianggap sebagai investasi yang relatif aman).
Adapun saham-saham blue chips pilihan Emco di kuartal-II antara lain PT Jasa
Marga Tbk (JSMR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk
(PGAS).
PT
Sucorinvest Asset Management tidak banyak mengubah
strategi portofolio di kuartal ini. Sucorinvest hanya akan mengurangi porsi
aset reksadana di saham-saham sektor properti. Sebab, sektor ini cukup rentan
terhadap tekanan kenaikan inflasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Return
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi
investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.Return menurut Jogiyanto(2003; 109) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Return Realisasi (Realized
Return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis
ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa
mendatang.
2. Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.
Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua
komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss (Tandellin, 2010:102).
Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas yang diperoleh secara
periodic dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi
misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi. Demikian pula
halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang
kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan)
harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian)bagi
investor.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa
menghitung return total. Perlu diketahui bahwa yield hanya akanberupa angka nol
(0) dan postif (+), sedangkan capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-),
nol (0) dan positif (+) secara matematis return total suatu investasi bisa
dituliskan:Return total = yield + capital gain (loss)
2.2 Definisi Risiko
Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak
menguntungkan akan terjadi di masa mendatang.Risiko juga merupakan kemungkinan
perbedaan antara return yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin
besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan
resiko yang timbul dalam financial assets,
berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini:
1.
Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond (surat berharga
pemerintah jangka pendek) seharga Rp. 100.000.000,- dengan tingkat bunga/coupon
rate sebesar 15,5% setahun dan jangka waktunya 5 tahun. Dalam contoh kasus ini,
pendapatan yang akan diperoleh oleh investor darishort-term bond tersebut dapat diperkirakan dengan pasti, dan
investor semacam ini bisa digolongkan dalam apa yang disebut risk-free.
2. Andaikata
uang sebesar Rp. 100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam bentuksaham dari
suatu perusahaan, maka hasil dari investasi ini tidak bisa diramalkan dengan
pasti. Karena rate of returnakan
bervariasi dan sangat besar kemungkinannyauntuk memperoleh kerugian. Maka saham bisa dikatakan
secara relatif mengandung risiko yang lebih tinggi atau bisa dikatakan risky.
Dengan demikian pengertian risk dari kedua
ilustrasi tersebut diatas, akan mempunyai dampak yang berbeda bagi investor
apabila mereka dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan di bidang
investasi. Maka
didalam rangka proses pengambilan keputusan, sebaiknya kita buat banyak
kemungkinan-kemungkinan alternatif yang akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan
agar kita dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan.
Menurut Jones (2000), ada dua tipe resiko yaitu:
1. Systematic Risk
Risiko yang
tidak dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor. Misalnya:
a.
Risiko tingkat bunga
Merupakan perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi
return investasi. Jika suku bunga meningkat, maka bunga saham akan turun.
b.
Risiko politik
c.
Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya
beli yang telah diinvestasikan.
d.
Risiko nilai tukar
Risiko ini berkaian dengan fluktuasi nilai tukar mata
uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara
lainnya.
e.
Risiko pasar
Dengan adanya fluktuasi pasar, maka perubahan indeks pasar
saham secara keseluruhan dapat terjadi.
2. Unsystematic risk
Adalah risk
yang dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor. Misalnya:
a.
Risiko bisnis
b.
Risiko likuiditas
Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin
likuid sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya.
c.
Risiko financial
Risiko ini berkaitan dengan
keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya.
RISK
|
UnsystematicRisk
|
TotalRisk
|
SystematicRisk
( β )
|
Jumlah
sahamdalam portfolio
|
Dalam hubungannya dengan Unsystematic Risk dan Systematic Risk yang kemungkinan akan timbul di pasar pada saat kita melakukan kegiatan investasi, maka dapat kita gambarkan sebuah diagram yang menghubungkan antara garis risk dengan jumlah saham dalam portfolio.
Dengan memperhatikan gambar diatas, maka dalam hal
ini kita tidak dapat melakukan perubahan terhadap systematic risk. Yang bisa diubah hanyalah unsystematic risk, yakni dengan cara mengkombinasikan antara
bermacam-macam saham/diversifikasi saham. Dengan demikian, semakin besar
betha-nya (β), maka akan semakin tinggi pula risikonya.
2.3 MengukurExpected Return dan Risiko
Sekuritas
Untuk mengestimasi return, investor harus
memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau
yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian.Probability suatu kejadian diartikan sebagai harapan dimana kejadian tersebut bisa terjadi.
Sebagai gambaran, berikut ini diberikan ilustrasi mengenai kemungkinan akan turun hujan hari
ini atau besok. Melihat keadaan cuaca, maka kemungkinannya adalah 60% akan
turun hujan dan 40% akan tidak turun hujan. Maka dapat dibuat probabilitynya:
Kejadian Probability
Hujan 0,6 = 60%
Tidak hujan 0,4 = 40%
1,0 = 100%
Demikian pula
halnya apabila kita ingin menginvestasikan uang kita dalam saham dari perusahaan “X“ dan perusahaan “Y“, dimana kita akan
berharap untuk memperoleh capital gain dan deviden atas keputusan
yang akan kita pilih tersebut.
Saham Perusahaan “X“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 100%
Normal 0,4 15%
Resesi
0,3 - 70%
1,0
Saham Perusahaan “Y“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 20%
Normal 0,4 15%
Resesi
0,3 10%
1,0
Dari ilustrasi
diatas, dapat dilihat
bahwa dalam keadaan ekonomi kuat maka kita akan dapat memperoleh return yang tinggi pada kedua
perusahaan tersebut, baik dalam bentuk. Pada situasi ini kita mempunyai
kemungkinan hanya 30%.Dalam keadaan normal return yang kita
dapat atas pembelian saham kedua perusahaan tersebut akan
sama besarnya, yakni 15%, dan kemungkinan yang akan terjadi adalah 40%.Sedangkan
dalam kondisi resesi, maka return dari kedua perusahaan tersebut sangat berbeda
yaitu antara -70% pada perusahaan “X“ dan 10% pada perusahaan “Y“, dan
kemungkinan yang akan terjadinya adalah 30%.
Dalam hal iniuntuk mengukur risiko
maupun return, bisa dilihat dari
3aspek yaitu,
1.
Variabilitas of Return,
2. Standard Deviasi
3. Arithmetic
Mean dan Geometric Mean
Ad. 1. Variabilitas Of Return
Ditinjau dari variabilitas of return-nya, maka
perusahaan “X“ mempunyai risiko yang lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan
“Y“. Hal ini disebabkan karena variabilitas
rate of return dari perusahaan “X“ lebih besar daripada variabilitas rate of return perusahaan
“Y“. Apabila kita kalikan setiap kemungkinan hasil dengan probability dari
masing-masing dan kemudian kita jumlahkan hasilnya, maka kita akan memperoleh
apa yang disebut “ weighted average of return “ atau yang diartikan
sebagai “ expected rate of return “. Sebagai gambaran bisa dilihat pada contoh perhitungan dibawah ini.
Perusahaan “X“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Kuat 0,3 100% 30%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 - 70% -
21%
Expected Rate of Return =15%
Perusahaan “Y“
Keadaan ekonomi Probability Rate of ReturnExpected
Return
Kuat 0,3 20% 6%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 10% 3%
Expected Rate of Return =15%
Dari ilustrasi
perhitungan diatas, jika dilihat dari expected return yang dihasilkan
oleh kedua perusahaan besarnya sama, akan tetapi apabila ditinjau dari sisi variabilitas
rate of return keduanya berbeda.
Expected Rate of Return
|
Rate of Return
|
Probability
|
0,2
|
0,4
|
0,1
|
0,3
|
0,5
|
-70
|
0
|
15
|
100
|
ExpectedRate of Return
|
Rate ofReturn
|
0,2
|
0,4
|
0,1
|
0,3
|
0,5
|
0
|
15
|
Probability
|
Mana dari kedua perusahaan diatas yang lebih besar risikonya. Untuk lebih jelasnya, maka dapat kita gambarkan sebagai berikut ini:
Ditinjau dari segi perilaku, manusia sebagai investor mempunyai 3
kecenderungan didalam rangka menghadapi risiko, seperti dijelaskan
dalam utility theory, yaitu:
- Ada manusia yang mencari risiko, dan tanpa adanya risiko ia kurang senang. Type ini disebut dengan “Risk Seeker“.Risk seeker akan lebih memilih investasi yang mempunyai risiko yang lebih besar, tentunya dengan harapan return yang besar pula.
- Manusia yang mencari keseimbangan antara risiko dan return. Type ini disebut dengan “Risk Indifference“. Artinya, investor mengharapkan adanya tambahan return jika ada tambahan risiko yang ia hadapi.
- Manusia yang menginginkan tambahan return yang lebih besar dengan adanya kenaikan/tambahan risiko yang ia hadapi. Type ini disebut dengan “Risk Averter“.Risk Averterakan memilih investasi yang resikonya lebih kecil. Type ini lebih banyak jumlahnya. Didalam Risk Averterada teori yang disebut dengan “Deminishing Marginal Utility of Money“. Maksud dari pengertian tersebut adalah bahwasannya setiap adanya satu tambahan kemakmuran yang diberikan, kalau terus menerus ditambah maka pertambahan total utility-nya akan semakin menurun.
Contoh, apabila seseorang yang tidak mempunyai uang sama sekali, kemudian dia menerima
uang sebesar Rp. 10.000,- maka ia akan menggunakannya untuk keperluan yang
paling mendesak; tetapi apabila ia menerima kembali Rp. 10.000,-, maka ini juga
akan berguna baginya tetapi sudah tidak sepenting seperti pada yang pertama
kalinya. Dengan demikian utility yang
kedua kurang dari yang pertama kali. Dengan kata lain, marginal utility-nya semakin menurun. Demikian pula kalau ia
menerima untuk yang ketiga kalinya dan seterusnya. Untuk itu kita bisa
mengatakan bahwa marginal utility of money adalah deminishing.
Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat dalam ilustrasi gambar berikut ini.
14
|
12
|
10
|
6
|
TotalUtility
|
( A )
Risk
Seeker
|
( B )
Risk
Indiference
|
Wealth
|
0
|
2.500
|
5.000
|
7.500
|
10.000
|
( C )
Risk Averter
|
Dari gambar diatas
dapat kita lihat, bahwa pada tingkatan wealth
(kemakmuran) 2.500, total utility-nya
sebesar 6 dan pada tingkatan wealth5.000
total utility-nya sebesar 10. Dengan
adanya pertambahan dalam tingkat kemakmuran, disini menyebabkan adanya
pertambahan utility sebesar 4. Pada
keadaan wealth7.500 total utility-nya sebesar 12, tetapi
pertambahan utility-nya hanya sebesar
2.
Dengan demikian, disini dapat disimpulkan bahwa dengan semakin bertambahnya tingkatwealth, hal ini akan menyebabkan semakin
menurunnya pertambahan total utility.
Seseorang yang
mempunyai constant marginal utility for
money akan menilai setiap dana yang diterima sama saja dengan setiap dana yang dikeluarkan. Di lain pihak dimana seseorang dengan deminishing marginal utility for money
akan memperoleh lebih banyak kerugian dari setiap dana yang hilang dibandingkan dengan keuntungan yang
diperoleh dari setiap dana tambahan yang ia terima.
Itulah sebabnya
orang akan lebih banyak menghindar dari risiko dan akan meminta return yang
lebih banyak dari
setiap investasi
yang mempunyai risiko yang tinggi.
Ad. 2. Standard Deviasi
Untuk menghitung
besarnya standard deviasi, maka kita perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a.
Hitung besarnya expected rate of
return (Ṝ) dengan formulasi:
Ṝ
, dimana:
Rί = rate
of return
Pί = probability
of return
n =
total kemungkinan
Ṝ = expected rate of return
b. Kurangkan expected rate of return (Ṝ) dari rate of return ( Rί ) untuk memperoleh
besarnya deviasiatas expected rate
of return. Deviasinya
adalah : ( Rί –Ṝ)
c. Kuadratkan
masing-masing deviasi dan kemudian dikalikan dengan masing-masing probability
of return untuk bisa memperoleh varians-nya.
Variance:
d.
Akar dari
varians adalah sama dengan standard deviasi, Standard
Deviasi:
Untuk
lebih jelasnya, kita lihat kembali contoh ilustrasi perhitungan dari Perusahaan
“Y“ sebagai berikut ini:
Rί – Ṝ ( Rί – Ṝ )² ( Rί – Ṝ )² Pί
Kuat 20 –
15 = 5 25 25 x 0,3 = 7,5
Normal 15 – 15 = 0 0 0 x 0,4 = 0
Resesi 10 – 15 = (5) 25 25 x 0,3 = 7,5
Variance σ² = 15
Standard Deviasi σ = 3,87%
Perusahaan “ X
“ sebagai berikut ini :
Rί – Ṝ (
Rί – Ṝ )² ( Rί – Ṝ )² Pί
Boom 100 – 15 = 5 7.225 7.225 x 0,3 = 2.167,5
Normal
15 – 15 = 0 0
0 x 0,4 = 0
Resesi - 70 – 15 = (85)
7.225 25 x 0,3 = 2.167,5
Variance σ² =
4.335
Standard Deviasi σ = 65,84%
Berdasarkan
ilustrasi perhitungan diatas, apabila kita pakai standard deviasi
sebagai tolok ukur untuk menghitung risiko yang akan kita
hadapi, maka dalam hal ini perusahaan “X“ akan mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan “Y“.
Dengan demikian,
semakin besar standard deviasi dari suatu perusahaan, hal ini akan
memberikan petunjuk semakin besar pulalah risiko yang akan dihadapinya.
Ad. 3. Arithmetic
Mean dan Geometric Mean
Perhitungan return sebenarnya cukup sederhana, yaitu
(harga jual - harga beli + deviden) / harga beli. Misalkan suatu saham dibeli
dengan harga Rp 10.000. Setahun kemudian harga saham naik menjadi Rp 15.000 dan
investor menjualnya. Dalam periode tersebut juga sudah dibagikan dividen
sebesar Rp 1.000 yang sudah dinikmati oleh investor. Sehingga return adalah =
60%.
Metode Arithmetic
Mean menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan membagi total return
tersebut dengan jumlah tahunnya. Misalkan return tahun 2010 sampai 2013 berturut-turut
adalah 30%, 20%, dan 25%, maka Arithmetic
Mean = (20%+25%+15%)/3 =20%. Sedangkan Geometric Meandapat dihitung dengan cara(1+20%) x
(1+25%) x (1+15%). Hasilnya kemudian di akar pangkat 3 (sesuai jumlah tahun)
kemudian hasilnya dikurangi 1. Hasil yang diperoleh adalah 19.9305%
Pada website www.infovesta.com,
yang menampilkan performa reksa dana seperti Panin
Asset Management di bawah ini:
Dengan
menggunakan contoh, Return Panin Dana Maksima selama 5 tahun adalah 244.24% (total return) adalah sama dengan 28.01%
(Annualized Return/Geometric Mean
menurut Bloomberg).
Total return lebih familiar bagi investor awam karena dengan mudah
menggambarkan tingkat pengembalian historis dalam jangka panjang. Misalkan
return 5 tahun adalah 200%, artinya jika kita menginvestasikan uang Rp 1 juta 5
tahun yang lalu, maka sekarang sudah menghasilkan keuntungan Rp 2 juta.
Sementara istilah Annualized Return
lebih sering digunakan investor yang lebih sophisticated.
Hal ini tidak terlepas, bahwa baik buruknya kinerja tidak hanya digambarkan
dengan return saja namun juga oleh volatilitasdan
perbandingan terhadap free-risk.
Dalam prakteknya volatilitas (standar
deviasi) dan free-risk dinyatakan
dalam tahunan sehingga tingkat return juga disetahunkan.
Penghitungan tingkat perubahan aliran return pada
periode yang bersifat serial dan kumulatif sebaiknya mengunakan metode geometric mean. Sedangkan arithmetic mean, akan lebih baik dipakai
untuk menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.
2.4 Analisis Risiko
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep
pengurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio.
Rumus untuk menghitung varians portofolio bisa dituliskan sebagai berikut:
Contoh: misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Jika
kita memasukkan 100 saham dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio akan
berkurang dari 0,20 menjadi 0,02.
Perhitungan statistik di atas
membuktikan bahwa semakin banyak jenis saham yang dimasukkan dalam portofolio
akan menyebabkan semakin berkurangnya risiko portofolio.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah
saham yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan
risiko.Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan semakin
menurun sampai pada jumlah tertentu, dan setelah itu tambahan sekuritas tidak
akan mengurangi risiko portofolio.
Beberapa hasil studi empiris tentang jumlah saham
dalam portofolio yang bisa mengurangi risiko, menghasilkan rekomendasi bahwa
untuk mengurangi risiko portofolio diperlukan sedikitnya antara 10-20 jenis
saham. Penilitian yang sama juga pernah dilakukan Tandelilin (1998) di pasar
modal Indonesia dan Filipina. Penelitian tersebut menghasilkan rekomendasi
bahwa untuk meminimalkan risiko sedikitnya diperlukan 14 saham untuk pasar
modal Filipina dan 15 saham untuk pasar modal Indonesia.
2.5 Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui
pemilihan kombinasi sejumlah asset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat
diminimalkan tanpa mengurangi besaran return yang diharapkan.Permasalahan
diversifikasi adalah penentuan atau pemilihan sejumlah aset-aset spesifik
tertentu dan penentuan proporsi dana yangakan diinvestasikan untuk
masing-masing asset tersebut dalam portofolio.Ada dua prinsip diversifikasi
yang umum digunakan:
1. Diversifikasi Random
Diversifikasi
random terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada
berbagai jenis saham atau asset yang berbeda atau.Investor memilih asset-asset yang
akan dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan
karakterisitiknya (misal, tingkat risiko dan return yang diharapkan serta
industri).
2. Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi
Markowitz mempertimbangkan berbagai informasi mengenai karakteristik setiap
sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi ini menjadikan
pembentukan portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam memilih aset-aset
sehingga diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal.
Filosofi
Diversifikasi Markowitz: “janganlah menaruh semua telur ke dalam satu
keranjang“. Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa
risiko portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset
yang ada dalam portofolio, tetapi harus dihitung dari kontribusi risiko asset
tersebut terhadap risiko portofolio, atau diistilahkan dengan kovarians.
2.6 Estimasi Return dan Risiko
Portofolio
Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti
menghitung return yang diharapkan dan risiko suatu kumpulan aset yang
dikombinasikan dalam suatu portofolio. Rumus untuk menghitung return yang
diharapkan dari portofolio adalah sebagai berikut:
Dalam
hal ini:
=
return yang diharapkan dari portofolio
= bobot portofolio sekuritas ke-i
=
jumlah total bobot portofolio = 1,0
=
return yang diharapkan dari sekuritas ke-i
n
=
jumlah sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio
Contoh: sebuah portofolio yang terdiri
dari 3 jenis saham A, B dan C menawarkan return yang diharapkan masing-masing
sebesar 15%, 20% dan 25%. Misalnya, presentase dana yang diinvestasikan pada
saham A sebesar 40%, saham B 30% dan saham C 30%, maka return yang diharapkan
dari portofolio tersebut adalah:
= 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25) =
0,195 atau 19,5%
Untuk mengukur risiko portofolio yang
terdiri dari dua sekuritas, dapat dihitung dengan:
= [
1/2
Dalam
hal ini:
= deviasi standar portofolio
=
bobot portofolio pada aset A
=
bobot portofolio pada aset B
=
koefisien korelasi asset A dan B
Contoh: perhitungan risiko portofolio
dua asset yang terdiri dari saham A dan B masing-masing menawarkan return sebesar
10% dan 25%; serta deviasi standar masing-masing sebesar 30% dan 60%. Alokasi dana
investor pada kedua aset tersebut masing-masing sebesar 50% untuk setiap asset;
serta kedua asset berkorelasi 0.Deviasi standar portofolio tersebut dihitung
dengan:
=
[ (0,5)2(0,3)2 + (0,5)2(0,6)2 + 2
(0,5)(0,5)(
)(0,3)(0,6)] 1/2
=
[0,0225 + 0,09 + (0,09) (
)] 1/2
=
[0,1125 + 0,09 (0,0)] ½ = 0,335 atau 33,5%
2.7 Model Indeks Tunggal
Model portofolio Markowitz dengan perhitungan
kovarians yang kompleks seperti telah dijelaskan diatas, selanjutnya
dikembangkan oleh William Sharpe denganmenciptakan model indeks tunggal. Model
ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar.
Asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal
adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut
mempunyai respon yang sama terhadap return pasar.Penyederhaan dalam model
indeks tunggal tersebut ternyata bisa menyederhanakan penghitungan risiko
portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi perhitungan sederhana.
Daftar Pustaka
Jogiyanto.
2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE
Tandelilin,
Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Yogyakarta: Kanisius
Van Horne, James. 2010.
Fundamentals of Financial Management: Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.
Salemba Empat: Jakarta.
Jones,
Charles P. 2000. Investment: Analysis and Management, 7th edition, New York:
John Willey and Sons. Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar