AUDIT KECURANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Melihat realita saat ini perkembangan zaman terutama
dibidang teknologi informasi yang semakkin berkembang. Hal ini berdampak juga
dibidang ekonomi termasuk dalam ruang lingkup auditing. Teknologi seakan-akan
digunakan sebagai alat untuk mempermudah cara untuk melakukan kecurangan yang
didukung oleh tiga keadaan yakni insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap
rasionalisasi.
Disinilah terlihat bahwa perkembangan tekonologi
yang semakin canggih akan mempersulirt pendektisi kecurangan dalam dunia
bisnis. Dan tanggung jawab seorang auditor akan semakin berat untuk mendeteksi
kecurangan oleh pihak-pihak tertentu. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
detail lagi tentang bagaimana sikap auditor saat menemukan suatu kecurangan.
B. Manfaat
Penulisan Makalah
Selain
bermanfaat bagi penulis secara pribadi, penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca selaku pelaku maupun
pengamat dunia audit diantaranya sebagai berikut :
1.
Mengetahui
jenis jenis kecurangan?
2.
Mengetahui
bagaimana cara menghadapi risiko kecurangan?
3.
Mengetahui
tanggung jawab auditor ketika kecurangan telah dicurigai?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Selain
bertujuan untuk menulis atau membuat makalah ini, penulis juga bertujuan untuk
di antaranya sebagai berikut :
1.
Ingin
mengetahui lebih dalam tentang apa itu jenis-jenis kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan klien auditor
2. Ingin mengetahui secara jelas tanggung jawab
auditor terhadap kecurangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis
– jenis Kecurangan
Dalam konteks audit atas laporan
keuangan,kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan
yang dilakukan dengan sengaja. Dua
kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan asset.
Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam
laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun
pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang
dilaporkan dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang
dilaporkan telah mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap,
yang semestinya harus dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan
merupakan kasus yang kurang umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat
melebihsajikan pendapatan dengan menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya
Sementara dalam
sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan sebuah usaha
untuk melebihsajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan nonpublik, hal tersebut
mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan.
Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan pendapatan
ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”,
yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu
dikanal dengan ”peralatan laba” dan manajemen laba. Manajemen laba (earning
manajemen) melibatkan tindakan-tindakan manajemen yang sengaja
dilakukan untuk memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing)
merupakan salah satu bentuk manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan
dan beban-beban dipindahkan di antara beberapa periode untuk mengurangi
fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba adalah dengan
mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada
saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset
tersebut dijual di kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan
sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak
tertagih untuk mengurangi laba yang lebih tinggi.
Meskipun jarang
ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh, masalah utama dalam
kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap
perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan khusus (special
purpose entities) secara memadai. E. F. Hutton, perusahaan pialang yang
saat ini sudah tidak ada lagi, telah dihukum karena dengan sengaja telah
melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa rekening bank dengan tujuan
untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan tersebut dimasukkan
sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi di neraca mengenai kewajiban
tersebut tidak jelas.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset
merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas.
Dalam banyak kasus, namun tidak senuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak
material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan
sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat
meterialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat
ukurannya setiap saat.
Istilah
penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang
dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu
organisasi. Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners,
rata-rata perusahaan merugi 6 persen dari pendapatannya disebabkan oleh
kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibatkan
pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku
penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah.
Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih
besar serta kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan
manajemen puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Suatu survei mengenai
kecurangan yang diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners
menemukan bahwa rata-rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus
kecurangan yang melibatkan manajemen puncak tiga kali lebih besar daripada
kecurangna yang melibatkan pegawai lainnya.
B.
Kondisi
yang Menyebabkan Kecurangan
Terdapat tiga
kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316) dinamakan
dengan sgitiga kecurangan (fraud triangle):
1.
Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau
tekanan untuk melakukan kecurangan.
2.
Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan.
3.
Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat
nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka
membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Sebuah pertimbangan
penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan. Dalam segitiga
kecurangan, kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset memiliki
tiga kondisi yang sama namun faktor risikonya berbeda. Pertama kita akan
membahas faktor-faktor risiko untuk penyalahguanaan aset.
Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk
memanipulasi laporan keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan
perusahaan. Sebagai contoh, penurunan laba dapat mengancam kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan pendanaan. Perusahaan mungkin juga melakukan manipulasi laba
untuk memenuhi proyeksi analis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham.
Dalam beberapa kasus, manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga
reputasi mereka.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial
dapat terjadi manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang
bergerak dalam industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang
signifikan. Sebagai contoh, terdapat kemungkinan salah saji dalam persediaan
bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan yang terletak di beberapa
tempat yang berbeda. Risiko salah saji persediaan lebih meningkat jika terjadi
kemungkinan keusangan persediaan.
Pergantian pegawai
di bagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses akuntansi dan informasi
dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji. Banyak kasus
kecurangan dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan dewan
direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan
keuangan.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan
merupakan faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan
dalam laporan keuangan. Jika CEO atau manajer puncak lainnya menunjukkan
dominasi terhadap proses penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus
mengeluarkan proyeksi laba para analis pasar, kemungkinan terjadinya kecurangan
dalam laporan keuangan menjadi lebih besar. Karakter manajemen atau seperangkat
etika juga dapat membuat manajemen lebih mudah dalam membenarkan perilaku
kecurangan.
Faktor-Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset
Tiga kondisi yang
sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun demikian, dalam melakukan
penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan kesempatan
pribadi untuk melakukan pencurian.
Insentif/Tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai
yang menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau
mereka yang terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjudain, dapat
mencuri untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Dalam kasus lain, pegawai yang
tidak puas dapat melakukan pencurian hanya utnuk menunjukkan kehebatan mereka
atau untuk menyerang perusahaan.
Kesempatan Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua
perusahaan. Namun, kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses
terhadap kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memiliki persediaan
atau aset berharga lainnya, khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah
dipindah-pindahkan. Sebagai contoh, kasino-kasino yang menangani sejumlah besar
uang kas dengan pencatatan formal yang sangat kecil atas penerimaan kas.
Demikian pula, pencurian komputer laptop lebih sering terjadi dbandingkan
dengan pencurian terhadap komputer meja.
Kelemahan dalam
pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya pencurian. Pemisah
tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi lisensi bagi para pegawai
untuk melakukan pencurian. Jika para karyawan menagani atau bahkan memiliki
akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut,
maka muncul potensi terjadinya pencurian. Jika para karyawan mengganti atau
bahkan memiliki akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan
untuk aset tersebut, maka muncul potensi terjadinya pencurian. Jika pegawai di
bagian gudang persediaan juga bertugas untuk melakukan pencatatan persediaan,
mereka akan dengan mudah mengambil persediaan dan menutupi pencurian tersebut
dengan menyesuaikan catatan akuntansinya.
Kecurangan menjadi
lebih besar di perusahaan yan lebih kecil dan organisasi nirlaba karena lebih
sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap
pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para karyawan dan manajer
membenarkan pencurian terhadap aset. Jika manajemen mencurangi para
pelanggannya dengan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang-barang
atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat
merasa bahwa mereka juga dibenarkan untuk berbuat yang serupa dengan memalsukan
pengeluaran atau memalsukan waktu kerja.
C.
Mengukur
Risiko Kecurangan
Auditor memiliki tanggung jawab untuk
menghadapi risiko kecurangan dengan merencanakan dan menjalankan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa salah saji material, baik disebabkan
oleh kesalahan maupun kecurangan, dapat terdeteksi.
Skeptisme Profesional
Dalam praktiknya menjaga skeptisme professional
dapat menjadi sulit, karena meskipun terdapat beberapa contoh kasus kecurangan
dalam laporan keuangan tingkat tinggi, kecurangan material jarang terjadi
dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan keuangan yang dilakukan setiap
tahun.
Berpikir Kritis.
Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas
kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis disepangjang pengauditan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi
bukti-bukti audit.
Evaluasi Kritis atas
Bukti Audit. Auditor harus berhati-hati untuk
tidak membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden
yang terpisah. Sebagai contoh, katakanlah seorang auditor menemukan adanya
penjualan ditahun berjalan yang seharusnya secara tepat diakui sebagai
penjualan pada tahun berikutnya. Auditor haruss mengevaluasi alas an salah saji
tersebut, menentukan apakah hal tersebut disengaja atau tidak, dan
mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah terjadi.
Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko
Kecurangan
Komunikasi Antara
Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim
audit untuk melakukan diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota tim audit
yang lebih berpengalaman dan untuk “urun rembug” ide-ide yang menyangkut hal
berikut.
1. Bagaimana
dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai terdapat
salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
2. Bagaimana
manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan keuangan.
3. Bagaimana
setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4. Bagaimana
auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh kecurangan
Tanya Jawab dengan
Manajemen. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak
lainnya dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk
memberitahukan informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak
lain. Selain itu, jawaban mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor
seringkali membuka informasi atas kemungkinan adanya kecurangan.
Faktor-Faktor Risiko. PSA
70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah factor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai
digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan factor-faktor
risiko tidak berarti telah terjadi kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan
terjadinya kecurangan lebih tinggi. Auditor harus mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut beserta informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur
risiko kecurangan.
Prosedur analitis. Karena
terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali melibatkan manipulasi
pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur analitis pada
akun-akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan
yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspetasi dalam akun-akun pendapatan
yang mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan.
Informasi Lainnya. Auditor
harus mempertimbangkan semua informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap
fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko kecurangan.
Mendokumentasikan Hasil Pengujuian Kecurangan
PSA 70 mengaruskan auditor
mendokumentasikan hal-hal berikut yang terkait dengan pertimbangan auditor
terhadap salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.
Ø Diskusi
dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit mengenai kecurigaan
terhadap adanya salah saji material
dalam mengenai laporan keuangan entitas yang disebabkan oleh kecurangan.
Ø Prosedur
yang dilakukan unruk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
dan mengukur risiko kecurangan material.
Ø Risiko
spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi dan deskripsi
respons auditor terhadap risiko–risiko
tersebut.
Ø Alasan-alasan
yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan merupakan risiko yang
signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
Ø Hasil
dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi pengendalian oleh
manajemen.
Ø Kondisi-kondisi
lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa prosedur audit tambahan
atau penanganan lainnya diperlukan, dan tindakan-tindakan tersebut telah
dijalankan oleh auditor.
Ø Sifat
komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen, komite audit
atau lainnya.
D.
Pengawasan
Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk
menerapkan tata kelola perusahaan dan prosedur pengendalian untuk mengurangi
resiko kecurangan yang dapat dilakukan melalui kombinasi antara tindakan
pencegahan,antisipasi dan pendeteksian. Dengan menerapkan program-program dan
pengendalian antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan
mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu
manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA,
bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian Antikecurangan bagi
Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi
Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan,
yaitu Budaya kejujuran dan etika yang
bernilai tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-resiko
kecurangan dan pengawasan dari komite Audit.
1.
Budaya
Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi
Cara
yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya yaitu
dengan menerapkan program-program dan pengendalian antikecurangan yang
berdasarkan pada nilai-nilai utama yang dianut oleh perusahaan. Dengan adanya
nilai-nilai tersebut dapat membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan
etika yang dapat menjadi dasar bagi tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6
elemen untuk menciptakan budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, yaitu
:
Ø Teladan
Dari Pimpinan
Manajemen dan dewan direksi
bertanggung jawab untuk meberikan teladan dalam perilaku yang beretika dalam
perusahaan melalui komunikasi yang baik terhadap bawahannya serta meyakinkan
bahwa perilaku tidak jujur atau tidak etis tifak dapat diterima,walaupun itu
menguntungkan bagi perusahaan.
Ø Menciptakan
Lingkungan Kerja yang Positif
Lingkungan kerja yang
positif dapat menciptakan moral pegawai yang lebih baik sehingga akan
mengurangi kemungkinan dilakukannya kecurangan terhadap perusahaan. Caranya
yaitu dengan mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap pegawai dan memberikan
suatu proses pengaduan jika ada kecurigaan atau ada kecurangan atau potensi
pelanggaran kode etik lainnya.
Ø Mempekerjakan
dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Perlu adanya kebijakan
pemilihan yang efektif terkait dengan penempatan orang yang nantinya akan
memegang posisi-posisi penting. Kebijakan mencakup latar belakang kandidat yang
akan dipekerjakan atau yang dipromosikan untuk posisi penting.
Ø Pelatihan
Pelatihan disini
terkait pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap kecurangan dalam perusahaan
sesuai dengan tanggungjawab spesifik pegawai (sesuai posisi pegawai dalam
perusahaan) sehingga nantinya akan mampu mengkomunikasikan jika terdapat
kecurangan dalam bagiannya masing-masing.
Ø Konfirmasi
Para pegawai diminta
untuk membuat pernyataan bahwa mereka memahami ekspetasi perusahaan dan telah
mematuhi kode etik, serta mewaspadai segala bentuk pelanggaran. Dengan
konfirmasi ini dapat membantu penegakan kebijakan kode etik.
Ø Disiplin
Menyangkut penyelidikan
menyeluruh atas semua pelanggaran beserta penanganannya yang tepat dan
konsisten dan pertanggungjawaban pegawai jika tidak mematuhi kode etik
perusahaan serta pemberian punishment atas
pelanggaran kode etik tanpa mempertimbangakan jenjang pegawai yang melakuakn
tindakan tersebut.
2.
Tanggung
Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko kecurangan
Kecurangan
tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan dan
menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
Ø Mengidentifikasi
dan mengukur resiko kecurangan
Dimulai dari kesadaran
manajemen bahwa kecurangan mungkin
terjadi dan hamper setiap pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur
pada kondisi lingkungan yang normal serta mengidentifikasi factor-faktor yang
dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.
Ø Menangani
Resiko Kecurangan
Manajemen bertanggung
jawab untuk mrancang dan menerapkan program-program dan pengendalian untuk
menangani resiko kecurangan. Dapat dilakukan dengan cara mengubah aktivitas dan
proses bisnis yang rentan terhadap terjadinya kecurangan.
Ø Pengawasan
dalam program-program dan pengendalian pencegahan kecurangan
Manajemen secara
berkala harus mengevaluasi apakah program-program pengendalian antikecurangan
telah diterapkan dan berjalan secara efektif, tentunya melalui pengendalian
internalnya.
3.
Pengawasan
dari Komite Audit
Komite
Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses penyusunan laporan
keuangan dan pengendalian internal organisasi. Komite audit juga membantu
menciptakan suatu teladan yang efektif mengenai kejujuran dan etika dalam
perusahaan dengan tidak memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap
tindakan kecurangan. Pengawasan yang dilakukan komite audit juga bertindak
sebahgai pencegah kecurangan oleh manajemen senior.
E.
Menghadapi
Risiko Kecurangan
Manajemen tentunya memliki
program-program yang dirancang untuk mencegah, mengantisipasi dan mendeeteksi
kecurangan. Namun perlu juga dilakukan
pertimbangan oleh auditor apakah program-program antikecuranagn tersebut
dapat mengatasi risiko yang ada atau apakah kelemahan dalam pengendalian telah
meningkatkan resiko kecurangan. Dari hal tersebut maka timbulah respon auditor
yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Mengubah
Keseluruhan Pelaksanaan Audit
Pelaku kecurangan
seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit. Untuk alasan
itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak
dapat diprediksi.
2. Merancang
dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan
Auditor merancang
prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit spesifik
sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang
teridentifikasi.
3. Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur
untuk mengatasi Dominasi Manajemen Terhadap Pengendalian.
Resiko
Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper semua pengauditan.
Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif untuk
melakukan kecurangan melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu
auditor harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk
mengatasi resiko dominasi oleh manajemen. Berikut prosedur-prosedur yang harus
dijalankan :
Ø Memeriksa
Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti adannya
Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.
Seringkali
kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat dalam
laporan keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas
proses pelapran keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya. Setelah
itu menanyakan pada pegawai yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan
jika terjadi ketidaktepatan atau aktivitas yang ganjal dalam pemrosesan ayat
jurnal dan penyesuaiannya. Hasil Tanya jawab ini nantinya akan berpengaruh
terhadap keluasan pengujian terhadap jurnal dan penyesuaian-penyesuaian laporan
keuangan.
Ø Menelaah
Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA
70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen
ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan unutk
mereview kembali estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk
mengidentifikasi setiap perubahan dalam proses perusahaan.
Ø Mengevaluasi
Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA
70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas
bisnis untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di
luar kebiasaan bisnis perusahaan. Jadi disini auditor harus mendapatkan
pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifkan untuk menilai
apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan.
4. Memutakhirkan
Proses Penilaian Resiko
Penilaian
auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus
terus berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur
penilaian resiko lainnya dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :
Ø Ketidakkonsistenan
dalam pencataan akuntansi
Ø Bukti
audit yang bermasalah atau hilang
Ø Hubungan
yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
Ø Hasil
dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang
mengindikasikan adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
Ø Jawaban
terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau
tidak masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti
lainnya.
F.
Bagian
– bagian Risiko Kecurangan Spesifik
1. Resiko
Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
Pendapatan dan beberapa
akun piutang yang terkait serta akun kasi biasanya sangat rentan terhadap
manipulasi dan pencurian. Dan contoh dari kecurangan tersebut seperti :
·
Risiko kecurangan dalam
laporan keuangan untuk akun pendapatan. Ada banyak alasan mengapa pendapatan rentan
terhadap manipulasi. Yang paling penting pendapatan hampir selalu merupakan
akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga suatu salah saji yang hanya
berupa presentasi penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap
laba. Alasan lain pendapatan merupakan akun yang rentan terhadapa manipulasi
adalah kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan
dalam berbagai situasi.
i.
Pendapatan fiktif.
bentuk kecurangan yang paling fatal melibatkan penciptaan pendapatan-pendapatan
fiktif, banyak kasus yang telah terungkap dengan cara menciptakan
pendapatan-pendapatan fiktif. umumnya pelaku mengetahui atau memahami
pihak-pihak yang melakukan pengisihan arsip dokumen untuk menciptakan
kebijakan-kebijakan fiktif.
ii.
Pengakuan pendapatan
yang premature. Hal ini merupakan pencatatan pendapatan yang bukan seharusnya
di tempatnya. Missal, penpatan yang seharusnya di catat diperiode mendatang
tetapi oleh pelaku sudah dicatat pada periode berjalan.
iii.
Manipulasi
penyesuaian-penyesuaian pendapatan. Penyesuaian pendapatan yang paling umum
melibatkan retur penjualan dan pengurangan harga. Sebuah perusahaan dapat
menyembunyikan retur penjualan dari auditornya untuk melebihsajikan penjualan
bersih dan laba. Jika barang yang dikembalikan dihitung sebagai bagian dari
persediaan fisik, maka retur barang tersebut dapat meningkatkan laba yang
dilaporkan. Dalam kasus ini, peningkatan dalam suatu asset diakui melalui
perhitungan fisik persediaan, namun pengurangan terhadap saldo akun piutang
dagang yang terkait tidak dilakukan.
·
Tanda-tanda peringatan
kecurangan dalam pendapatan. Terdapatan banyak tanda-tanda peringatan yang
mengidentifikasi adanya suatu kecurangan, tetapi ada dua peringatan yang paling
berguna didapatkan dari prosedur analitis dan ketidakkecocokan dalam
dokumen-dokumen.
i.
Prosedur analitis.
Prosedur analitis sering kali dapat menandai kecurangan dalam pendapatan,
khususnya dari presentase margin kotor dan perputaran piutang dagang.
Pendapatan fiktif akan melebihsajikan presentasi margin laba, pengakuan
pendapatan yang premature juga melebihsajikan margin laba kotor jika biaya
penjualan yangterkait tidak diakuin. Penjualan fiktif juga perputaran piutang
Karena penjualan fiktif juga dimasukan dalam piutang tak tertagih.
ii.
Ketidakcocokan dokumen.
Meskipun usaha terbaik telah dilakukan oleh pelaku kecurangan,
transaksi-transaksi fiktif jarang memiliki tingkat keandalan bukti yang sama
sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-transaksi yang sah. Para auditor
harus mewaspadai penandaan dan perubahan yang tidak biasa dalam dokumen-dokumen
dan meraka harus mengandalkan dokumen asli daripada salianan dokumen tersebut.
Karena pelaku kecurangan mencoba untuk menutupi kecurangan yang ia lakukan,
meski hanya satu transaksi yang tidak biasa yang ditemukan dalam suatu stempel
harus dipertimbangkan sebagai potensi indicator kecurangan yang harus
diselidiki lebih lanjut.
·
Tanda-tanda peringatan
penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas. Pencurian atas penjualan dan
penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya relative kecil dapat dicegah dan
dideteksi dengan lebih baik oleh pengendalian internal.yang dirancang untuk
meminimalisasi kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi
kecurangan yang lebih besar, prosedur analitis dan perbandingan perbandingan
lainnya dapat berguna untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
2. Risiko
Kecurangan dalam Persediaan
Persediaan sering kali
merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan auditor
sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.
·
Risiko kecurangan
laporan keungan untuk persediaan. Persdiaan fiktif telah menjadi inti masalah
dari beberapa kasus kecurangan laporan keuangan penting. Banyak perusahaan
besar yang memiliki persediaan yang beragam dan dalam jumlah sangat bnayak terletak
dibeberapa lokasiyang berbeda, yang membuat perusahaan relative lebih mudah
untuk menambah persediaan fiktif dalam pencatatan akuntansi.
·
Tanda-tanda peringatan
untuk kecurangan dalam persediaan.
i. Prosedur
analitis. Prosedur analitis khususnya presentasi margin laba kotor dan
perputaran persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap kecurangan dalam
persediaan. Persediaan fiktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan
melebihsajikan presentasi margin kotor. Persediaan fiktif juga akan menurunkan
perputaran persediaan.
3. Risiko
Kecurangan pada Akun Pembelian
Kasus-kasus kecurangan
dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan relative umum meskipun lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau
piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja umumnya
mengakibatkan kurang saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih
saji dalam laba bersih.
·
Risiko kecurangan
laporan keungan untuk akun piutang dagang. Perusahaan-perusahaan dapat terlibat
dalam usaha-usaha yang disengaja untuk menguraisajikan utang dagang dan
melebihsajikan laba. Hal tersebut dapat dicapai dengan tidak mencatat utang
dagang hingga periode berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif dalam
utang dagang.
Semua
pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai kewajiban.
Hal itu relative lebih mudah untuk dibuktikan jika perusahaan
mempertanggungjawabkan laporan penerimaan barang yang telah diberi nomor
terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan barang tidak diberi nomor
terdahulu atau perusahaan sengaja menghilangkan laporan penerimaan barang dari
catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk membuktikan apakah
semua kewajiban telah dicatat. Dalam kasus semacam itu, bukti analitis, seperti
perubahan yang tidak biasa dalam rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang saji
dalam utang dagang.
·
Penyalahgunaan dalam
siklus pelaporan dan pembayaran. Kecurangan yang paling umum dalam bagian
perolehan adalah bagi sang pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-pembayaran
kepada pemasok fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. kecurangan semacam
itu dapat dicegah dengan membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok resmi
dan memeriksa dokumentasi-dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan
saksama oleh personel yang memiliki otoritas sebelum pembayaran dilakukan.
Dalam kasus penyalahgunaan yang lain, petugas utang dagang atau pegawai lainnya
mencuri sebuah cek untuk suatu pemasok resmi. Informasi dari pembeli kemudian
dilampirkan kembali agar dapat dilakukan pembayaran pada pemasok tersebut.
4. Bagian-bagian
risiko kecurangan lainnya.
·
Asset tetap. Asset
tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering kali
berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset
tetap dapat menjadi target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan
yang tidak memiliki persediaan atau piutang yang material.
·
Beban gaji. Gaji
biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan dalamlaporan
keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan persediaan dan laba
bersih dengan mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan dalam persediaan.
Perusahaan terkadang melibatkan pegawainya untuk membuat ast tetap. Biaya
tenaga kerja yang berlebihan dapat dikapitalisasi sebagai asset tetap dalam
kondisi tersebut. Tunjangan tambahan yang material, seperti tunjangan pension,
juga dapat dimanipulasi.
G.
Tanggung
Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi
Sebagaimana
telah diperkirakan sebelumnya, lebihbanyak kecurangan yang terdeteksi oleh
pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor
eksternal.
1. Merenspons salah saji yang
mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan,
auditor terus-menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang didapatkan dan
pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama
melakukan audit harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi kecurangan .
Jenis teknik-teknik wawancara Wawancara
dapat membantu mengidentifikasi masalah –masalah yang dihilangkan dari
dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi
pertanyaan-pertanyaan selama melakukan wawancara berdasarkan respons dari orang
yang diwawancara. Tanya jawab sebagai suatu teknik bukti audit juga harus
disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Tergantung padfa tujuannya , auditor
dapat menanyakan beberapa pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan.
Tanya jawab informal auditor melakukan Tanya jawab informal untuk
mendapatkan informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan
auditor. Biasanya auditor menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai
mengenai kejadian atau proses pada periode sebelumnya. Sering kali Tanya jawab
dilakukan dengan santai dengan auditor memberikan pertanyaan- pertanyaan
terbuka yang memungkinkan responden memberikan perincian kejadian , proses atau
kondisi yang ditanyakan.
Tanya jawab evaluasi seorang auditor
juga menggunakan Tanya jawab untuk
mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau
benar. Auditor menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak
mendukung informasi sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab
evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan
orang yang diwawancarai memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian dapat
ditindaklanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik.
Tanya jawab interogatif kategori tanya
jawab ini digunakan ketika auditor ingin mencari tanggapan dari subjek yang ia
wawancarai mengenai pengetahuannya atas suatu kejadian atau kondisi. Tanja jawab interogatif seringkali digunakan
untuk menentukan apakah individu tersebut tidak jujur atau dengan sengaja
meghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian atau kondisi yang penting ,
khususnya ketika auditor menc urigai orang yang diwawancarai tidak jujur atau mentutup-nutupi
informasi yang sebenarnya
Mengevaluasi respons tanya jawab agar
tanya jawab menjadi efektif , seorang auditor harus memiliki keterampilan dalam
mendegarkan dan mengevaluasi jawaban dari pertanyaan-peretanyaan
Teknik mendegarkan sangat penting bagi
auditor untuk menggunakan keterampilan mendegarkan secara efektif disepanjang
proses wawancara. Auditor harus terus-menerus memperhatikan dengan menjaga
kontak mata , anggukan persetujuan , atau menunjukkan tanda-tanda kepamahaman
lainnya. Auditor juga harus mencoba untuk menghindari pemikiran-pemikiran yang
kaku terhadap informasi yang sedang diberikan.
Mengamati tanda-tanda perilaku seorang
auditor yang terampil dalam menggunakan tanya jawab, akan mengevaluasi respon
verbal dan nonverbal dari orang yang ia wawancarai. Selain mengamati
tanda-tanda verbal penggunaan wawancara juga memungkinkan auditor untuk
mengamati perilaku nonverbal. Penyelidik andal mencatat bahwa subjek yang tidak
nyaman dalam memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan seringkali
menunjukkan banyak perilaku nonverbal . Tentunya, tidak semua orang menjukkan
perilaku tersebut yang merasa tidak nyaman dalam menjawab pertanyaan auditor.
Kuncinya adalah mengidentifikasi apakah perilaku individu mulai berubah dari
biasanya.
Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai ketika
auditor mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengharuskan
auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk menentukan apakah kecurangan
yangsignifikan telah terjadi. Auditor seringkali menggunakan wawancara, sebagai
bagian dari proses untuk mendapatkan informasi. Auditor sering kali menggunakan
perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan apakah kecuranagan
telah terjadi. Perangkat lunak tersebut memberikan pencarian efektif untuk
semua pelanggaran dalam dokumen-dokumen berikutnya, yang dapat mengindikasikan
adanya salah saji terkait dengan tujuan kelengkapan akun-akun liabilitas dan
beban.
Auditor
juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan
prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Auditor juga memperluas prosedur
substantif lainnya untuk menangani tingginya risiko kecurangan . seringkali,
risiko kecurangan tinggi untuk beberapa akun menurut estimasi subjektif
manajemen. Untuk merespon tingginya risiko yang digunakan dalam asumsi
manajemen yang tidak tepat untuk mengestimasi saldo akun, seperti penyisihan
untuk keusangan persediaan, auditor dapat menggunakan jasa ahli untuk
membantunya dalam mengevaluasi keakuratan dan keandalan asumsi-asumsi kunci
yang digunakan manajemen.
Ketika auditor menentukan
bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengjaruskan auditor untuk
membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit yang digunakan untuk
penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, meskipun masalah
tersebut dianggap tidak penting.
Terkadang,
auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal. Dalam
beberapa kasus , pertimbangan auditor terhadap program dan pengendalian anti
kecurangan yang dibuat oleh manajemen dapat mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan yang menyebabkan gagalnya penanganan terhadap resiko
kecurangan tersebut. Hasil dari prosedur-prosedur yang dijalankan oleh auditor
dapat mengindikasikan adanya salah saji yang material yang disebabkan oleh
kecurangan sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk
mengundurkan diri dari perikatan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kecurangan
didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan
sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahgunaan asset. Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah
saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Penyalahgunaan aset merupakan
kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik suatu entitas.
Insentif/Tekanan.
Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan.
Kesempatan.
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
Sikap/Rasionalisasi.
Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang
cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang
tidak jujur tersebut.
Skeptisme
Profesional
auditor
“tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur maupun tidak menganggap kejujuran
manajemen dipertanyakan”
·
Berfikir Kritis
Selama merencanakan
audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus membahas kebutuhan untuk
menjaga pikiran kritis disepanjang pengauditan untuk mengidentifikasi risiko-risiko
kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit.
·
Evaluasi Kritis atas
Bukti Audit
Auditor harus
berhati-hati untuk tidak membenarkan atau mengasumsikan suatu salah saji
merupakan suatu insiden yang terpisah.
Dengan menerapkan program-program dan pengendalian
antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi kesempatan
yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu manajemen dan dewan
direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA, bekerja sama dengan
beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan Pengendalian
Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi,
dan Mendeteksi Kecurangan.
Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3 elemen untuk
mencegah, mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan, yaitu Budaya kejujuran dan
etika yang bernilai tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi
resiko-resiko kecurangan dan pengawasan dari komite Audit.
1. Mengubah
Keseluruhan Pelaksanaan Audit
Pelaku
kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.
Untuk alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana
audit yang tidak dapat diprediksi.
2. Merancang
dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan
Auditor merancang
prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit spesifik
sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang
teridentifikasi.
Resiko
Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
Pendapatan dan beberapa akun piutang
yang terkait serta akun kas biasanya sangat rentan terhadap manipulasi dan
pencurian. Dan contoh dari kecurangan tersebut seperti :
a. Risiko
kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan.
Ada
banyak alasan mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling
penting pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba
rugi.
- Pendapatan
fiktif
- Pengakuan pendapatan yang premature.
- Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan.
Merenspons salah saji yang
mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus
mengevaluasi apakah bukti-bukti yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan
lainnya mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan.
- Jenis teknik-teknik wawancara
- Tanya jawab informal
- Tanya jawab evaluasi
- Tanya jawab interogatif
- Mengevaluasi respons tanya jawab
- Teknik mendegarkan
- Mengamati tanda-tanda perilaku
- Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai
DAFTAR
PUSTAKA
Elder, J. Randal,
Beasley, S. Mark, Dkk. 2008. Jasa Audit
dan Assurance. Salemba Empat :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar