Minggu, 20 Maret 2016

Just In Time

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam  suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses ataupun persediaan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu aset paling mahal (40% dari total investasi). Harus ada keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep Just In Time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang/penyimpanan barang/stocking cost. Tujuan utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Perhitungan serta kerja sama yang baik antara penyalur, pemasok dan bagian produksi haruslah baik. Keterlambatan akibat salah perhitungan atau kejadian lainnya dapat menghambat proses produksi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya.
Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Just In Time diterapkan pada perusahaan industri
2.      Bagaimana kontribusi Just In Time pada perusahaan industri
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui perkembangan Just In Time dalam perusahaan industri
2.      Untuk mengetahui kontribusi Just In Time pada perusahaan industri
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi, Prinsip, Manfaat dan Tujuan JIT ( Just In time )
Just  In Time ( JIT ) adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di lokasi kerja pada saat dibutuhkan tepat waktu. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan, di saat pelanggan menginginkannya tepat waktu. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan kebutuhan akan tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Namun di lain pihak, eliminasi persediaan juga menghilangkan perlindungan yang disediakan oleh persediaan terhadap kesalahan produksi dan ketidakseimbangan. Akibatnya, diperlukan beban kerja bermutu tinggi dan seimbang dalam sistem JIT guna menghindari penghentian produksi yang berbiaya mahal serta kekecewaan pelanggan. Oleh karena membutuhkan kualitas dan produksi yang seimbang, JIT sering kali dikaitkan dengan usaha untuk mengeliminasi pemborosan dalam segala bentuk, dan merupakan bagian yang penting dalam banyak usaha manajemen mutu total.
JIT mempunyai empat  aspek pokok sebagai berikut:
1.      Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2.      Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3.      Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4.      Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Prinsip – prinsip JIT dapat diterapkan dalam meningkatkan pemeliharaan rutin, seperti lokasi dan pengaturan alat – alat, cetakan, dan perlengkapan yang digunakan bersama – sama dengan mesin produksi. Di samping itu, JIT juga berguna dalam mengelola pekerjaan di suatu kantor, bisnis jasa, atau departemen jasa dari suatu pabrik; dalam menurunkan kebutuhan persediaan di pabrik atau toko ritel; dan dalam banyak aspek lain dari operasi suatu perusahaan.
Aspek  yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan barang dalam proses ( work in process – WIP ) dan bahan baku. Kebanyakan tulisan mengenai JIT berkosentrasi pada satu aspek ini, yang disebut dengan produksi tanpa persediaan ( stockless production ), produksi ramping ( lean production ), atau produksi dengan persediaan nihil ( zero inventory production – ZIP ). Dalam JIT , wewenang untuk memproduksi suatu komponen di suatu lokasi kerja berikutnya dalam lini produksi tersebut. Ketika komponen – komponen digunakan dalam produk final, maka produksi untuk penggantian komponen – komponen tersebut diotorisasi. Proses ini diulang di semua lokasi kerja sebelumnya, sehingga “menarik” komponen melalui sistem produksi ketika dibutuhkan dan pada akhirnya menarik bahan baku dari pemasok. JIT merupakan kasus khusu dari kuantitas pemesanan ekonomis ( economic order quantity – EOQ ) dalam jumlah yang sangat kecil. Tujuan akhir JIT adalah ukuran batch sama dengan satu unit. Agar JIT dapat beroperasi dengan seharusnya, waktu persiapan harus pendek. Selain itu, arus produksi melalui berbagai lokasi kerja harus seragam, suatu karakteristik yang umum terdapat dalam proses manufaktur yang repetitif.
Untuk menghindari penumpukan persediaan, seluruh lini produksi dihentikan jika terdapat komponen hilang dalam tahap manapun atau jika ditemukan barang cacat. Barang cacat harus ditemukan segera sebelumlebih banyak unit yang dibuat, sehingga jika ingin mencapai tingkat arus karena satu barang cacat di lokasi kerja mana pun dapat menghentikan proses produksi.
JIT berusaha mengurangi persediaan karena persediaan dipandang sebagai pemborosan. Persediaan mencerminkan sumber daya yang tidak digunakan dan dapat menyebabkan terjadinya pemborosan lainnya. Tetapi, tujuan mengurangi persediaan ke titik nol hanya mungkin dicapai dalam kondisi berikut :
1.      Biaya dan waktu persiapan yang rendah atau tidak signifikan
2.      Ukuran 1 ot sama dengan satu
3.      Waktu tunggu minimum atau hampir seketika
4.      Beban kerja yang seimbang dan merata
5.      Tidak ada interupsi karene kehabisan persediaan, kualitas yang buruk, pemeliharaan mesin yang tidak sesuai jadwal, perubahan spesifikasi, atau perubahan lain yang tidak terencana.
Persediaan terdapat di hampir semua sistem karena kondisi ideal tersebut tidak pernah ada. Konsep persediaan sama dengan nol mengandung arti tingkat kesempurnaan yang umumnya tidak dapat dicapai. Tetapi, JIT menstimulasi perbaikan konstan dlam kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan. Pengurangan persediaan secara kontinu dicapai melalui proses – proses berikut :
1.      Persediaan dikurangi sampai suatu masalah ditemukan dan diidentifikasikan.
2.      Sekali masalah sudah didefinisikan, tingkat persediaan dinaikkan untuk menyerap dampak dari masalah ini dan agar sisitem dapat beropersi dengan lancar.
3.      Masalah tersebut dianalisis dan cara – cara praktis diidentifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan masalah.
4.      Sekali masalah telah dikurangi atau dihilangkan, tingkat persediaan dikurangi lagi sampai masalah berikutnya ditemukan dan diidentifikasi.
5.      Langkah 2 sampai 4 diulangi hingga pada tingkat persediaan minimum yang paling mungkin untuk dicapai.
Dengan cara ini, engurangan persediaan mengungkapkan masalah dan menstimulasi pencairan cara – cara praktis guna menyelesaikannya, sehingga perbaikan secara kontinu dapat dilakukan untuk mengeliminasi pemborosan. Pengurangan tingkat persediaan juga mempengaruhi kecepatan pemrosesan, atau kecepatan dengan mana suatu tugas atau unit melewati sistem.
B.     JIT dan Velositas
Terdapat hubungan penting dan lansung antara ukuran WIP dan kecepatan produksi. Jika 1.000 unit diproduksi per hari, dan 2.000 unit berada dalam proses setiap waktu, maka satu unit memeakan waktu rata-rata dua hari (2.000 : 1.000) untuk melewati sistem tersebut. Hal ini disebut sebagai throughput time selama dua hari. Jika kecepatan sistem kemudian digandakan agar throughput time hanya satu hari, maka output yang sama sebesar 1.000 unit per hari dapat dicapai hanya dengan 1.000 unit dalam WIP. Hubungan ini dapat dinyatakan dengan cara lain: jika tingkat output tetap sementara jumlah unit dalam proses diturunkan separuhnya, maka kecepatan sistem telah digandakan. Selama tingkat output tetap, mengurangi jumlah unit dalam proses dan meningkatkan kecepatan sistem merupakan dua hal yang sama. Kecepatan dimana unit atau tugas diproses dalam suatu sistem disebut velositas (velocity) dan berhubungan terbalik dengan throughput time.
Manfaat strategis dari peningkatan velositas adalah berkurangnya waktu yang diperlukan untuk memenuhi pesanan produksi. Jika velositas ditingkatkan sepuluh kali lipat, maka rata-rata pesanan dipenuhi dalam tempo sepersepuluh dari waktu yang dibutuhkan sebelumnya.
Perbaikan velositas dapat diperluas ke hilir ke arah persediaan barang jadi dan pengiriman. Selain itu, perbaikan velositas juga dapat diperluas ke hulu ke arah persediaan bahan baku, pembelian, desain produk, pengembangan, dan riset.
Tujuan JIT adalah mengurangi waktu siklus total, karena satu-satunya waktu yang memberikan nilai tambah atas suatu produk hanyalah ketika produk tersebut diproses. Sementara, waktu untuk memindahkan, menunggu, dan inspeksi tidak menanmbah nilai. Hanya waktu pemrosesan yang menambah nilai; sedangkan sisanya hanya menambah biaya. Dengan demikian, mengurangi total waktu siklus berarti mengurangi biaya dan meningakatkan daya saing. Dan, tentu saja, waktu pemrosesan sebaiknya berada pada tingkt palin rendah yang konsisten dengan produksi yang berkualitas.
Oleh Karena WIP adalah aset mahal yang harus didanai dan dipelihara seperti aset-aset lainnya, manfaat nyata dari pengurangan WIP adalah bahwa total investasi berkurang, sehingga menghasilkan penghematan dalam biaya penyimpanan persedian. Biasanya hal ini dicapai dengan memproduksi sejumlah besar batch-batch kecil, sehingga hanya terdapat WIP yang lebih sedikit di setiap tahapan proses, sementara velositas dari semua unit dan batch ditingkatkan.
Selain itu banyak dari teknologi JIT berurusan dngn pengurangan durasi dan biaya persiapan. Misalnya, asumsikan bahwa biaya penyimpanan tahunan sebesar 25% dari biaya produksi variabel dan biaya variabel dari rata-rata WIP adalah sebesar $ 200.000. manajemen merencanakan untuk menggunakan JIT guna menggandakan velositas WIP tanpa mengubah total output tahunan. Hal ini akan dicapai dengan menurunkan rata-rata ukuran batch menjadi separuhnya. Tidak ada perubahan dalam perencanaan persedian bahan baku atau persediaan barang jadi. Rata-rata WIP akan berkurang separuhnya sehingga menghasilkan penghematan sebesar $ 25.000 (25% X ½ X $ 200.000) dalam biaya penyimpanan tahunan.
Selain dampak terhadap biaya penyimpanan persediaan, hasil yang lebih penting dari JIT adalah pengurangan WIP dan dampaknya terhadap kerugian produksi. Hubungan antara JIT dan kerugian sebenarnya hampir-hampir tidak kentara, dan sering kali terlewatkan.
C.    JIT dan Kerugian Produksi
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1.      Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2.      Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).
3.      Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4.      Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
1.      Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
2.      Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3.      Waktu perpindahan
4.      Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
5.      Ruangan pabrik
6.      Biaya mutu
7.      Pembelian bahan
            Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1.      Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2.      Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
3.      Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
4.      Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”
            Di lokasi kerja manapun dalam lini produksi, dampak pengurangan WIP adalah sederhana, yaitu hanya terdapat sedikit unit menunggu di lokasi atau berpindah ke setiap lokasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap kerugian produksi. Asumsikan tahap 5 dalam lini produksi memproses setiap unit lalu mengirimnya untuk menunggu tahap 6. Asumsikan juga ada 100 unit yang menunggu di antara tahap 5 dan tahap 6. Jika pada suatu tahap 5 mulai memproduksi dengan cacat tertentu yang baru akan ditemukan di tahap 6, maka berapa banyak barang yang cacat mungkin diproduksi di tahap 5 sebelum masalahnya ditemukan?jawabannya adalah 100; atau mungkin kurang dari itu,jika masalah di tahap 5 ditemukan dengan suatu cara tertentu atau jika barang cacat terjadi hanya di beberapa dan tidak di semua produk.Hasil yang paling buruk adalah dihasilkannnya 100 barang cacat.Jumlah tersebut sama dengan banyaknya WIP di lokasi kerja itu.Setelah 100 unit diproduksi, tahap 6 tidak memiliki apapun untuk dikerjakan kecuali unit barang cacat, sehingga pada saat itu kesalahan tersebut ditemukan dan dianggap diperbaiki.
            Melanjutkan contoh diatas, bagaimana jika ada 1000 unit yang menunggu diantara tahap 5 dan tahap 6? Maka maksimum ada 1000 unit barang cacat yang dapat dihasilkan. Jika hanya ada 10 unit yang menunggu, hasil terburuk adalah dihasilkannya 10 barang cacat. Juka persediaan antartahap dihilangkan seluruhnya, kesalahan di tahap 5 akan ditemukan dengan segera saat unit barang cacat pertama diproduksi. Penghilangan sepenuhnya atas WIP yang disimpan di antara tahap 5 dan tahap 6 biasanya akan menyebabkan htimbulnya frustasi, karena harus menghentikan suatu tahap dan tahap lainnnya setiap beberapa menit. Tetapi, manajemen harus mengingat bahwa tujuan produksi bukanlah untuk menghasilkan aliran tetap dari barang cacat. Lebih lanjut lagi tujuan produksi adalah untuk menemukan masalah dan memperbaikinya, dan bukannya berkompromi dengan masalah atau menyembunyikan masalah dengan cara menyimpan WIP dalam jumlah besar.
Sebagai contoh, asumsikan suatu lingkungan produksi yang digambarkan  sebagai berikut:
Jumlah alokasi kerja dimana ada WIP……………………………………………       20% 
Rata-rata jumlah WIP per lokasi kerja……………………………………………    400%
Biaya penyimpanan persediaan per tahun……………………………………….         25%
Pengurangan yang direncanakan dalam tingkat WIP……………………………… 60%
Pengurangan yang direncanakan dalam tingkat output akhir……………….Tidak ada%
Aliran fisik dari unit di setiap lokasi kerja…………………..………………….. FIFO%
Rata-rata biaya variable per unit dalam WIP……………………………………. $100%
Rata-rata kerugian dalam dolar per unit barang cacat……………………………... 20%
     
            Lebih lanjut lagi, asumsikan bahwa selama tahun depan, total jumlah kasus dimana beberapa lokasi kerja berada di luar batas kendali sehingga memprosuksi barang cacat diperkirakan ada 1000 kasus. Dalam separuh dari kasus tersebut, kondisi luar kendali diperkirakan akan ditemukan dengan segera oleh operator di lokasi kerja yang bermasalah. Dalam separuh yang lainnya, barang cacat yang terjadi adalah sebesar 10% dari jumlah unit yang diproduksi; barang cacat tersebut menjadi WIP antarstasiun, di mana barang cacat itu ditemukan oleh operator stasiun berikutnya; dan setiap kondisi di luar kendali diperbaiki segera setelah ditemukan.
            Jika tidak ada unit yang memiliki lebih dari satu cacat dan tidak ada perubahan yang dilakukan oleh system, maka 60% pengurangan dalam tingkat WIP diperkirakan akan menghasilkan penghematan tahunan sebesar $360.000, yang terdiri atas penghematan dalam biaya penyimpanan sebesar $120.000 dan penghematan dalam biaya barang cacat sebesar $240.000 yang dihitung sebagai berikut:

Penghematan dalam biaya penyimpanan     =              25% x Pengurangan dalam rata-rata biaya variable WIP
                                                                                =              25% x 60% x Rata-rata biaya variable WIP masa lalu
                                                                                =              0,25 x0,6x (20 x 400 x $100)
                                                                                =              $120.000

Penghematan dalam biaya barang cacat      =              $20xPengurangan dalam jumlah unit barang cacat
=              $20xpengurangan dlm unit cacat yg diproduksi setiap kali ada kondisi di luar kendali yang tidak ditemukan x jumlah kondisi di luar kendali yang tidak ditemukan dengan segera
=              $20 x (60% x 400 x 10%) x (1/2 x 1000)
=              $20 x 24 x 500
=              $240.000

            Banyak keuntungan potensial dari tingkat WIP yang lebih rendah tidak dimasukkan dalam penghitungan di atas karena deskripsi dari lingkungan produksi tidak menyediakan informasi mengenai hal terebut. Keuntungan-keuntungan potensial ini termasuk penghematan dalam biaya persiapan yang harus dicapai agar ukuran rata-rata batch yang 60% lebih kecil menjadi ekonomis.Penghematan juag termasuk perbaikan dalam kepuasan pelanggan karena pendek memungkinkan semua pengiriman dapat dilakukan sesuai dengan pesanan sehingga persediaan barang tidak lagi diperlukan.Tentu saja ada biaya yang harus dikurangkan dari penghematan tersebut. Biaya-biaya ini termasuk (1) penanganan sebagian besar batch-batch WIP yang ukurannya lebih kecil, termasuk biaya untuk memproses lebih banyak pesanan produksi dan permintaan bahan baku ; (2) semakin tingginya probabilitas terhentinya produksi karean jumlah persediaan pengaman yang lebih kecil di setiap lokasi kerja; dan (3) kemungkinan bahwa biaya persediaan tidak dapat dikurangi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi peningkatan dalam jumlah persiapan yang harus dilakukan.
            Oleh karena hubungan antara  kerugian dan tingkat WIP, banyak penerapan JIT yang berhasil mengurangi kerugian produksi secara drastis sehingga dengan demikian memberikan kontribusi bagi perbaikan kualitas. Misalnya, selama 5 tahun pertama penerapan JIT, Oregon Cutting system mengurangi bahan baku sisa dan pengerjaan kembali sebesar 50% serta mengurangi barang cacat sebesar 80% tanpa peningkatan dalam biaya kualitas.
            Keuntungan yang serupa diperoleh dari pengurangan persediaan bahan baku.Tidak hanya dibutuhkan ruangan penyimpanan yag lebih sedikit, melainkan juga berkurangnya risiko rata-rata hanya untuk kebutuhan satu atau dua hari dan bukannnya untuk tiga atau enam bulan. Aspek JIT ini mengharuskan penerimaan bahan baku dalam jumlah sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering, koordinasi yang baik dan komunikasi berkala dengan pemasok dan perusahaan pengangkutan, kualitas bahan baku yang lebih dapat diandalkan, serta system transportasi yang bebas dari kesalahan. Kondisi yang menuntut ini melibatkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam  fungsi pembelian.
D.    JIT dan Pembelian
Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan. JIT  tidak hanya berlaku  untuk WIP ( Work In Process) saja tetapi juga berlaku untuk persediaan bahan baku, fungsi persediaan pembilian sangat terlibat dalam penerapan JIT. Tujuannya adalah baik persediaan bahan baku maupun persediaan work in process ( WIP) berada dalam tingkat yang benar-benar minimum.
Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
1.      Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2.      Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3.      Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4.      Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5.      Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
            Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1.      Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2.      Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
3.      Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4.      Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
5.      Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
Pendekatan JIT pada pembelian ini menekanakan pada pengurangan jumlah  pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku maupun fungsi pembelian. Tujuannya dalah untuk memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok ke lantai produksi dengan sedikit atau tanpa inspeksi sama sekali, dan untuk menghilangkan kebutuhan ruang penyimpanan kecuali untuk jangka pendek langsung di lantai produksi.
Satu pemasok untuk setiap bahan baku merupakan kondisi yang ideal; dalam prakteknya pemasok kedua mungkin saja diperlukan guna untuk memastikan pasokan yang mencukupi dalam periode ketika permintaan tinggi. Tunjuannya adalah untuk hubungan jangka panjang yanga baik dengan pemasok, dibandingkan dengan pemanfaatan harga murah dalam jangka pendek. Pengawasan terhadap pemasok dibutuhkan penilaian kinerja yang kuantitatif, mislanya pengataran tepat waktu, dan mutu bahan baku.
Hambatan dalam pembelian JIT
Terdapat beberapa hambatan dalam pembelian JIT, berikut diantaranya: 
1.      Tata letak proses produksi
2.      Frekuensi perubahan jadwal
3.      Sikap agen pembelian dan pemasok
4.      Keandalan perusahaan pengangkutan
5.      Jarak dari pemasok
Namun jika sumua masalah-maslah diatas dapat diatasi dengan baik maka hasil yang diperoleh biasanya adalah pengurangan yang menegesan  dalam biaya produksi.
Pesanan Pembelian Gabungan
Pesanan pembelian gabungan  merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan jumlah yang diperkirakan dibutuhkan dalam periode tiga atau enam bulan kedepan. Jumlah dan tanggal pasti dari setiap pengantaran ditetapkan kemudian melalui telepon, atau dengan menggunakan pertukaran data eloktronik , melalui hubungan computer langsung antara pembeli dan penjual.
Bahan baku yang diterima dapat dieri lebel “barcode” yang dapat dibaca oleh pemindai (scanner) baik yang terpasang secara tetap atau yang dioperasikan dengan tangan di lini perakitan dari perusahaan pembeli, serupa dengan pemindai yang digunakan oleh kasir di banyak toko ritel. data hasil pembaca tersebut secara otomatis memperbaharui catatan biaya produk pesanan dalam departemen yang terlibat, kemudian memandingkan jenis dan jumlah bahan baku dengan permintaan EDI terbaru.
E.     JIT dan Pengorgsnisasian Pabrik
Salah satu pendekatan JIT adalah untuk berubah dari tata letak tradisional menjadi sel (cell) atau sel-sel kerja (work cell). Suatu sel bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari suatu produk atau komponen, atau sekelompok produk atau komponen yang serupa. Setiap pekerja di sel dilatih untuk dapat melakukan berbagai tugas sekaligus, sehingga tenaga kerja mudah dipindahkan ketitik yang membutuhkan dalam suatu sel. Pekerja unit dapat dievaluasi dan diberikan imbalan sebagai  suatu tim bukan suatu individu yang bekerja sendiri-sendiri. Hal ini dilakukan guna meningkatkan kerja sama dan pemecahan masalah secara mandiri.
            Selain pengawasan , pekerjaan lain yang biasanya dianggap sebagai tugas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung dibebankan kepada pekerja sel.mereka menghentikan produksi setiap kali output sel mereka tidak dibutuhkan dan memulai kembali produksi ketika output tersebut dibutuhkan lagi. Akibatnya, pengukuran tenaga kerja langsung dan tidak langsung secara terpisah menjadi tidak mungkin, karena seorang pekerja dalam melakukan pekerjaannya dapat berpindah dari tugas kerja tenaga langsung ke tugas tenagan tidak langsungdalm waktu beberapa menit. Untungnya tidak ada kebutuhan untuk memisahkan tenaga kerja langsung dan tidak langsungketika sel tersebut hanya digunakan untuk menghasilkan satu jenis produk atau komponen, atau sekelompok produk atau komponen yang serupa. Semua unit output diproses secara serupa dalam sel tersebut, sehingga biaya konversi sel itu dapat dibagi sama rata ke semua unit. Di tingkat sel, tidak terdapat perbedaan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk setiap unit.
              Jika seluruh pabrik diatur menjadi sel-sel JIT, hasilnya adalah hilangnya departemen produksi tradisional, serta hampir semua departenen jasa. Fungsi tradisional dari departemen jasa, termasuk penyimpanan bahan baku, penyimpanan WIP, penyimpanan barang jadi, inspeksi penerimaan, dan percepatan mungkin sama sekali tidak dibutuhkan.
            Dampak dari pengaturan tersebut dalam mutu produk bias mengesankan. Ingat kembali bahwa TQM adalah pemberayaan pekerja. Pemerdayaan tingkat tinggi dimungkinkan bila suatu tim sel memiliki otonomi atas setiap langkah produksi, serta mengerjakan hampir seluruh fungsi pendukungnya juga. Mereka tidak dapat menghindari tanggung jawab atas mesin atau peralatan yang rusak dengan menyatakan bahwa ada kesalahan dalam pemilihan, instalasi, pemeliharaan, atau persiapan  apabila sebagian dari tugas mereka adalah untuk mengerjakan semua itu.
            Dampak terakhir dari JIT atas pengaturan pabrik adalah pada kebutuhan akan luas lantai pabrik. Banyak pihak yang menerapkan JIT terkejut atas besarnya luas lantai pabrik yang tidak lagi diperlukan. Penghematan dalam luas lantai dalam beberapa kasus cukup besar sehingga memungkinkan konsolidasi operasi lebih ke sedikit bangunan, sehingga mengurangi biaya fasilitas
Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai dampak pada:
1.      Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2.      Meningkatkan akurasi penghitungan biaya produk.
3.      Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4.      Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5.      Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.

            Dasar-dasar pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
            Pemanufakturan JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull). Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a.       Persediaan Rendah
b.      Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c.       Filosofi TQC (Total Quality Control)
JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead
            Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

JIT
TRADISIONAL
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan 
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Dsentralisasi  jasa
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa
Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
            Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
            Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.
Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
            Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:
1.      Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
2.      Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.  
Pengaruh JIT pada Penilaian  Persediaan
            Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan  persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.


Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
            Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
            Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena  ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
            Dalam metode  proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.

JIT dan Otomasi                  
            Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk mengikutinya  dengan  pemilikan  teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.
            Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.



Penentuan Harga Pokok Backflush
            Penentuan harga pokok backflush mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
1.      Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2.      Setiap produk ditentukan biaya standarnya.
3.      Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Ada dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
1.      Perubahan Akuntansi Bahan
2.      Perubahan Akuntansi Biaya Konversi
Analisis Biaya-Volume-Laba
Analisis CPV dalam JIT
Dalam sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:
B  = T + V1X1 + V3X3
B = Biaya Total                                            X1 = Jumlah unit
T = Biaya tetap                                             X3 = Jumlah kegiatan
V1 = Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)
V3 = Biaya variabel berdasar non unit
Titik Impas
Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi. Jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
Sistem JIT
              X1 = (I + F1 + X2V2 ) /  (P - V1)
Dalam hal ini:
X1 =  Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I     =   Laba sebelum pajak  penghasilan
F1  =  Total biaya tetap        
X2  =  Jumlah kuantitas berbasis nonunit     
V2  =  Biaya variabel per basis non unit
P    =  Harga jual per unit
V1  =  Biaya variabel per unit
F.     JIT Suatu Pandangan Seimbang
Banyak perusahaan yang menerapkan JIT tetapi tidak sepenuhnya melainkan sebagian. Banyak perusahaan yang dianggap sebagai pengguna pembelian JIT, tetapi menggunakan JIT hanya untuk menangani sebagian kecil dari seluruh kebutuhan bahan bakunya. Beberapa alasannya adalah (1) waktu dan usaha yang diperlukan untuk mengubah sebagian besar pemasok agar mengikuti pola pengiriman JIT, (2) kesulitan untuk memperoleh pengiriman dengan biaya rendah sehingga dapat menjustifikasi pengiriman dlam jumlah kecil namun frekuensi tinggi, (3) kemungkinan adanya penundaan pengiriman jika pemasok berada ratusan mil jauhnya, dan (4) tendensi yang menimbulkan frustasi ketika komponen yang bernilai rendah dan nonkritis enjadi kritis ketika tidak sampai tepat waktu sehingga pesanan penting pelanggan tidak dapat diselesaikan akibat tidak adanya persediaan pengaman. Oleh karena itu, beberapa perusahaan yang menyatakan menggunakan JIT tetap menyimpan persediaan pengaman untuk bahan bakunya guna berjaga-jaga.
Penggunaan JIT berguna untuk mengeliminasi persediaan WIP dalam jumlah besar, tingkat WIP mungkin saja diturunkan menjadi separuh atau seperempat dari sebelumya, sehingga menimbulkan perbaikan besar dlam hal velositas, kerugian produksi, dan kebutuhan akan ruang. Namun, WIP yang tersisa jumlahnya masi cukup besar. Salah satu alasan umum untuk jumlah WIP yang cukup besar itu adalah timbulnya perasaan frustasi yang kontinu karena harus menghentikan produksi di suatu lokasi kerja atau lokasi kerja lainnya dikarenakan tidak ada pekerjaan dan tidak ada persediaan pengaman WIP di lokasi kerja tersebut.
JIT terbatas dalam penerapannya pada pola permintaan yang berbeda. Apabila permintaan cukup stabil dari periode ke periode, JIT merupakan sistem yang ideal, dan banyak pabrik maupun pengaturan lain dapat mencapai pola permintaan semacam itu. Apabila permintaan berfluktuasi cukup besar dari jam ke jam dan hari ke hari, maka JIT dirasa kurang praktis untuk diterapkan. Tanpa persediaan yang dapat dipakai sebagai persediaan penyangga antara tingkat produksi dengan tingkat permintaan, suatu pabrik harus menolak permintaan pelanggan atau memiliki cukup banyak karyawan dan peralatan guna menangani permintaan pada tingkat tertinggi. Jika jumlah permintaan rata-rata hanya sepersekian dari total permintaan di tingkat tertinggi, JIT mengakibatkan besarnya kapasitas yang tidak terpakai atau banyaknya kegagalan penjualan. Maka dari itu, beberapa perusahaan menggunakan alternatif menyimpan cukup persediaan guna memenuhi permintaan tertinggi dan mengisi kembali persediaan ketika permintaan rendah.
Penerapan JIT dapat menciptakan konflik dengan ukuran kinerja. ukuran kinerja JIT dan ukuran kinerja tradisional berbeda, hal ini menimbulkan perilaku yang berlawanan dengan pendekatan JIT. Jika seorang manajer dievaluasi berdasarkan berpa banyak kapasitas yang dimanfaatkan, maka respons rasionalnya adalah memastikan bahwa semua mesin dan pekerja tidak pernah menganggur. Tetapi ketika output tersebut tidak dibutuhkan di lokasi kerja berikutnya, JIT justru mengharuskan mesin dan pekerja untuk menganggur. Maka dengan keadaan tersebut jelas kinerja pada JIT dinilai kurang. Maka seharusnya perubahan ukuran kinerja dari tradisional ke JIT harus dilakukan guna mnghindari adanya konflik dengan manajemen puncak terkait ukuran kinerja.
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba tepat waktu di lokasi kerja pada saat dibutuhkan. Produk sebaiknya diselesaikan dan tersedia tepat waktu bagi pelanggan disaat pelanggan menginginkannya bukan berdasarkan persediaan yang diantisipasi. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan persediaan yang ada sehingga dapat mengeliminasikan biaya penyimpanan serta sekaligus mengeliminasi perlindungan atas kesalahan produksi dan ketidakseimbangan yang diberikan oleh persediaan sehingga dapat mengurangi pemborosan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan, tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.
PT Astra Honda Motor telah menggunakan JIT untuk operasi perusahaan sejak tahun 1980. Bayangkan jika perusahaan otomotif besar seperti PT AHM yang memiliki biaya produksi yang tinggi, daerah pemasaran yang luas, dan konsumen yang banyak tidak menggunakan Sistem JIT, maka akan terjadi banyak pemborosan. PT AHM dapat menerapkan Sistem JIT lebih maksimal karena dibantu dengan adanya perkembangan teknologi informasi disetiap jalur yang akan melakukan proses perencanaan, produksi, pemasaran, dan pengawasan. Sasaran implementasi JIT yang dilakukan PT AHM yaitu:
1.    Persediaan Sasaran utama dalam penerapan Sistem JIT adalah untuk meminimalisasi persediaan. Dengan adanya persediaan maka akan dibutuhkannya pengeluaran berupa biaya penyimpanan. PT AHM telah berhasil untuk meminimalisasi persediaan yang dimiliki. Kelebihan produksi tidak akan terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari pembeli atau pemasok bukan berdasarkan permintaan yang diantisipasi. Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan informasi dari bagian pemasaran yang menggunakan Enterprise Resource Plannning (ERP) sehingga didapatkan data yang tepat mengenai berapa banyak produk yang akan diproduksi untuk periode selanjutnya dimana setiap hasil produksi langsung disalurkan ke pemasok sehingga meminimalisasi bahkan meniadakan jumlah hasil produksi yang tertahan di gudang persediaan barang jadi dan tentunya akan mengatasi pemborosan.
Apabila terjadi kelebihan produksi maka tentunya kita akan mengeluarkan biaya penyimpanan dan biaya antisipasi jika barang tersebut ternyata tidak laku dijual kemudian mengalami kerusakan karena terlalu lama disimpan di gudang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE4gnQoUPc5wa1hLTYwyIVfYxt0vpiCLE627QwfnhBCcdF8xjkl6KPOulIDw7BZdRqbma6sWks36EJYmGxbjWxAm2V16pb4IxWO-8AsaZiJYRRpoBHNl0ib0KiAqLUUTAqf_MTuissLFs/s400/images.jpg
Pesanan untuk pembelian suku cadang dilakukan dengan online sedangkan pemesanan sepeda motor dilakukan melalui faksmili/telepon. Ketika ada pesanan PT AHM akan memasok bahan baku dari vendor yang dilakukan tepat waktu,jadi ketika bahan baku sampai maka akan langsung diproses dan setelah jadi maka akan langsung dikirimkan ke main dealer. Hal ini terbukti sangat ampuh untuk mengurangi persediaan atau over produksi.
2.    Waktu Siklus PT AHM berhasil memangkas pemrosesan menjadi lebih efisien karena proses produksi dilakukan dalam satu lot. PT AHM memproduksi 1 unit motor dalam waktu 13 menit. Produksi dilakukan dengan mesin sehingga tenaga manusia dialihkan untuk mengawasi dan menganalisis jalannya produksi. Sistem JIT telah memangkas waktu tunggu dan membuat setiap aliran produk menjadi lebih efisien Waktu menunggu terjadi akibat pengaruh kecepatan produksi yang ditentukan misalnya oleh kuota produksi suatu mesin.
Pada PT AHM produksi dilaksanakan dengan seefisien mungkin dan waktu menunggu bahkan tidak ada. Untuk memproduksi satu unit produk hanya membutuhkan waktu 13 menit. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan teknologi yang dipakai PT AHM dalam proses produksi. Kemudian dapat disalurkan langsung ke main dealer sesuai dengan pesanan.
Maka dengan dukungan teknologi dan sumber daya yang dimiliki maka tidak akan menimbulkan waktu menunnggu karena semua rangkaian produksi berdasarkan perhitungan yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi suatu perusahaan maka semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami proses selanjutnya, begitupun sebaliknya.
3.    Perbaikan yang berkesinambungan PT AHM bisa berkembang dengan pesat karena adanya perbaikan yang berkesinambungan. Kinerja operasional diukur di tiap-tiap bagian dengan mengaplikasikan Bussines Intelligent, software dari Cognos. Pengambilan keputusan atas laporan perkembangan yang berasal dari database akan lebih mudah karena telah terintegrasi dengan sistem yang dimiliki para pengambil keputusan. Pemantauan terjadinya barang cacat dan sejauh mana tahapan produksi yang telah dilalui oleh bahan baku akan lebih mudah terpantau karena setiap bahan baku telah terpasang Bar Code Text. Sistem komputerisasi yang dimiliki PT AHM akan dapat mendeteksi barang cacat sehingga akan segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab terjadinya barang cacat dan barang cacat tersebut tidak akan melewati tahapan selanjutnya sehingga tidak ada barang cacat yang akan melewati tahapan selanjutnya. Adanya produk gagal atau barang cacat adalah salah satu bentuk pemborosan terbesar yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Apabila barang cacat diketahui terlebih dahulu maka kerugian yang lebih besar dapat dihindari dengan menghentikan produksi dan menemukan penyebabnya serta mencari solusi yang tepat. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang sangat besar apabila barang cacat tersebut tidak terdeteksi selama produksi sehingga sampai ke tangan konsumen dan baru diketahui ketika ada keluhan. Mau tidak mau perusahaan harus menarik/mengganti produk tersebut sehingga dapat dibayangkan besarnya kerugian yang akan dialami, belum lagi citra produk kita di mata konsumen akan merosot dan akan menurunkan permintaan.
4.    Penghapusan pemborosan penghaspusan pemborosan dapat dilakukan karena PT AHM telah memenuhi kondisi sebagai berikut:
·         Produksi tidak menyisakan persediaan
·         Waktu tunggu minimum, bahkan hampir tidak ada
·         Minimalisasi biaya terhadap barang cacat
·         Beban kerja yang seimbang dan merata
·         Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk,
Ternyata tidak selamanya JIT berdapampak positif.
          Penerapan JIT pada perusahaan manufaktur juga akan menimbulkan dampak negatif apabila:
a.       Pengiriman bahan baku terlambat sehingga terganggunya proses produksi
b.      Kinerja manajer dianggap menurun apabila pengambil keputusan tertinggi masih berorientasi pada Total Quantity Manufacture
c.       Sistem TI sangat berpengaruh pada sistem keseluruhan produksi mengalami kerusakan atau di hack
          Setiap pengambilan keputusan atas perkembangan perusahaan akan memiliki dua dampak yang berbeda dan akan menimbulkan opportunity cost. Yang paling penting dalam penerapan JIT adalah penggunaan persediaan seefisien mungkin dan menghindari pemborosan. Penerapan JIT sesuai dengan kandungan Al Qur’an “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS. 17:26). “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. 17:27)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Just In Time atau sering disebut JIT merupakan suatu falsafah peninkatan berkelanjutan. JIT memfokuskan pada penghapusan kesia- siaan dari proses produksi. Karena kesia –siaan ini dapat menyebabkan pertambahan nilai dari suatu barang yang diproduksi oleh sebuah perusahaan.
JIT juga dianggap lebih efisien jika dibndingkan dengan konsep dan sistem – sistem lainya. Hal ini dikareakan JIT sendiri dpat memperbaiki tata letak penjadwalan, tenaga kerja, persediaan. JIT juga diterapkan pada perusahan yang bergerak disektor jasa diantaranya pada teknik dalam menangani pemasok, tata letak, persediaan maupun penjadwalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar