Penerapan Activity
Based Costing System dalam Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan PT. Nilas
Wahana Antika
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Perhitungan
harga pokok produksi dengan A ctivity Based Costing System yang
digunakan untuk mengevaluasi
perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana Antika dapat
menggambarkan secara lebih akurat konsumsi aktivitas setiap produk
terhadapbiaya overhead, sebab ABC System dapat memilahkan
biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi secara lebih terperinci. Hasil
analisis melalui Uji Wilcoxon Range Test terhadap perhitungan harga pokok
produksi pada PT. Nilas Wahana Antika dengan ABC System selama 15 tahun dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sistem biaya tersebut, sehingga
perusahaan mengalami selisih kerugian
- Rumusan Masalah
1. Memahami konsep sistem Activity Based Costing
2. Memahami penerapan sistem Activity Based Costing pada
perusahaan
3. Menganalisis penentuan harga pokok produksi dengan metode
ABC pada PT Nilas Wahana Antika
- Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui konsep metode Activity Based Costing
2.
Untuk
memahami penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan\
3.
Untuk
mengetahui hasil analisis penentuan harga pokok produksi dengan metode ABC pada
PT Nilas Wahana Antika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya Tradisional
Menurut
Cooper & Kaplan (1991) dalam Sulistyarini
(2007), kelebihan sistem biaya tradisional
adalah:
a)
Mudah diterapkan
b)
Sistem biaya
tradisional tidak memakai banyak
cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead sehingga
hal ini memudahkan
bagi manajer untuk melakukan
perhitungan
c)
Mudah diaudit. Karena
jumlah cost driver
yang digunakan sedikit, maka biaya overhead dialokasikan
berdasar volume
based measure sehingga akan lebih memudahkan
auditor dalam melakukan
proses audit.
Cooper
& Kaplan (1991) dalam Subowo
(2007) menyatakan bahwa kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional adalah sebagai berikut
:
a)
Hanya menggunakan jam
kerja langsung
untuk mengalokasikan biaya overhead
b)
Hanya menggunakan dasar
alokasi yang
volume relate (unit level) untuk pengalokasian bagian
dari biaya produk
/ pelanggan. Pengukuran alokasi
biaya overhead yang merupakan bagian dari biaya produksi ditentukan dengan
menggunakan dasar
yang berkaitan dengan volume produksi.
Hal ini menyebabkan distorsi pengukuran
product cost karena aktivitas-aktivitas
penyebab timbulnya biaya
overhead banyak yang tidak berkaitan
langsung dengan produk yang
dihasilkan.
c)
Hanya menitik beratkan
biaya produk pada
fase produksi saja. Sistem akuntansi
biaya tradisional menitikberatkan pada tahap produksi tertentu tidak akan menghasilkan
informasi yang
relevan
B.
Konsep Biaya berdasarkan Aktivitas (Activity Based
Costing)
Activity
Based Costing System merupakan
suatu alternatif sistem yang dapat
digunakan dalam upaya mendapatkan harga pokok yang akurat melalui pembebanan biaya overhead
pabrik yang lebih
teliti. Activity Based Costing System memberikan sistem
pembebanan biaya dengan
fokus pada aktivitas yang berlangsung dalam pembuatan produk pada suatu proses pengolahan
sebagai ganti dari pembebanan
biaya overhead yang berbasis unit produk seperti pada akuntansi tradisional.
Menurut
Garrison dan Noreen (2000:
342), Activity Based Costing adalah metode costing yang
dirancang untuk menyediakan
informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan strategik dan keputusan lainnya
yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas
dan juga biaya tetap.
Contoh Laporan Harga Pokok
Produksi
Biaya
bahan Baku
Persediaan
bahan baku awal XXX
Pembelian
bahan baku XXX
(-)
Potongan pembelian XXX
Retur
pembelian XXX
(+)
Biaya angkut pembelian XXX
Pembelian
bersih XXX
Bahan
baku tersedia untuk digunakan XXX
Persediaan
bahan baku akhir XXX
Biaya
pemakaian bahan baku XXX
Biaya
tenaga kerja langsung XXX
Biaya
overhead pabrik
Tenaga
kerja tidak langsung XXX
Listrik
dan air XXX
Reparasi
dan pemeliharaan mesin XXX
Pemakaian
perlengkapan pabrik XXX
Penyusutan
mesin dan peralatan pabrik XXX
Asuransi
pabrik XXX
Total
biaya overhead pabrik XXX
Total
Biaya Produksi XXX
(+)
Persediaan barang dalam produksi awal XXX
Jumlah
barang dalam produksi selama tahun ini XXX
(-)
Persediaan barang dalam produksi akhir XXX
Harga
Pokok Produksi XXX
C.
Perbedaan Sistem Biaya
Tradisional dan Activity
Based Costing System
Berdasarkan
sistem biaya tradisional, biaya
desain disebarkan keseluruhan
produk tanpa memperhatikan apakah produk tersebut
membutuhkan desain atau
tidak. Dengan ABC System, biaya ini dibebankan hanya ke
produk yang membutuhkan pekerjaan desain. Menurut Blocher, et.al
(2000: 128),
ABC System menelusuri biaya produk melalui aktivitas.
Biaya pusat aktivitas dibebankan ke produk atau jasa.
Proses
pembebanan terdiri dari tiga tahap: pertama, biaya ditelusuri ke driver
sumber daya
yang sama
atau serupa yang dibebakan ke cost pool atau
pusat aktivitas. Kedua, tariff overhead
dihitung untuk setiap aktivitas berdasarkan driver aktivitas
tertentu. Ketiga,
biaya overhead dibebankan ke setiap produk dengan cara mengalikan tariff overhead pabrik
dengan kualitas driver aktivitas
yang dikonsumsi oleh produk. Perbedaan
utama antara sistem penentuan biaya
tradisional dengan ABC System terdapat pada tahap kedua dan ketiga.
Menurut
Nunik L.D (2007: 88 –100), terdapat tiga perbedaan mendasar antara ABC System dengan
akuntansi biaya tradisional,
yaitu :
a)
Dalam sistem biaya
tradisional, biaya produk
ditentukan berdasarkan penggunaan
sumber daya, sedangkan dalam
ABC System, biaya produk ditentukan
berdasarkan pada aktivitas
b)
Akuntansi biaya
tradisional lebih menekankan
pada penggunaan volume atas
dasar alokasi, sedangkan dalam ABC
System menggunakan dasar pemicu
aktivitas atas berapa level/tingkatan
c)
Akuntansi biaya
tradisional berorientasi pada struktur sedangkan ABC System berorientasi
pada proses.
Cost
Driver
Pemicu
biaya (cost driver) adalah
suatu faktor yang menimbulkan atau
mempengaruhi biaya. Analisa terhadap
cost driver dilakukan untuk mengidentifikasi pemicu biaya.
Job
Order Costing
Job
order costing merupakan sistem penentuan biaya
produk yang mengakumulasikan
dan membebankan biaya
ke pesanan tertentu.
D.
Penentuan
harga pokok
produksi dengan menggunakan metode Biaya Tradisional
Penentuan harga pokok produk dengan menggunakan
sistem biaya tradisional. Harga pokok produksi dihitung dengan cara
mengumpulkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan selama satu periode
tertentu ditambah produk dalam proses awal dan dikurangi produk dalam proses
akhir pada periode tertentu, sedangkan harga pokok produksi per unit dihitung
dengan cara membagi total harga pokok produksi dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan pada periode tertentu
Harga pokok produksi = Total
Biaya Produksi + PDPawal – PDPakhir
E.
Penentuan
harga pokok
produksi dengan menggunakan ABC System.
Menurut Hansen & Mowen
(1999: 148) analisis
harga pokok produksi dengan
ABC System terdari dari
2 tahap, yaitu :
1.
Tahap I
a.
Identifikasi aktivitas
b.
Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas
c.
Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis
d.
Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlahkan untuk mendefinisikan kelompok yang sejenis (homogenous cost pool).
e. Menghitung tarif
overhead kelompok (pool
rate). Tarif kelompok
dihitung dengan
rumus : pool rate = biaya kelompok
kapasitas praktis penggerak aktivitas
2.
Tahap II
Pada
tahap ini biaya
setiap kelompok overhead
ditelusuri ke produk. Hal ini
dilakukan dengan
menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap I dan ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi setiap
produk. BOP
dibebankan dihitung dengan
rumus:
BOP dibebankan = tarif
kelompok x unit cost driver digunakan
Harga
pokok produksi
diperoleh dengan menjumlahkan
biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead
pabrik dibagi dengan jumlah unit
produk yang
dihasilkan
Harga
Pokok Produksi Per Unit = Biaya Bahan Baku + BTKL + BOP
Jumlah Produksi
Jenis biaya-biaya pada bagian produksi
Jenis
biaya-biaya pada bagian produksi
meliputi:
a)
Biaya bahan baku. Biaya bahan baku adalah
seluruh biaya
bahan utama yang dike luarkan
dalam proses produksi. PT. Nilas
Wahana Antika menggunakan bahan
baku berupa kayu mahoni untuk
memproduksi coffee table.
Penggunaan biaya bahan baku untuk produksi tahun 2009 sebagai berikut :
Bahan Baku
|
Biaya
|
Kayu Mahoni
|
Rp 150.000.000
|
Unit produksi
|
300 unit
|
Biaya bahan baku per unit
|
Rp 500.000
|
b)
Biaya tenaga kerja
langsung. Biaya
tenaga kerja langsung adalah biaya
yang dikeluarkan untuk membayar
gaji karyawan yang menangani
proses produksi secara langsung.
Biaya tenaga kerja langsung selama tahun 2009 sebagai berikut :
Nama produk
|
Jumlah produksi (unit)
|
Biaya (Rp)
|
Biaya TKL per unit (Rp)
|
Coffee Table
|
300 unit
|
250.000.000
|
833.333
|
c)
Biaya bahan penolong. Biaya bahan penolong
adalah biaya yang
dikeluarkan dalam pembuatan produk. PT. Nilas Wahana Antika menggunakan
bahan penolong
berupa paku, vernis, sherlak
dalam memproduksi coffee table.
Penggunaan bahan penolong selama tahun 2009 adalah
sebagai berikut:
Nama bahan
|
Biaya (Rp)
|
Paku
|
600.000
|
Vernis
|
2.100.000
|
Sherlak
|
1.800.000
|
Total
|
4.500.000
|
d)
Biaya listrik. Biaya listrik adalah
biaya yang dikeluarkan
karena adanya penggunaan tenaga
listrik oleh mesin yang
digunakan dalam proses produksi,
dengan konsumsi listrik selama tahun 2009 adalah 3.000 Kwh.
Penggunaan tenaga listrik selama tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Jenis
|
Biaya (Rp)
|
Pemakaian mesin produksi
|
8.000.000
|
Pemakaian lampu
|
2.400.000
|
Total
|
10.400.000
|
e)
Biaya pengiriman. Biaya pengiriman adalah
biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan
biaya pengiriman produk kepada
pelanggan. Sedangkan
pembelian bahan baku yang dilakukan selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 kali.
Jenis
|
Biaya (Rp)
|
Pengiriman produk
|
30.000.000
|
Pengiriman bahan baku
|
12.000.000
|
Total
|
42.000.000
|
f)
Biaya pemeliharaan
mesin. Biaya
pemeliharaan mesin adalah biaya
yang dikeluarkan untuk pemeliharaan
mesin agar dapat mempertahankan
fasilitas yang dimiliki
demi kelancaran produksi.
Total konsumsi jam peralatan selama tahun 2009 adalah 3600 jam.
Jenis
|
Biaya (Rp)
|
Mesin produksi
|
12.000.000
|
g)
Biaya penyusutan mesin. Biaya penyusutan mesin
adalah biaya
yang dikeluarkan dan telah ditentukan
besarnya dengan persentase
tertentu.
Jenis
|
Penyusutan (Rp)
|
Mesin produksi
|
28.000.000
|
h)
Biaya administrasi
produksi. Biaya
administrasi produksi adalah biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan aktivitas administrasi di bagian produksi,
yang meliputi
gaji karyawan yang tidak langsung
menangani proses produksi, biaya peralatan kantor dan semua kegiatan yang
menopang proses
produksi.
Jenis
|
Biaya (Rp)
|
Gaji karyawan
|
250.000.000
|
Peralatan kantor
|
15.000.000
|
Lain-lain
|
10.000.000
|
Total biaya administrasi
|
275.000.000
|
Tahap-tahap yang dilakukan
a)
Tahap I. Tahap pertama dalam
pendekatanABC
System adalah mengidentifikasi
aktivitas dan mengelompokkannya
ke dalam kelompok
aktivitas yang sejenis, kemudian menentukan cost driver dari masing-masing cost pool dan menentukan besarnya tariff overhead yang dihitung berdasarkan
pembebanan biaya
aktivitas dengan jumlah
cost driver yang digunakan. Pengidentifikasian
aktivitas dan
pengelompokkannya ke dalam
kelompok aktivitas sejenis
serta pembebanan biaya
berdasarkan aktivitas di tunjukkan
sebagai berikut : Penentuan cost pool dan
cost driver
untuk setiap aktivitas yang meliputi:
Cost Pool
|
Cost Driver
|
Bahan
Penolong
Listrik
Biaya
Pengiriman
Pembelian bahan baku
Setup
Mesin
Pemeliharaan
Mesin
Penyusutan
Mesin
|
Jumlah
satuan produk
Jumlah
Kwh listrik
Jumlah
inspeksi produk jadi
Jumlah
inspeksi proses
Jumlah
inspeksi proses
Jumlah
jam operasi mesin
Jumlah
jam operasi mesin
|
,
Pengelompokkan
aktivitas tersebut
menunjukkan cost driver
yang digunakan yang dapat ditunjukkan
berikut ini: Penentuan tarif biaya
per kelompok
dihitung dengan cara
membagi jumlah biaya yang
dibebankan dengan jumlah
cost driver masing-masing kelompok biaya.
b)
Tahap II
Tahap
kedua dalam pendekatan
ABC System adalah Biaya
overhead pabrik tersebut memiliki
pemacu biaya yang berbeda-beda sehingga
perlu dikelompokkan ke
dalam satu kelompok biaya
berdasarkan pemacu biayanya
masing-masing. Setelah
dikelompokkan maka biaya-biaya
tersebut dibebankan kepada
masing-masing aktivitas dari tahapan produksi berdasarkan pemacu biayanya.
Pengelompokkan dan pembebanan tersebut akan dilakukan sebagai berikut:
1. Kelompok Biaya 1
Kelompok biaya 1
merupakan kelompok biaya
aktivitas yang timbul akibat
penggunaan sumber daya
tidak langsung berdasarkan pada
pemacu biaya jumlah
unit yang diproduksi. Pengelompokkan biaya aktivitas tersebut
dapat dilihat pada Tabel
Aktivitas
|
Biaya Aktivitas (Rp)
|
Penggunaan bahan penolong
|
4.500.000
|
Pemeliharaan mesin
|
12.000.000
|
Total
|
16.500.000
|
2. Kelompok Biaya 2
Kelompok biaya 2
merupakan kelompok biaya
aktivitas yang timbul akibat
penggunaan sumber daya
tidak langsung berdasarkan pada
pemacu biaya jam
peralatan (JP). Pemacu biaya
jam peralatan dihitung
berdasarkan berapa besar penyusutan penggunaan peralatan
dan mesin yang digunakan.
Aktivitas
|
Biaya (Rp)
|
Penyusutan mesin produksi
|
28.000.000
|
3. Kelompok Biaya 3
Kelompok biaya 3
merupakan kelompok biaya
aktivitas yang timbul akibat
penggunaan sumber daya
tidak langsung berdasarkan pada
pemacu biaya kilowatt
hour (Kwh).
Aktivitas
|
Biaya (Rp)
|
Pemakaian listrik mesin produksi
|
8.000.000
|
Pemakaian listrik lampu
|
2.400.000
|
Total
|
10.400.000
|
4. Kelompok biaya 4
Kelompok biaya 4
merupakan kelompok biaya
aktivitas yang timbul akibat
penggunaan sumber daya
tidak langsung berdasarkan pada
pemacu biaya jumlah kali pembelian bahan.
Aktivitas
|
Biaya (Rp)
|
Penyusutan kendaraan
|
4.000.000
|
Pemeliharaan kendaraan
|
1.000.000
|
Pembelian bahan baku (transport)
|
12.000.000
|
Total
|
17.000.000
|
Langkah
selanjutnya setelah total
biaya overhead diketahui adalah
menghitung harga pokok
produk per unit pada masing-masing
periode dengan cara
menjumlahkan biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead lalu
dibagi dengan jumlah produk
yang dihasilkan pada masing-masing
periode.
c)
Langkah III
Menghitung tarif biaya :
Kelompok biaya
|
Nilai biaya (Rp)
|
Pemacu biaya
|
Tarif biaya (Rp)
|
Kelompok 1
|
16.500.000
|
300 unit
|
55.000/unit
|
Kelompok 2
|
28.000.000
|
3600 jam
|
7.777/jam
|
Kelompok 3
|
10.400.000
|
3.000 Kwh
|
3.466/Kwh
|
Kelompok 4
|
17.000.000
|
12 kali
|
1.416.667/JPB
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung BOP per unit
sebagai berikut :
BOP
per unit = Total nilai biaya
Jumlah unit
BOP
per unit = 71.900.000 = Rp 239.666, 67
300
d)
Langkah
IV
Menghitung Harga Pokok Produksi per unit dengan metode ABC :
Biaya bahan baku langsung Rp
500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp
833.333,33
BOP
Rp
239.666,67
Harga Pokok Produksi per unit Rp 1.573.000
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap harga
pokok
produksi berdasarkan A ctivity Based Costing System, maka penulis
memperoleh
beberapa
kesimpulan, yaitu :
1.
Perhitungan harga pokok
produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana Antika dihitung berda-sarkan
metode harga pokok pesanan. Harga pokok produksi tersebut dihitung dengan
menjum-lahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Pembebanan biaya overhead ke produk yang dilakukan oleh PT. Nilas Wahana Antika hanya
berdasarkan tingkat unit, sehingga hal tersebut menimbulkan distorsi dalam
perhitungan harga pokok produksi. Distorsi tersebut berupa pembebanan biaya yang
terlalu tinggi sehingga perhitungan harga pokok produksi tidak secara akurat
menggam-barkan konsumsi aktivitas setiap produk.
2.
Perhitungan harga pokok
produksi dengan A ctivity Based Costing System yang digunakan untuk
mengevaluasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan pada PT. Nilas Wahana
Antika dapat menggambarkan secara lebih akurat konsumsi aktivitas setiap produk
terhadap biaya overhead, sebab ABC System dapat memilahkan biaya-biaya
yang berhubungan dengan produksi secara lebih terperinci.
3.
Perhitungan harga pokok
produksi dengan Activity Based Costing System dilakukan melalui dua tahap,
yaitu mengelompokkan aktivitas -aktivitas dan menentukan cost driver yang
potensial, dan menelusuri cost pool rate ke setiap produk yang
dihasilkan yaitu
coffee table. Pembebanan biaya overhead ke produk pada ABC System
dilakukan tidak
hanya berdasarkan aktivitas berlevel unit, tetapi juga berdasarkan aktivitas berlevel batch,
aktivitas untuk mendukung produk, dan aktivitas untuk mendukung fasilitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Garrison,
R. Noreen, E.W. 2000. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat: Jakarta.
Hansen,
Don, R. Maryanne M Mowen. 2006. Management Accounting. Salemba Empat:
Jakarta.
Mulyadi.
2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta: Badan Penerbit STIE
YKPN.
Supriyono,
RA. 2000. Akuntansi Biaya. Perkumpulan Biaya dan Penentuan Har ga Pokok
Produksi.
BPFE: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar